Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all 2031 articles
Browse latest View live

Zombie Berpesta

$
0
0
Hari Sabtu 24 Mei, usai menghadiri Kelas Onliner di Pesta Komunikasi Makassar yang diselenggarakan di Monumen Mandala, saya bersama Nur Sahadati Amir yang akrab disapa Nunu berjalan-jalan melihat-lihat booth-booth peserta.

Tiba-tiba ada dua lelaki muda berdandan nyentrik. Wajah mereka dilukis-lukis bak mayat hidup. Mereka terlihat tanpa ekspresi, berjalan melalui para pengunjung, menuju belakang booth. Tak lama kemudian, sesosok zombie berjalan menyusul mereka. Yang ini sepertinya lebih unyu karena masih memakai celana berwarna coklat tua, warna khas celana seragam pramuka dan rambutnya pendek sekali seperti model rambut seragam sekolah sulung saya.

Beberapa remaja putri yang mereka lalui terpekik, nyaris menjerit dan berlarian menepi. Dua orang yang unik. Saya tahu dari daftar peserta, mereka ini pasti anggota IZoC – Indonesian Zombie Club, perkumpulan pecinta film, games,action figure, cosplay bertema zombie. Untungnya mereka masih mengenakan baju sehari-hari jadi keseraman yang tampak dari mereka “belum sempurna”. Sungguh konyol kalau ada yang mengira mereka zombie betulan J. Eh, trus kalau ada yang berpakaian ala zombie, lantas bisa ada yang mengira mereka zombie betulan, begitu? Ahahaha … bisa saja, siapa tahu masih ada yang matanya bisa ditipu.


Beberapa perempuan menyingkir begitu melihat "zombie-zombie" itu melintas
Yang tertangkap kamera HP saya cuma yang satu ini
Saat puas keliling-keliling di area tempat kebanyakan booth ditempatkan, saya dan Nunu berjalan-jalan ke arah belakang kumpulan booth itu, siapa tahu ada booth lagi yang kami belum lihat.

Kami melewati ketiga zombie yang sedang duduk-duduk santai di sebuah panjang.

“Boleh foto?” saya meminta izin pada ketiga zombie itu. Kayaknya menarik mengambil gambar mereka. Jarang-jarang kan ada acara yang melibatkan mereka.

“Mau foto bersama boleh juga,” sahut seorang zombie. Zombie itu memegang kapak. Entah itu kapak betulan atau kapak-kapakan.

Nunu langsung menyambut tawaran itu dan duduk di antara mereka. Saya memotret mereka.

Saat browsing-browsing di Facebook sesampainya di rumah, saya menemukan grup Facebook komunitas ini: https://www.facebook.com/groups/indonesia.zombie.club/. Di situ tertera keterangan singkt komunitas IZOC ini:
 
3 zombie. Yang paling kanan itu yang paling unyu
Misi
Tujuan dari terbentuknya komunitas ini adalah mewadahi kreatifitas yang berawal dari hobi yang pasif (non-produktif) menjadikannya sebagai hobi yang aktif (menghasilkan/ memproduksi sebuah kreatifitas).

Selain itu juga kami (IZOC, red) saling berbagi informasi dengan sesama anggota mengenai hal yang menyangkut Zombie, seperti film, komik, novel, make-up zombie, toys action figure, movie soundtrack dan hal lainnya. Tidak ada syarat atau ketentuan khusus untuk bergabung di komunitas ini, kami sangat terbuka bagi semua orang yang ingin bergabung.

Keterangan
Indonesian Zombie Club Indonesian Zombie Club (IZoC) merupakan sebuah komunitas indiependent yang ditujukan bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan pada film,game,dan cerita Zombie. IZoC diresmikan berdiri pada bulan Desember 2009.

Hm ... mudah-mudahan mereka menjadi anak-anak muda produktif yang tidak sekadar dandan ala zombie. Tertarik bergabung?

Makassar, 27 Mei 2014

Catatan:


Berkenalan dengan Penyakit-Penyakit Menular

$
0
0
Judul buku:
Ayo Mengenal Penyakit Menular di Sekitar Kita
(Seri Aku Anak Sehat)
Penulis: Meilany
ISBN: 978-979-18-4450-5
Penerbit: PT. Mediantara Semesta
Ketebalan: 68 halaman
Ukuran buku:  21 cm x 14  cm
Tahun terbit: Maret 2013

Menarik sekali ada buku yang membahas mengenai jenis-jenis penyakit menular dengan target pembaca anak-anak. Ada 20 jenis penyakit menular yang dimuat di dalam buku berjudul Ayo Mengenal Penyakit Menular di Sekitar Kita ini.

Pembahasan diawali dengan pengertian mengenai penyakit menular: penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan kuman, dapat berupa virus, bakteri, amuba, dan jamur, yang menjangkiti (menginfeksi atau menyerang) tubuh kita. Penyakit menular ini dapat menular dari datu orang ke orang lain  (halaman 1).



Penjelasan singkat yang menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti ini dilanjutkan dengan penjelasan singkat mengenai pencegahan. Jadi, pembaca diajak untuk menjaga kesehatan dirinya karena itu yang paling utama, di antaranya adalah dengan membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan dan sesudah dari kamar mandi.

Kedua puluh jenis penyakit menular yang dibahas di dalam buku ini mencakup penjelasan singkat mengenai pengertian jenis penyakit tersebut, masa inkubasi, gejala, terapi atau pengobatan, dan pencegahannya.

Beberapa jenis pengobatan membahas pengaruh penyakit secara khusus kepada anak-anak, contohnya: diare: virus penyebab diare pada anak-anak adalah virus Rotavirus. Biasanya, anak-anak tertular virus ini karena kurangnya kebiasaan hidup sehat, contohnya dengan tidak mencuci tangan (halaman 22).

Contoh lainnya ada di penjelasan mengenai cacingan: Penyebaran cacing melalui berbagai cara, seperti melalui mulut dan ada pula yang melalui telapak kaki. Telur cacing pada tangan, kotoran, atau kuku masuk ke dalam mulut waktu anak-anak menghisap jari atau waktu makan (halaman 10).

Penjelasan tentang penyakit SARS (infeksi saluran pernapasan sangat akut)
Pengetahuan yang diberikan amat memadai sebagai pengetahuan umum anak mengenai jenis-jenis penyakit. Sayangnya buku ini sudah tidak ada di pasaran. Buku ini amat layak untuk diterbitkan kembali dengan sedikit perbaikan. Yaitu perlu menambahkan pengertian mengenai beberapa istilah medis.

Sayang sekali, istilah-istilah seperti  inkubasi, bakteri, virus, amuba, jamur, dan limfoid tidak disertai dengan penjelasan sehingga anak-anak bisa mengalami kesulitan dalam memahami keseluruhan pembahasannya. Bila orang tua mereka bisa membantu mencarikan pengertiannya di dalam kamus ataupun di internet, anak-anak bisa terbantu pemahamannya, nah bagaimana bagi anak-anak yang orang tuanya tidak bisa membantu?

Makassar, 27 Mei 2014


Tulisan ini diikutkan Indiva Reading Challenge

Para Pecinta Anak Bangsa

$
0
0
Dari ke-75 komunitas yang mengikuti ajang Pesta Komunitas Makassar di Monumen Mandala pada tanggal 24 – 25 Mei lalu, beberapa di antaranya merupakan komunitas penggerak kegiatan sosial. Sebuah kebanggan mengenal mereka. 

Para relawannya kebanyakan masih muda-muda dan sudah begitu peduli dengan kesejahteraan masyarakat. Mereka berusaha dengan dukungan dana sendiri yang seadanya sembari mengetuk hati para dermawan. Dari booth-booth yang mereka tempati di Pesta Komunitas Makassar, mereka berbagi cerita tentang kegiatan mereka dan mengajak pengunjung untuk turut mencerdaskan anak negeri bersama mereka. Inilah 3 di antaranya:


Para relawannya  terlibat dalam penyelenggaraan Kelas Inspirasi. Komunitas ini sudah dua kali menyelenggarakan event Say it With Books. Melalui event Say It with Books itu, Penyala mengajak warga Makassar untuk mendonasikan buku kepada anak-anak yang membutuhkan. Wilayah cakupan distribusi bukunya pun bukan hanya di Sulawesi Selatan, bahkan hingga ke Sulawesi Utara dan luar pulau Sulawesi.

Anak-anak ini menuliskan pesan motivasi untuk teman-teman mereka di wilayah lain
Saya sudah pernah menuliskan beberapa kegiatan mereka di blog ini, yaitu:

Selain itu, Penyala menyelenggarakan kegiatan bertajuk Pack Your Spirit. Di dalamnya ada kegiatan-kegiatan sosial untuk anak-anak kurang mampu, seperti: donasi buku, wisata sejarah, kuis Ranking 1, Pojok Baca, dan Pesan Semangat. Mereka bekerja sama dengan komunitas-komunitas sosial penyantun anak-anak di Makassar seperti SSC & Sekolah pesisir, KPAJ, Seicy, Lentera Negeri, dan Kampung Savana.

Bila ingin bergabung dengan grup yang sudah menelurkan satu buku antologi yang berisi kisah-kisah para relawannya ini, silakan ke grup Facebook Penyala Makassar di alamat ini:
https://www.facebook.com/groups/penyala.makassar/?fref=ts
Atau follow Twitter: @PenyalaMakassar


Ajakan untuk berdonasi 2 jam tiap 2 minggu, dalam rangka mengajak dan
mengajar anak-anak sekolah dasar untuk menulis
Pertama kali saya bertemu dengan dua relawan dari komunitas ini: Bunga dan pak Rahman adalah pada penyuluhan mengenai pentingnya mencuci tangan dengan bersih untuk warga di lingkungan saya, bertempat di TPA dekat rumah (tentang penyuluhan ini pernah saya tuliskan di: Hari Cuci Tangan Pakai Sabun).

Setelah itu, saya bersama teman-teman di IIDN Makassar berkesempatan bekerja sama dengan teman-teman Lemina dalam mengajak anak-anak pemulung di TPA Tamangapa Antang untuk belajar menuliskan isi hati dan pikiran mereka (saya tulis di tulisan berjudul Keceriaan Anak-Anak Kampung Pemulung).

Sebagian aktivis Penyala juga menjadi aktivis Lemina, Penyala dan Lemina bagaikan saudara kandung yang darahnya kental dengan irama-irama sosial. Tekad kuat mereka untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia melalui aneka kegiatan positif sangat luar biasa.

Foto-foto kegiatan
Booth Penyala dan booth Lemina di Pesta Komunitas Makassar terletak berdempetan. Di booth mereka, pengunjung boleh menuliskan pesan-pesan motivasi yang nanti akan dikirimkan kepada anak-anak di berbagai daerah agar mereka bersemangat dalam menuntut ilmu dan mengejar cita-cita. Beberapa anak usia sekolah dasar terlihat serius menuliskan pesan-pesan mereka di atas kertas berbentuk kemeja dengan spidol warna-warni. Ide keren, donasi tak selalu harus berupa materi, tetapi bisa juga dalam bentuk dukungan melalui tulisan pendek.

Salah satu kegiatan yang mereka lakukan baru-baru ini adalah konsisten dalam mengajar menulis anak-anak sekolah dasar selama 6 bulan. Setiap 2 minggu selama 2 jam mereka mengajari anak-anak agar bisa mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui tulisan. Siapa pun boleh bergabung menjadi relawan pengajar anak-anak.

Bila ingin mengenal lebih dekat Lemina, silakan ke:
Blog: http://lemina.wordpress.com
Akun FB lemina: https://www.facebook.com/sobat.lemina?fref=ts
Page Lemina: https://www.facebook.com/senyum.anak.indonesia?fref=ts
Twitter: @SobatLemina


Komunitas ini berdiri pada tanggal 15 Februari 2010. Dengan relawan-relawan dari berbagai latar belakang yang sebagian di antaranya masih mahasiswa, komunitas yang membina sekitar 57 orang anak jalanan ini mengadakan berbagai kegiatan untuk mencerdaskan anak-anak binaannya.

Booth KPAJ
Pernak-pernik KPAJ, mengajak pengunjung berdonasi
Usia anak-anak binaan bervariasi, dari umur 6 - 19 tahun. Ada yang duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Ada pula yang putus sekolah dan tidak pernah bersekolah. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah Sekolah Ahad.

Kegiatan di hari Ahad yang diberikan kepada anak-anak binaan yang dijuluki Pasukan Bintang ini berlangsung di tengah alam nan asri di depan Gedung Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (masuk dari pintu 1 Unhas, sesudah masjid kampus dan danau).

KPAJ menerima dengan tangan terbuka bagi siapa saja yang berminat menjadi donatur tetap bagi anak-anak ini. Selain itu ada "Gerakan 10 Ribu Bantu Sekolah". Cukup dengan menyisihkan 10 ribu / bulan, sudah bisa membantu biaya sekolah Pasukan Bintang.

Untuk kenal lebih dekat dengan KPAJ, silakan baca tulisan saya yang berjudul Para Pecinta Pasukan Bintang. Atau langsung saja klik:

Grup Facebook KPAJ: https://www.facebook.com/groups/kapeaje/?fref=ts
Website: http://kpajmakassar.org
twitter: @kpajmks
email: info@kpajmakassar.org

***

Saya optimis, insya Allah melalui para relawan ini, kita bisa menitip asa untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.


Makassar 28 Mei 2014



Tulisan ini merupakan tulisan ketiga mengenai Pesta Komunitas Makassar. Dua tulisan sebelumnya adalah:

Melihat Bayangan Tanpa Bercermin

$
0
0

Satu-satunya anak perempuan saya ini mirip dengan papanya. Ia memiliki “titik-titik geli” di wajahnya yang persis sama dengan papanya. Titik-titik geli itu letaknya berbeda-beda tiap hari tetapi selalu sama dengan papanya. Kalau hari ini pipi kirinya geli, pipi kiri papanya pasti geli di hari ini. Kalau kemarin yang geli pipi kanan Athifah, maka pipi kanan papanya geli pula di waktu yang sama. Lucu dan unik.

Begitu pun bila mereka tertawa, mirip sekali. Kalau mereka sedang berhadap-hadapan dan tertawa bersama seperti dalam foto ini, mereka seperti sedang bercermin satu sama lain. Ah, bukankah ini ekspresi cinta monumental?

Makassar, 31 Mei 2014



Foto ini diikutsertakan dalam Lomba Blog CIMONERS


Bila Dua Predator Nyawa Berkolaborasi

$
0
0
Saya pernah ceritakan dalam blog ini mengenai seorang anak bernama A Long di Cina yang kedua orang tuanya meninggal setelah didera KO-INFEKSI TB-HIV. Warga kampung yang mengetahui hal ini menjauhi A Long dan tega membiarkan anak tersebut sendirian di dalam rumahnya di atas sebuah gunung. Untungnya kisah A Long berakhir bahagia karena masih ada orang-orang yang peduli padanya setelah kasusnya tersebar di internet.

Baik TB saja maupun HIV saja, dampaknya sudah begitu mengerikan. Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi TB di seluruh dunia yang berdampak pada meningkatnya jumlah kasus TB di masyarakat. TB adalah penyebab utama kematian kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Hal ini dikarenakan TB masih menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Sementara TB, ko-infeksi dengan HIV menyebabkan peningkatan risiko kejadian TB secara signifikan. Diperkirakan pada tahun 2012 sebanyak 8,6 juta orang terjangkit TB dan 1,3 juta orang meninggal karena TB, termasuk di antaranya 320 ribu kasus dengan HIV positif. Bila tahun 2012 jumlah pasien TB dengan status HIV positif ada 3,3% maka di tahun 2013 terjadi peningkatan, menjadi 7,5% (Global Report, 2013).


Sebagian besar orang yang terinfeksi kuman TB tidak lantas menderita TB karena mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik. Infeksi (terserang kuman) tanpa jadi sakit tersebut dikenal sebagai infeksi TB laten. Namun, pada ODHA yang sistem kekebalan tubuhnya rendah maka infeksi TB laten tersebut dengan mudah berkembang menjadi sakit TB aktif.

Hanya sekitar 10% orang yang tidak terinfeksi HIV bila terinfeksi kuman TB maka akan menjadi sakit TB (aktif) sepanjang hidupnya. Sedangkan pada sekitar 60% ODHA yang terinfeksi kuman TB akan menjadi sakit TB aktif. Dengan demikian, epidemi HIV tentunya akan menyulut peningkatan jumlah kasus TB dalam masyarakat. Pasien TB dengan HIV positif dan ODHA dengan TB disebut sebagai pasien ko-infeksi TB-HIV.

Ketika infeksi HIV berkembang maka jumlah dan fungsi limfosit-T CD4+ menurun. Sel-sel ini berperan penting dalam melawan kuman TB. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang mampu untuk mencegah perkembangan dan penyebaran lokal kuman ini.

Penanggulangan TB dan HIV yang terkolaborasi menemui adanya
beberapa tantangan yang ingin terus diupayakan menghadapinya
Digambar sendiri dari sumber: http://www.tbindonesia.or.id/tb-hiv/
Saat ini perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. Jumlah kumulatif kasus HIV sejak tahun 2005 – Juni 2013 adalah 108.600 kasus.

Berbahaya sekali bukan kolaborasi kedua predator nyawa ini? Kuman TB bisa terdapat di mana-mana. Saya pernah terkejut saat melewati sebuah mal. Waktu itu saya yang dibonceng suami saya sedang memperhatikan suasana di depan mal.

Ketika melewati seorang lelaki yang hendak menyeberang jalan, tiba-tiba saja lelaki itu terbatuk-batuk persis di depan hidung saya saat kami melintas. Dalam hati saya berdo’a semoga saja ia bukan penderita TB. Nah, bagaimana bila seseorang yang sedang menderita TB terbatuk-batuk seperti itu persis di hadapan seseorang yang sedang menderita HIV? Saya bergidik membayangkan pengandaian tersebut.


Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2013 tentang penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia diterbitkan. Salah satu yang mendapat perhatian khusus adalah pasien TB, dengan memberikan penawaran tes HIV dan percepatan pemberian ARV bagi pasien ko-infeksi TB-HIV.

Strategi pelaksanaan Kolaborasi TB-HIV di Indonesia, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Membentuk mekanisme kolaborasi
• Membentuk kelompok kerja.
• Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB.
• Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV.
• Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
b. Menurunkan beban TB pada ODHA
• Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya.
• Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan tempat orang terkumpul
(rutan/lapas, panti rehabilitasi napza).
c. Menurunkan beban HIV pada pasien TB
• Menyediakan konseling dan tes HIV.
• Pencegahan HIV dan IMS.
• Pengobatan preventif dengan kotrimoksasol (PPK) dan IO lainnya.
• Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) ARV untuk HIV/AIDS

Menyadari betapa berbahayanya kolaborasi dari dua macam predator nyawa (TB dan HIV) ini, pemerintah kita sudah mengambil langkah-langkah serius. Ini bisa dilihat pada PETUNJUK TEKNIS TATA LAKSANA KLINIS KO-INFEKSI TB-HIV yang dapat diakses bebas di link: http://www.spiritia.or.id/Dok/juknistbhiv2013.pdf. Selanjutnya upaya semua pihak diperlukan untuk mengatasi penyebaran ko-infeksi TB-HIV. Diharapkan dengan penyebaran informasi, termasuk melalui blog seperti ini kesadaran masyarakat semakin baik dan angka penyebaran TB-HIV dapat ditekan semaksimal mungkin.

Makassar, 1 Juni 2014


Tulisan ini diikutkan Lomba Blog TB, Sesi ke-5

Referensi:

http://www.tbindonesia.or.id/tb-hiv/
http://www.spiritia.or.id/Dok/juknistbhiv2013.pdf

Asesoris Tidur

$
0
0
"Ma, dua malam mi Saya berhasil tidur dengan mata tertutup," tutur Athifah bangga. 

Bukan sekadar tutup mata seperti biasanya, maksudnya sudah dua malam ia berhasil tidur dengan memulai ritual tidurnya dengan membaca do'a sembari menurunkan bandananya hingga menutupi mata dan ia terlelap dengan bandana itu di matanya.

"Seperti di televisi," tambahnya lagi.

Makassar, 2 Juni 2014


Ck ck ck … anak-anak senang ya bisa melakukan sesuatu yang berbeda, termasuk kalau bisa tidur dengan gaya berbeda dari sebelumnya.

Ekspresi Athifah

$
0
0

Ini salah satu bentuk ekspresinya. Membuat saya berbunga-bunga membacanya

Gadis mungil kelahiran tahun 2006 ini unik. Saya merasa sudah bisa membaca karakternya. Dia ekstrovert, berbeda dengan saya yang introvert. Dia lincah, periang, ceriwis, kritis, dan punya kemampuan berbahasa yang jauh lebih maju daripada saya saat seusianya.

Dia terbiasa berbicara dengan kosa kata yang tidak lazim digunakan oleh anak seusianya. Dia terbiasa pula mengungkapkan perasaannya secara terus terang. Kesemua karakter tadi tidak saya miliki. Bukan berarti dia sama sekali berbeda dengan saya. Dia punya kemiripan karakter dengan saya, misalnya dalam hal mengamati reaksi emosional orang-orang di sekitarnya tapi ini masih harus dikembangkan lagi supaya menjadi lebih baik lagi(well, saya saja masih harus terus mengasah diri J).


Makassar, 2 Juni 2014

Kakek Kokek-Kokek

$
0
0
Waktu kecil, saya akrab dengan istilah “kokek-kokek”, yaitu mainan yang terbuat dari balon yang diberi sound effect serupa bunyi “KOKEK-KOKEK” yang menjadi sumber gangguan utama bagi orang dewasa ketika saya dan adik-adik memainkannya.

Sudah lama sekali saya tak melihatnya hingga baru-baru ini. Seorang lelaki tua yang usianya pasti di atas 60 tahun, berpeci hitam, berjalan kaki dengan sangat lambat, menyusuri jalan Rappocini Raya sambil menggenggam beberapa mainan kokek-kokek di tangan kirinya.

Tangan kanannya memekikkan sebuah mainan kokek-kokek. Seperti hendak menandingi bunyi-bunyi berisik yang ditimbulkan oleh deru kendaraan bermotor dan klakson aneka bunyi di jalan raya itu.

Sepertinya matanya tak begitu awas lagi. Penglihatannya harus
berakomodasi penuh pada lembaran rupiah yang diterimanya

Seorang bocah lelaki setinggi pundaknya yang juga berpeci hitam mengiringi langkah sang kakek. Bocah itu memegang sebuah … bukan … dua buah barang yang terlihat seperti kotak kayu. Barangkali bocah itu cucu sang kakek. Baju mereka sama lusuhnya. Sandal yang mereka kenakan pun sama dekilnya. Entah sudah berapa jauh jarak yang mereka tempuh dari kediaman mereka, debu-debu yang melekat pada mereka pasti tak mampu menjawabnya.

Saat ada orang menghentikan kendaraannya dan membeli sebuah kokek-kokek, spontan kedua tangan sang kakek menengadah ke atas seraya mulutnya komat-kamit, menggumamkan sesuatu. Seperti sedang berdo’a, bersyukur ada yang membeli hasil jerih-payahnya.

Hati siapa yang tak tersentuh melihat mereka. Walau langkahnya tersaruk-saruk, kakek itu tetap gigih menyusuri jalan-jalan kota, guna mengais rezeki halal. Sang bocah terlihat begitu sabar berjalan di sisinya.

Kokek-kokek
Padahal kakek itu bisa saja membalut sebelah kakinya dan mengendarai bidang kayu datar beroda sembari menengadahkan tangan kosong kepada siapa pun yang melintas di tepi jalan,seperti yang dilakukan beberapa orang sepantarannya. Tetapi ia tak melakukannya. Ia tak mengemis. Sekerat tenaga yang ia miliki, ia gunakan untuk berikhtiar sepenuh hati dengan membuat mainan kokek-kokek yang tak seberapa jumlahnya lalu menjajakannya.

Ia mungkin tak tahu sekarang bukanlah seperti era 70-an atau 80-an lagi, ketika kokek-kokek menjadi mainan primadona di hati anak-anak Makassar. Ketika itu sering terdengar anak-anak menjerit-jerit histeris karena keinginan memiliki sebuah kokek-kokek tak dipenuhi ibu mereka.

Ia mungkin tak tahu kalau model mainan anak-anak kini sudah banyak berubah sebesar perubahan zaman tetapi ia memiliki satu hal yang tak pernah boleh berubah sebesar apapun zaman berubah, dan itu harus kita tiru: TEKAD MENCARI REZEKI HALAL.

Berkah Allah untukmu, Kakek. Semoga Dia Yang Mahapengasih menjagamu selalu dengan kesehatan dan rezeki yang baik.

Makassar, 2 Juni 2014


Semoga diaminkan banyak orang ya Kakek

Ibu, Pemimpin Negara Kecil

$
0
0
Tulisan ini awalnya dibuat untuk diikutkan lomba Perempuan Pemimpin. Awalnya berjudul BILA IBU JADI PEMIMPIN, RAKYAT ADALAH KELUARGANYA 
Tapi karena tak menang, saya posting di blog ini 
yang saya bagi-bagi ke dalam sub-sub judulnya.


Berdasarkan salah satu definisi kata “memimpin” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maka predikat IBU bisa secara otomatis menjadikan seorang perempuan menjadi PEMIMPIN.

Dalam KBBI disebutkan, memimpin adalah melatih (mendidik, mengajari, dan sebagainya) supaya dapat mengerjakan sendiri. Nah, hal ini umumnya dilakukan ibu untuk kemajuan anaknya, bukan?

Sejatinya, seorang ibu memang merupakan pemimpin bagi anak-anaknya. Fungsi kepemimpinan pun dilakukannya setip hari. Mari kita simak Fungsi Kepemimpinan yang dirumuskan oleh David Krech dan R. Cruchfield. Dari 14 fungsi yang dijabarkan mereka, setidaknya ada 9 fungsi yang setiap hari dilakukan seorang ibu:
  1. Pelaksanaan, artinya melaksanakan apa yang dipinta anak.
  2. Perencana, membuat rencana, dengan anak sebagai pelaksana
  3. Pembuat kebijakan, yaitu membuat kebijakan (policy) untuk anak.
  4. Sebagai ahli, yaitu ibu bertindak sebagai orang yang mempunyai keahlian dalam suatu hal, misalnya dalam membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah.
  5. Wakil kelompok ke luar, misalnya mewakili anak-anak dalam menyelesaikan urusan pendaftaran sekolah.
  6. Pengawas hubungan, yaitu mengawasi atau mengamati jalannya interaksi antar anggota keluarga kalau-kalau ada masalah.
  7. Pemberi hadiah atau hukuman, misalnya memberikan hadiah atau pujian bagi anak yang patuh, atau memberikan hukuman/teguran kepada anak yang melakukan kesalahan.
  8. Wasit dan perantara, artinya hanya bertindak mendamaikan jika ada perselisihan antar anggota keluarga, menjadi perantara dalam menyampaikan sesuatu jika ada hal yang sulit disampaikan langsung oleh anak kepada anggota keluarga lain.
  9. Sebagai contoh atau teladan, seorang ibu harus memberikan contoh bagaimana cara bersikap atau mengerjakan sesuatu kepada anak. 

Sumber: whattheflicka.com
Seorang ibu memimpin“negara kecilnya”, yaitu keluarganya sendiri. Tanpa visi, misi, dan arahan yang kuat dari seorang ibu, anak sulit untuk tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin.

Berdasarkan Kotter,1996, kepemimpinan lebih banyak berfokus menciptakan visi ke depan bagi organisasi dan mengembangkan strategi jauh ke depan tentang perubahan-perubahan yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi tersebut bagi organisasi. Kepemimpinan lebih banyak memandang pada horizon yang luas (keeping eye on the horizon) dan menekankan hasil-hasil jangka panjang (long term result).

Sebagai organisasi kecil, sebuah keluarga pun memiliki visi yang diusung pendirinya (pasangan suami-istri). Tak perlu dituliskan, cukup saling dikomunikasikan oleh kedua belah pihak, bisa saja tak disadari keduanya itulah yang namanya visi. Rumahtangga yang sehat seharusnya punya visi yang jelas, agar bisa membawa anggota keluarganya kepada kesejahteraan yang diharapkan.

Visi merupakan sebuah gambaran dari ambisi, bentuk impian yang diinginkan bagi keluarga. Contohnya, tercapainya kesehatan jasmani dan rohani, serta kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual yang semaksimal mungkin bagi semua anggota.

Dengan kuatnya visi yang demikian, seorang ibu setiap harinya punya Standard Operation Procedure (SOP) yang mantap untuk keluarganya. Ia punya strategisendiri untuk mengoptimalkan pemberian asupan gizi bagi anaknya, mengajari anaknya tata krama dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya, untuk mengajari anaknya ritual ibadah yang diyakininya, untuk memahamkan anaknya mata pelajaran tertentu yang diajarkan di sekolah, dan sebagainya.


Maka sudah selayaknyalah seorang ibu menjadi manusia pembelajar agar mempunyai wawasan yang luas dan tak mudah tergilas zaman.

Makassar, 3 Juni 2014

Bersambung

Kalah? Alhamdulillah!

$
0
0
Dalam dunia menulis, dapat kabar dari penyelenggara lomba, penerbit, media itu menyenangkan. Walaupun itu kabar buruk bahwa tulisan kita ditolak. Loh? hehe iya, itu menurut saya sih. Kalau dapat kabar, walaupun ditolak koq saya merasa (jerih-payah saya) dihargai.

Pernah ada lomba blog yang pengumumannya entah disembunyikan di mana. Seorang teman mengejar sampai ke perusahaan. Ia menghubungi manajer marketing tertinggi perusahaan itu, dihubungkanlah ia ke stafnya, lalu kemudian ke EO - penyelenggaranya. Eh, si EO malah marah-marah karena kena teguran dari perusahaan kliennya.

Katanya pengumuman sudah ada. Gemas kan ya? Ini kan bukan mengenai ambisi untuk menang. Tapi mencari hak membaca pengumuman, itu saja. Dalam lomba blog, blogger sudah memberikan keuntungan yang luar biasa kepada perusahaan dengan promosi yang "hanya" dibayar dalam bentuk hadiah untuk segelintir orang kepada perusahaan tersebut. Pesertanya bisa puluhan bahkan ratusan. Hak dituntut setelah melakukan kewajiban. Sejak kelas 1 SD kita diajari demikian. Dalam pelajaran anak-anak saya pun demikian. Nah, kewajiban menulis dan mengirim tulisan sudah dilakukan. Lalu, apakah berlebihan kalau peserta hanya menuntut sekadar informasi yang akurat? Tidak, kan?

Karena gemas, saya ikut memberikan masukan kepada sang manajer marketing perusahaan tersebut. Masukan saja agar tak terulang kembali. Saya sampaikan bahwa hal seperti ini bisa menjadi preseden buruk bagi perusahaannya. Blogger itu ada jutaan dan menguasai media-media sosial lho, jadi jangan dianggap enteng. Saya kasihan juga sama perusahaan itu, ya .. siapa tahu saja mau mengambil masukan dari saya.

Nah, bagaimana kalau sudah menulis sebanyak 12 halaman spasi 1, dan pengumuman belum ketahuan padahal katanya akan diumumkan tanggal 16 Mei? Kalau hanya menulis hal ringan sebanyak 1 - 2 halaman, spasi 1,5, dan tidak pakai menguras pikiran dan energi, saya mungkin memilih melupakannya. Tapi ini saya mengerahkan seluruh energi saya untuk menuliskan pikiran saya tentang PEREMPUAN PEMIMPIN. Ini bukan materi ringan buat saya. Sungguh .. saya tidak bisa melupakan bahwa saya belum melihat pengumuman yang dijanjikan penyelenggaranya.

Sumber: freeimagescollection.com
Maka saya membuat tulisan ini menjadi status di Facebook saking inginnya tahu informasinya. Saya bolak-balik di page-nya, belum ada pengumuman lomba. Tapi rasanya tidak mungkin penyelenggaranya ingkar karena saya tahu penyelenggaranya itu sudah punya reputasi. Jadi hanya masalah distribusi informasi saja kelihatannya.

Alhamdulillah tak berapa lama ada informasi dari mak Haya Aliya Zaki kalau informasinya sudah ada di web penyelenggara. Weh, saya baru menyadari ketololan saya. Seharusnya saya mengecek di Google saja J.

Membaca informasi di link itu, saya bersyukur. Karena saya menang? He he he bukan. Saya kalah. Tapi perasaan saya plong. Suer! Saya tak kecewa. Saya mah orangnya pedean. Saya maah tidak percaya tulisan saya jelek tapi saya tidak berbangga diri dan tidak pula takabur apalagi sombong. Saya percaya diri karena saya yakin sekali punya gaya menulis dan pola pikir yang khas.

Saya mencerap segala informasi dan menuangkan tulisan ke dalam bentuk yang tak ada siapa pun yang menyamainya. Bukan karena saya yang paling hebat sedunia. Bukan. Tapi karena alur kehidupan dan proses pembelajaran yang saya lalui dan miliki itu unik. Tak ada samanya dengan orang lain. Apa yang saya sukai, apa yang saya perhatikan, tak mungkin menyamai pikiran orang lain. Yah, bukan berbeda sama sekali sih. Pasti ada yang sependapat dengan saya. Tapi cara saya menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan itu pasti khas sekali. Ala saya.

Tak bisa dipungkiri, juri lomba itu mau seobyektif bagaimana pun, pasti punya subyektifitas juga. Dan sebuah lomba itu punya misi yang dibawa. Kalau tak menang, berarti salah satu alasannya adalah tulisan saya tidak sesuai dengan subyektifitas dan misi yang dibawa oleh juri dan lembaga penyelenggaranya. Khusus dalam lomba ini, misinya adalah pluralisme.

Persepsi pluralisme bisa saja berbeda bagi setiap orang. Bagi penyelenggara dan juri lomba, bisa saja persepsinya berbeda dengan saya. Saya mempersepsikan pluralisme tentunya tak bisa lepas dari idealisme saya. Jadi bisa saja kami tidak sepakat sehingga saya kalah. Ini salah satu analisa saya saja. Bisa benar, bisa pula tidak.

Nah, kekalahan itu saya anggap sebagai bantal pengalas “kejatuhan” saya. Semakin sering saya kalah, semakin tinggi bantal-bantal itu tersusun. Jadi kalau saya “jatuh” karena kalah, jatuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak besar lagi dampaknya. Sesegera mungkin saya bisa bangkit lagi dan meneruskan hidup saya.

Hidup itu simpel. Jangan dibikin rumit. Kekalahan itu memang cuma kemenangan yang tertunda. Menyikapi kekalahan dengan baik berarti memenangkan jiwa kita dari kegalauan, dari frustrasi, dan dari kejelekan-kejelekan lainnya.

Sepakat? Toss yuk J


Makassar, 4 Juni 2012

Oya ini tulisan yang kalah itu:

(ini baru bagian pertama)

Ibu, Sebagai Pemimpin Wilayah

$
0
0
 Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan berjudul 
(merupakan tulisan kedua dari tulisan yang semula berjudul 
BILA IBU JADI PEMIMPIN, RAKYAT ADALAH KELUARGANYA)


Tri Rismaharini. Siapa yang tak kenal namanya. Prestasi kepemimpinan perempuan ini sebagai walikota Surabaya begitu gemilang. Rakyat Surabaya merasakan perubahan signifikan sejak masa kepemimpinannya pada tahun 2010.

Sisi femininnya tak menghalangi kiprahnya menjadi pemimpin yang tegas. Kontroversi terjadi dalam tahun pertama masa kepemimpinannya. Ketua DPRD Surabaya, Whisnu Wardhana menurunkan Risma dari jabatannya dengan hak angketnya.

Penyebabnya adalah karena Risma mengeluarkan Peraturan Walikota (Perwali) tentang kenaikan pajak reklame menjadi 25%. Keputusan Whisnu itu didukung oleh 6 dari 7 fraksi politik yang ada di dewan, termasuk PDI-P, partai yang mengusungnya. Hanya PKS yang tak setuju.

Tentang Perwali nomor 57 yang menjadi kontrovesi itu, Risma beralasan, pajak di kawasan khusus perlu dinaikkan agar pengusaha tidak seenaknya memasang iklan di jalan umum, dan agar kota tak dipenuhi iklan. Dengan pajak yang tinggi pemerintah berharap, pengusaha beralih memasang iklan di media massa, ketimbang memasang baliho di jalan-jalan kota.

Sumber: http://www.femina.co.id/
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi menilai alasan pemakzulan Risma adalah hal yang mengada-ngada. Mendagri menegaskan Risma tetap menjabat sebagai walikota Surabaya.

Belakangan beredar kabar bahwa hal ini disebabkan banyaknya kalangan di DPRD Kota Surabaya yang tak suka dengan sepak terjang Risma yang terkenal tidak kompromi dan punya tekad kuat dalam membangun Kota Surabaya, termasuk yang menolak keras pembangunan tol tengah Kota Surabaya karena dinilainya tidak bermanfaat untuk mengatasi kemacetan. Ia lebih memilih meneruskan proyek frontage road dan MERR-IIC (Middle East Ring Road) yang akan menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur Surabaya yang juga akan bermanfaat untuk pemerataan pembangunan kota.

Bukan hanya dalam tata kota, Risma juga punya komitmen yang kuat dalam menyelesaikan rmasalah kekerasan terhadap anak dan perempuandi Surabaya. Hatinya yang lembut tersentuh dengan nasib mereka. Ia tak ingin mendung menggelayuti wajah anak-anak Surabaya. Segala penyelesaian ia upayakan untuk kebahagiaan mereka. Kini banyak anak dari kalangan keluarga sederhana yang mampu menunjukkan prestasi dalam berbagai bidang berkat motivasi yang diberikannya.

Di sinilah kekhasan yang ditunjukkan Risma sebagai sosok perempuan pemimpin. Ia memperlakukan anak-anak Surabaya seperti anak-anaknya sendiri dan memperlakukan warga Surabaya seperti anggota keluarganya sendiri. Ia berkeliling kota memperhatikan wajah anak-anak yang berkeliaran di jalan-jalan kota. Ia memperhatikan bahasa tubuh mereka. Jika menemukan kemurungan yang tak wajar di wajah seorang anak, tak sungkan ia turun dari kendaraannya untuk mencari tahu apa penyebab kemurungan si anak.

Bila hujan deras mengguyur Surabaya, ia tak segan-segan segera berkeliling kota memperhatikan drainase kota, mengecek apakah ada yang tersumbat. Bila ada, ia tak segan turun langsung membersihkan penyebabnya. Risma ingin semua warga kota bisa tidur nyenyak, tanpa diganggu bencana banjir.

Saat menemukan jembatan yang tak terlihat kokoh lagi, Risma malah memerintahkan sopirnya untuk melaluinya. Ia tak takut jatuh. Ia lebih memilih terjatuh duluan jika memang ada kerusakan pada jembatan tersebut, ketimbang warga kota mengalaminya.

Di bawah kepemimpinan Risma, Surabaya tiga kali meraih piala adipura (tahun 2011, 2012, dan 2013) kategori kota metropolitan. Risma juga menjadikan Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasi rakyatnya dalam mengelola lingkungan se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet.

Pada Oktober 2013, Kota Surabaya memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 pada 2 bidang sekaligus (data center dan inklusi digital) menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik. Taman Bungkul yang pernah dipugarnya pun meraih penghargaan The 2013 Asian Townscape Award sebagai taman terbaik seasia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada Februari 2014, Tri Rismaharini dinobatkan sebagai Mayor of the Month (wali kota terbaik di dunia untuk bulan Februari 2014) atas keberhasilannya selama memimpin Surabaya sebagai kota metropolitan yang paling baik penataannya.

Baru-baru ini (pada tanggal 16 April 2014), Risma meraih penghargaan "Innovative City of the Future" dalam acara Socrates Award Ceremonybersama para wali kota dari seluruh dunia, dari lembaga Europe Business Assembly (EBA) bertempat di Institute of Director di London.


Penghargaan ini diberikan kepada Risma sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras dan dedikasinya dalam memimpin kota Surabaya selama ini. Sekaligus juga merupakan bentuk pengakuan dari para akademisi dan pemimpin kota di Eropa kepada Risma dan pemerintah kota Surabaya. Kini, semua warga Indonesia yang kotanya sedang mengalami berbagai masalah merindukan pemimpin seperti Risma. Lebih dari semua itu, penghargaan terbesar bagi Risma adalah: ia ada di dalam hati warga Surabaya. Ketika ada isu Risma hendak mundur, sebuah gerakan rakyat bertajuk #SaveRisma digelar untuk mempertahankannya sebagai pemimpin kota.

Makassar, 5 Juni 2014

Besambung

Catatan: Daftar referensi saya sertakan di tulisan terakhir

Jika Saya Menjadi Perempuan Pemimpin

$
0
0
Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan berjudul 
(merupakan tulisan ketiga dari tulisan yang semula berjudul 
BILA IBU JADI PEMIMPIN, RAKYAT ADALAH KELUARGANYA)


Untuk menjadi pemimpin wilayah yang jauh lebih luas daripada keluarga kecilnya, seorang ibu harus menggeser sudut pandangnya. Bila sebagai ibu ia sudah memiliki visi, strategi, dan menjalankan fungsi kepemimpinan dalam negara kecilnya, sebagai pemimpin wilayah ia harus bersikap khas seperti Tri Rismaharini. Ia harus bisa memperhatikan kesejahteraan warga termasuk anak-anak sebaik-baiknya dengan menganggap mereka sebagai keluarga/anak-anaknya sendiri.

Naluri perempuan yang dimiliki seorang perempuan pemimpin bukan hanya bisa menyebabkan bulir-bulir air matanya turun karena empati yang begitu mendalam dirasakannya tetapi ia juga harus bertekad baja menyelesaikan permasalahan yang ada.


Perkembangan zaman menuntut berbagai perkembangan terjadi. Perkembangan teknologi di seluruh dunia berkorelasi dengan perkembangan dunia pendidikan. Namun bagaikan dua sisi mata uang, perkembangan teknologi juga menimbulkan aneka dampak negatif. Dampak negatif itu menjadi begitu berat bila dirasakan  anak-anak, perempuan, dan kaum difabel.

Sebagai pemimpin, seorang perempuan baiknya fokus pada ke-6 poin di bawah ini. Keenam poin tersebut amat membutuhkan penanganan yang serius agar para perempuan dan anak-anak bisa hidup dengan tenteram:

Sumber: hrpeople.monster.com

#1 Pelecehan Seksual Kepada Anak-Anak dan Perempuan

Bulan April ini, Indonesia digemparkan oleh berita pelecehan seksual kepada siswa Taman Kanak-Kanak di Jakarta International School. Keamanan yang demikian ketat diberlakukan pihak sekolah ternyata tak menjamin kejahatan tak terjadi di dalam lingkungan sekolah.

Sungguh biadab, petugas-petugas kebersihan melakukan sodomi kepada seorang siswa TK hingga menyebabkan si anak terjangkit penyakit herpes. Pihak sekolah belum menunjukkan keseriusan mempertanggungjawabkannya. Si anak trauma. Ibunya menanggung duka tak terkira. Untungnya 2 pelaku bisa tertangkap.

Polisi menemukan flash disk berisi produk pornografi milik salah satu tersangka. Ia kecanduan pornografi. Pemeriksaan  “Ini bencana nasional! Data yang kami pegang menunjukkan kekerasan seksual pada anak terjadi di dua belas provinsi di dalam lingkungan sekolah,” seru Ely Risman, psikolog dan peneliti kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak dalam acara talk show televisi “Indonesia Lawyers Club” pada tanggal 22 April 2014.

Masih menurut Ely Risman, pecandu pornografi seperti ini mengalami kerusakan otak di atas alis kanan. Mereka sekilas terlihat normal tapi sesungguhnya memiliki gangguan yang berbahaya.

Pornografi begitu mudah diakses di zaman ini. Kecanggihan gadget memungkinkannya. Nafsu-nafsu hewani dilampiaskan di mana-mana, bahkan di dalam kendaraan umum. Siapa saja bisa menjadi korban, entah itu anak-anak, mahasiswi, atau perempuan baik-baik lainnya. Entah di mana nurani dan harga diri para pelaku hingga begitu mudah dikendalikan oleh libido.

Para pelaku kejahatan seperti itu tak cukup bila hanya dihukum 5 – 15 tahun seperti yang tertera pada pasal 81 KUHP. Mereka layak mendapatkan hukuman yang menimbulkan efek jera karena telah melakukan kejahatan moral yang dampaknya tak terukur terhadap korbannya.

#2 Perdagangan perempuan dan anak

Kesulitan ekonomi dewasa ini menimbulkan banyak kreatifitas dalam mencari nafkah. Berbagai industri kreatif bermunculan, mulai dari skala kecil hingga besar. Orang-orang yang over kreatif bahkan memperdagangkan perempuan dan anak-anak!

Seorang warga negara Indonesia di New York, Shandra Waworuntu pada tahun 2001dijadikan pekerja seks oleh sindikat perdagangan manusia yang menjeratnya dengan iming-iming magang di sebuah hotel.

Saat itu krisis ekonomi sedang melanda Indonesia, Shandra baru diberhentikan dari bank tempatnya bekerja. Berbekal selembar tiket, visa, dan sejumlah uang, Shandra berangkat ke AS untuk merambah dunia kerja baru. Namun, sejak hari pertama menjejakkan kaki di AS, Shandra dipaksa menjadi pekerja seks komersial di sebuah rumah bordil di kota New York. Shandra berpindah-pindah tempat dan kota hingga akhirnya berhasil melarikan diri melalui jendela kamar mandi. FBI menindaklanjuti laporannya berdasarkan catatan harian yang dibuat Shandra.

Badan Reserse dan Kriminal Kepolisian Republik Indonesia pada bulan Maret lalu mengungkap jaringan perdagangan manusia yang mengirim 9 WNI untuk menjadi tenaga kerja ilegal di Guangzhou, Cina.

Mereka yang di bawah umur pun kerap menjadi sasaran perdagangan manusia. Pada bulan Januari lalu, terungkap kasus perdagangan 6 perempuan di bawah umur asal Brebes, Jawa Tengah. Pada bulan Januari lalu Polresta Medan berhasil mengungkap perdagangan bayi yang dilakukan oleh seorang bidan bersama suaminya. Bayi yang diperdagangkan berasal dari seorang PSK di Batam.

Entah mengapa kreatifitas macam ini seperti sulit habisnya. Dibutuhkan penanganan yang serius dalam menanganinya.

#3 Peninjauan kembali proses belajar-mengajar di sekolah

Kurikulum pendidikan sering berganti tapi pelaksanaannya di lapangan nyaris tak berubah secara signifikan. Banyak guru yang bingung dengan perubahan kurikulum. Walaupun secara tertulis perubahan itu tampak esensial namun belum tentu demikian pada pelaksanaannya karena belum tentu kemampuan guru memadai untuk mentransfernya kembali kepada anak-anak berdasarkan “kemauan” pembuat kurikulum. Ibaratnya guru harus melukis lengkap sebuah pemandangan hutan di atas kanvas berbingkai, ia hanya mampu memasang bingkai dan membuat sekadar sketsa saja.

Setiap hari anak-anak mulai murid kelas 1 sekolah dasar harus membawa tas berat berisi perlengkapan sekolahnya namun belum tentu dalam sehari guru mampu memberikan semua bahan pelajaran secara optimal. Akibatnya belum tentu di akhir semester siswa menguasai semuanya.

Yang harus dipelajari di sekolah amat banyak padahal yang akan ia terapkan kelak setelah usai menempuh jenjang pendidikan dan memasuki dunia kerja tak sebanyak itu. Waktu bermain dan bersosialisasi mereka dengan sekitarnya pun berkurang karena harus mengerjakan berbagai tugas dan mempelajari aneka mata pelajaran.

Padahal bila diingat-ingat, bersekolah pada tahun 80 – 90-an tak sesulit itu tapi toh mutu luaran institusi pendidikan di masa itu tak menjadi bodoh. Mengapa tak bercermin saja pada masa-masa itu? Pada masa di mana siswa-siswa sekolah dasar tak perlu membawa ransel berat ke sekolah mereka tapi tetap mampu berprestasi dalam segala bidang?

Belum lagi mengenai jenjang pendidikan tinggi. Memang sekarang daerah/swasta dimudahkan dalam pendirian intitusi pendidikan tinggi. Tapi mutu luarannya belum tentu bisa bersaing dengan instansi negeri terkemuka yang ketat seleksi tes masuknya.

Jurusan-jurusan yang dibuka saat ini pun beragam padahal lapangan kerja yang tersedia tak sebanyak jumlah luaran perguruan tinggi yang tak terserap dunia kerja. Mengapa tak meninjau kembali kebijakan mengenai jenis-jenis jurusan yang boleh menerima mahasiswa baru? Mengapa membiarkan banyak orang mengeluarkan uang puluhan juta rupian dan membiarkan mereka menaruh harap untuk jenis-jenis jurusan yang akan sulit menemukan lahan kerja?

Bukan hanya hal-hal itu, masih banyak lagi yang perlu diperhatikan mengenai dunia pendidikan kita. Masih banyak pekerjaan besar yang harus dilakukan untuk menjamin pendidikan memang menghasilkan manusia-manusia yang bermanfaat bagi sesamanya dan bagi negaranya karena pendidikan kita masih terlalu terfokus dalam bidang kecerdasan intelektual sementara di dunia kerja dan di kehidupan nyata, pendidikan intelektual bukanlah segala-galanya. Untuk menjadi manusia bijak yang mampi menyikapi segala permasalahan hidup, seseorang harus juga memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional yang bagus.

#4 Pendidikan teknologi dan infrastruktur yang memadai bagi ibu-ibu

Ibu adalah pendidik utama anak. Kebutuhan pembelajaran ibu tak mudah didapatkan hanya dari media cetak. Butuh internet untuk melengkapinya.

Di Kumpulan Emak-Emak Blogger (KEB), para perempuan saling berbagi lewat tulisan. Secara tak langsung, kebiasaan mereka menulis apa saja turut mencerdaskan sesamanya.

Aneka wawasan diperoleh dari saling mengunjungi blog-blog sesama anggota. Berbagai hal dibagi dalam bentuk tulisan. Mulai dari cara menjaga keharmonisan suami – istri, menjaga kehamilan, mengatasi permasalahan selama hamil, pengetahuan mengenai melahirkan, merawat bayi, merawat anak usia balita, merawat anak usia sekolah dasar/remaja, bagaimana menghadapi konflik rumahtangga, konflik dengan sesama, tips parenting, pengetahuan mom preneur, dan lain sebagainya.

Bila mereka yang tinggal di Jawa bisa ngeblog dengan lancar walaupun tinggal di pelosok-pelosok desa, tak demikian halnya yang tinggal di Sulawesi. Infrastruktur yang tak memadai menjadi halangan berarti para ibu untuk ngeblog walaupun semangat di dada begitu membara.

Kaum ibu Indonesia perlu mendapatkan akses internet yang memadai agar bisa terus mengembangkan dirinya tanpa perlu keluar rumah. Kementerian Komunikasi dan Informasi memang telah mulai menyelenggarakan pemerataan akses internet melalui program ICT USO (Information Communication Technology Universal Service Oblogation) namun masih perlu program ini didorong dengan memberikan kesempatan pihak lain untuk berinvestasi demi teknologi yang memadai dan murah bagi masyarakat.

Selain itu para ibu perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai penggunaan teknologi. Bukan hanya untuk pengembangan dirinya, juga agar bisa memproteksi anak-anak mereka dari dampak buruk internet yang saat ini mudah sekali terjadi.

Membekali diri dengan teknologi pun perlu karena media tak bisa memberikan semua kebutuhan pembelajaran dan pemberdayaan diri perempuan maka perempuan sendiri yang harus bisa melakukannya, dengan saling berbagi melalui internet. Bisa dengan menggunakan blog ataupun media-media sosial.

Perempuan bisa pula mendukung gerakan massa melalui internet, contohnya dengan menandatangani petisi di change.org untuk kebaikan bangsa ini. Gerakan massa bisa digunakan untuk mengontrol media main stream agar obyektif dan edukatif dalam menyajikan berita dan hiburan.

#5 Mengendalikan mutu siaran televisi dan media lain

Mutu siaran televisi terutama yang tayang di jam-jam premiere sekarang memprihatinkan. Terlihat adanya kemiripan pada banyak acara. Hiburan dengan format tidak jelas karena isinya campur-campur.

Stasiun televisi begitu mengindahkan rating. Padahal siarannya yang rating-nya tinggi tidak pernah sampai ditonton separuh warga negara Indonesia, angkanya kira-kira puluhan juta[i]. Jauh lebih banyak yang tak menonton acara tersebut. Kalaupun menonton, apa iya semuanya menontonnya sepanjang durasi tayangan, tidak memindah-mindahkan channel?

Rating dan share seolah mendikte selera penonton.Bila kondang di stasiun tivi sana maka stasiun tivi sini menduplikasinya. Industri media seolah “menciptakan regulasi” atau indikatornya sendiri melalui rating dan share yang jauh lebuh kuat dari semua regulasi yang ada di dunia penyiaran. Kondisi yang sama juga berlaku untuk media cetak (dari perhitungan oplah) dan media online (dari segi popularitas dan kunjungan).

Adalah kenyataan bahwa media-media besar yang kebanyakan beredar nasional (79 stasiun televisi, 66 stasiun radio, 318 media cetak, dan 8 media online) dimiliki oleh hanya 12 kelompok perusahaan[ii], yaitu: Global Mediacomm (MNC), Jawa Pos News Network, Kelompok Kompas Gramedia, Mahaka Media Group, Elang Mahkota Teknologi, CT Corp, Visi Media Asia, Media Group, MRA Media, Femina Group, Tempo Inti Media, dan Beritasatu Mediaholding.

Sebagagi industri, media tidak lagi memelihara tujuan utamanya dalam beraktifitas: bonum publicum (kesejahteraan bersama). Media seharusnya mampu memediasi publik, kontennya harus merefleksikan keberagaman masyarakat. UU Penyiaran dan UU Pers sebenarnya mampu memenuhi hak warga atas keberagaman konten namun kenyataannya tak demikian. Kepentingan politik dan kepentingan ekonomi mengalahkan otoritas yang ada.

Perempuan, anak, dan difabel merupakan kaum yang terpinggirkan dalam penyajian konten media. Walau perempuan merupakan salah satu dari 3 golongan yang mendapat perhatian media menurut survey Mark Plus di 10 kota besar, pada kenyataannya penggambaran perempuan di media cenderung terdistorsi maknanya. Dalam iklan misalnya, perempuan ditampilkan dalam konstruksi yang memanipulasi keadaan yang sebenarnya. Bukan hanya fungsi dan nilai guna sebuah produk yang ditonjolkan tetapi bisa berupa citra diri individu, gaya hidup sekelompok orang, dan kepuasan (dari perspektif laki-laki).

Berdasarkan temuan Aliansi Jurnalis Independen/AJI (2011), di koran-koran: dari 195berita tentang isu perempuan, 145 didasarkan hanya pada peristiwa/peringatan tertentu (contohnya Hari Kartini dan Hari Ibu) dan 50 sisanya berdasarkan pada gagasan (enterprise reporting), sementara topik utamanya adalah kekerasan (seksual) sebanyak 43 item. Komnas Perempuan (2012) menemukan pula hal yang serupa: dari 1.210 berita tentang perempuan, fokus utamanya adalah kekerasan (seksual), sebanyak 346 berita. Ini menunjukkan bahwa “liputan enterprisetentang isu perempuan sangat jarang padahal perempuan membutuhkannya.

Tak beda jauh dengan studi AJI pada tayangan televisi (2011). Dari 124 berita tentang perempuan, 37 tentang kekerasan. Sementara 86 lainnya didasarkan pada peristiwa/peringatan tertentu.

Ini menunjukkan bahwa tak mudah bagi perempuan mendapatkan haknya untuk mendapatkan berita yang mampu memberdayakan dirinya dari media main stream. Olehnya itu perlu kebijakan yang tepat dan tekad yang kuat untuk memberlakukan keberagaman konten yang mendukung prespektif gender.

Begitu pun konten yang mendidik anak-anak, jumlahnya minim sekali. Ambil contoh kecil, lagu-lagu anak yang memang sesuai untuk usia anak-anak, sekarang tak ada lagi tempatnya di televisi. Anak-anak dibius dengan lagu-lagu cinta ala remaja. Pada jam-jam di mana sebagian besar anak Indonesia sedang terjaga, acara televisi didominasi dengan acara-acara joged-joged yang tak jelas formatnya, mirip-mirip pula.

Gaung AFTA (ASEAN Free Trade Area) tak ada di televisi kita. Padahal tahun 2015 era AFTA terbuka. Orang-orang dari negara-negara ASEAN lain akan berdatangan dan bersaing merebut pangsa pasar kerja di Indonesia. Ironisnya, anak-anak kita saat ini masih terbius dengan tayangan dan sinetron tak bermutu. Ibu-ibu mereka pun dibius dengan sinetron dan infotainmen yang juga tak bermutu

Padahal urgent sekali untuk menyebarluaskan perihal AFTA. Stasiun televisilah yang bisa menjangkau pelosok-pelosok desa agar anak-anak bangsa ini bisa segera bersiap untuk menghadapi persaingan yang semakin berat di masa mendatang. Stasiun televisi pula yang mampu menjangkau para ibu mereka agar bisa membantu anak-anak mereka untuk mempersiapkan diri.

#6 Mengakomodir kebutuhan para difabel

Media sering menampilkan tayangan yang menampilkan para difabel dengan mendramatisirnya. Menggambarkan kehidupan yang sulit dan menyedihkan padahal pada kenyataannya tak demikian. Banyak difabel yang tangguh tapi sisi ini kurang diekspos.

Ada pula yang menampilkannya sebagai bahan olok-olok seperti sinetron komedi situasi berjudul 3 Mas Ketir yang pernah tayang tahun 2010 lalu. Tiga difabel berbeda digambarkan sebagai orang-orang yang bermasalah yang mengundang tawa. Untungnya atas desakan sejumlah organisasi difabel dan sebuah gerakan massa di facebook, tayangan ini  akhirnya dihentikan.

Dalam hal lapangan kerja, pendidikan, dan akses fasilitas publik (misalnya di jalan dan kendaraan umum)  pun para difabel layak mendapatkan hak yang sama dengan orang lain agar mereka bisa hidup mandiri.

Agar tak mendapatkan diskriminasi media baiknya kerap memberitakan hal-hal yang proporsional tentang difabel juga mengedukasi masyarakat. Kata “cacat” jangan digunakan lagi, ganti dengan kata “difabel” yang berasal dari kata different ability (berkemampuan berbeda).

Hapus kesan bahwa difabel itu merasa terbebani dengan keadaannya karena sesungguhnya mereka tak merasa demikian. Perlakukan mereka agar bisa hidup berdampingan secara wajar dengan semua orang.

Makassar, 5 Juni 2014

Catatan: Daftar referensi saya sertakan di tulisan terakhir



[i]Berdasarkan bincang-bincang saya dengan seorang pegawai stasiun televisi.
[ii]Nugroho, Y., Siregar, MF., Laksmi, S. 2012. Memetakan Kebijakan Media di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia, Memberdayakan Masyarakat: Memahami Kebijakan dan Tatakelola Media di Indonesia Melalui Kacamata Hak Warga Negara. Kerjasama Riset antara Center for Innovation Policy and Governance dan HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS, dinukil dari halaman 53

Sugar Glider, Si Imut nan Menawan

$
0
0
Nama ilmiah sugar glideradalah Petaurus Breviceps, yang merupakan jenis tupai pohon kecil & berkantung. Mereka terutama berasal dari negara-negara, termasuk Australia, Indonesia, Papua New Nugini, & Tasmania. Sugar glider dikenal dengan nama ini karena mereka menyukai makanan manis dan, juga suka meluncur dari ketinggian sehingga terlihat terbang melayang.

Jumardan menge-tag saya di sebuah foto keren hasil jepretannya, dengan rangkaian kalimat pada paragraf di atas. Foto itu menunjukkan makhluk mungil lucu nan menggemaskan: sugar glider.

Tanggal 24 Mei itu kami berada di lokasi yang sama, di Monumen Mandala, untuk menyaksikan Pesta Komunitas Makassar (PKM) yang dimeriahkan oleh 75 komunitas. Komunitas Pecinta Sugar Glider Indonesia (KPSGI) merupakan salah satu pesertanya.

Dua hari itu, sugar glider menjadi salah satu tontonan favorit pengunjung PKM, terutama anak-anak. Saat berkunjung bersama Nunu tanpa membawa anak-anak pada tanggal 24 Mei, saya sempat menyaksikan atraksi makhluk-makhluk imut itu dengan pemiliknya. Begitu pun pada tanggal 25 Mei, bersama suami, kami membawa Athifah dan Afyad menyaksikan aksi Simon – sugar glider milik Yasin di taman kecil nan teduh dalam area Monumen Mandala.

Dua hari itu Yasin berada di Monumen Mandala bersama sugar glider peliharaannya. Terlihat sekali keakraban mereka. Simon yang lincah mau melompat ke tangan Yasin saat aba-aba diberikan. Sesekali ia menyusup ke dalam pakaian tuannya. Sesekali pula ia masuk ke dalam kantung kain di pinggang Yasin.

“Ada berapa sugar glider ta’?” tanya saya.
“Ada dua. Yang satunya betina, namanya Sely. Yang itu masih agak liar,” jawab Yasin sembari jemarinya sibuk bermain-main dengan Simon.

Sely. Nama yang cantik. Namun ia belum sejinak Simon. Sely masih harus dilatih lagi. Kalau Simon, ia sangat jinak bahkan mau diajak berfoto dengan siapa saja. Saya pun sempat berfoto dengan Simon. Yasin meletakkannya di pundak kanan saya kemudian suami saya memotret kami.

So cute ...
“Sugar glider harus selalu diajak main. Kalau pulang kerja, Saya harus sempatkan bermain dengan mereka,” ujar Yasin.

“Memangnya kalau tidak, kenapa?” tanya saya.

Suasana PKM hari pertama
“Bisa stres ki,” jawab Yasin. Yasin dengan sabar menjawab pertanyaan para pengunjung. Mengasuh dua ekor sugar glider saya kira sejalan dengan karakter pemiliknya. Pastinya butuh ketelatenan besar dalam mengurus makhluk mungil yang harus dirawat dengan telaten ini. Yang mau memelihara sugar glider seharusnya punya sifat sabar dalam dirinya.

Sugar Glider termasuk hewan yang manja. Setelah lama dipelihara, hewan ini akan mengenali pemiliknya berdasarkan bau tubuhnya. Makanya mereka bisa menjadi sangat akrab.

Merawatnya tak susah tetapi tak boleh pula asal-asalan. Sugar glider pada dasarnya bisa makan apa saja. Ia bisa melahap mulai dari bubur bayi, serangga seperti jangkrik dan ulat Hong Kong ataupun makanan yang telah dikemas dan dijual di toko-toko hewan. Ttapi ada jenis-jenis makanan yang tak boleh diberikan kepadanya.

Sugar glider yang malang, dikau merasakan dielus-elus
atau diobok-obok? Ha ha ha
Dinamakan sugar glider karena hewan yang satu ini menyukai makanan yang manis-manis. Namun ia tak boleh dibiarkan memakan semua yang manis-manis. 

Jangan pernah memberi makan sugar glidergula, permen, dan coklat. Gula dan permen mengandung banyak karbohidrat tetapi sangat sedikit atau bahkan tidak mengandung nutrisi lain yang diperlukannya (seperti kalsium, vitamin, protein). Akibatnya ia akan kekurangan nutrisi (protein, kalsium, vitamin) yang justru sangat dibutuhkan tubuhnya.

Coklat dan susu sapi sebaiknya tidak diberikan pada sugar glider. Coklat beracun baginya sehingga dapat menyebabkan kematian, sementara susu sapi memiliki kandungan laktosa tinggi, yang dapat menganggu pencernaan sugar glider.

Sugar glider tak boleh memakan kacang, alpukat, dan beberapa jenis makanan lainnya. Kelihatannya ribet ya? Tapi tidak juga koq. Buktinya Yasin betah merawat sugar glidernya dengan seksama. Kalau dipelajari, pasti bisa merawatnya, asalkan punya rasa sayang kepada binatang. Mirip-mirip merawat anak eh .. tapi merawat anak lebih rumit karena harus dipenuhi kebutuhan spiritualnya, sugar glider kan tak serumit itu ya J.

Yasin dan Simon, sugar glider-nya
Kalau Yasin, makanan utama sugar glidernya adalah bubur bayi. Hah bubur bayi? Iya, dengan pertimbangan kandungan gizi bubur bayi itu lengkap. Hanya harus diperhatikan, tak boleh diberikan bubur bayi yang ada kandungan bawangnya. Karena bawang tak baik untuk tubuh si imut ini.

“Habis berapa ki’ sebulan untuk merawat ini?” tanya saya lagi, bak seorang jurnalis warga.

Ndak banyak ji. Satu bungkus bubur SUN seharga lima belas ribu bisa untuk satu bulan. Itu pun untuk dua ekor sugar glider-ku,” jawab Yasin.

Wiiih, ndak mahal ternyata ya perawatannya ya. Tapi memang perlu telaten, kebersihannya diperhatikan. Yasin biasa memandikan sugar glidernya, menggunakan sampo bayi. Dan itu tadi, untuk kebutuhan emosionalnya, makhluk mungil yang seluruh badannya bisa diletakkan di telapak tangan ini harus setiap hari diajak bermain dan dibiasakan “terbang”.

Terbang?

Iya, terbang. Ada yang mengatakan sugar glideritu “tupai terbang” karena ia seakan bisa terbang dengan membentangkan keempat kakinya.

Sugar glider milik Yasin pernah terjatuh dari lantai 3 sebuah gedung. Yasin mengira akan mendapatkan kabar duka ketika buru-buru turun melihat hewan kesayangannya. Waktu itu ia belum tahu julukan “tupai terbang” itu.

“Eh, pas saya lihat, masih hidup ji. Ndak apa-apa. Waktu jatuh, kaki-kakinya terbentang jadi dia turunnya pelan-pelan ke tanah,” tutur Yasin.

Tapi sebenarnya sugar glider dan tupai terbang itu berbeda. Mereka berkerabat jauh. Persamaannya hanya sampai pada class mamalia saja. Bila sugar glider masuk dalam subclass marsupialia (hewan berkantung) maka tupai terbang masuk dalam subclass eutheria (hewan berplasenta). Tupai terbang adalah jenis tupai-tupaian yang merupakan hewan pengerat yang tentu saja tak memiliki kantung.

Sugar glider, seperti juga kangguru, memiliki kantung. Ia menyimpan anaknya di dalam kantung selama 2 bulan. Saya jadi kepingin melihat bayi makhluk mungil ini di dalam kantungnya. Kayak apa ya?

Di taman ini, sugar glider ditempatkan

Well yang jelas, kenapa Yasin makin suka sama si imut ini adalah alasan-alasan berikut: mudah memeliharanya karena tubuhnya mungil sehingga ia mudah dibawa-bawa ke mana saja, makanannya tidak susah, BAB-nya berukuran super mini sehingga sama sekali tak menyusahkan, dan bisa jadi teman bermain yang asyik.

Jika ada yang tertarik hendak memiliki sugar glider, bisa ikut pertemuan KPSGI di Fort Rotterdam setiap hari Minggu sore. Sosialisasi dulu dengan teman-teman KPSGI. Cari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang sugar glider. Jika anda hendak membeli sugar glider, teman-teman KPSGI ini akan menunjukkan di mana anda bisa memperolehnya dan mereka pasti akan mempertanyakan sejauh mana keseriusan anda.

Untuk informasi lebih lanjut, bisa jalan-jalan ke: https://www.facebook.com/groups/KPSGI.Makassar/ (grup FB KPSGI Regional Makassar), adminnya: Reka dan Ippank.
Page Sugar Glider Indonesia https://www.facebook.com/SugarGliderIndonesia
http://www.sugargliderindonesia.com
Twitter: @KPSGI_MAKASSAR, @klubsugarglider

Makassar, 6 Juni 2014

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan-tulisan sebelumnya:


Referensi tambahan diambil dari:

  • http://www.republika.co.id/berita/rol-to-campus/ubl/13/06/01/mnp1eb-perkenalkan-komunitas-sugar-glider-si-hewan-saku
  • http://leftofthepleiades.blogspot.com/2013/06/makanan-dilarang-untuk-sugar-glider.html
  • http://www.sugargliderindonesia.com/pages/artikel-perawatan-17/apa-yang-harus-diberikan-sebagai-makanan-sugar-glider-36.html
  • http://sugargliderfuncrazy.blogspot.com/2013/01/perbedaan-tupai-terbang-dan-sugar-glider.html

Pemimpin Adalah Manusia Pembelajar Berkomitmen Kuat

$
0
0
 Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan berjudul
(merupakan tulisan keempat/terakhir dari tulisan yang semula berjudul
BILA IBU JADI PEMIMPIN, RAKYAT ADALAH KELUARGANYA)


Lalu, bagaimana dengan bidang-bidang lain seperti pemberantasan korupsi, kebakaran hutan, adaptasi terhadap perubahan iklim, penanganan penyakit-penyakit berbahaya, dan lain-lain? Ya, tentu saja tetap diperhatikan, hanya saja ke-6 poin di atas harus lebih difokuskan penyelesaiannya karena langsung berdampak kepada perempuan, anak, dan difabel.

Dalam menjalankan kepemimpinan, hal mutlak yang harus dilakukan adalah menjadi manusia pembelajar. Segala aspek kecerdasan dimaksimalkan: intelektual, spiritual, dan emosional. Pemimpin unggul bukan karena paling pandai tapi karena amat ulet belajar.

Sumber: www.growthaccelerator.com
Ini selaras dengan Hukum Proses,salah satu Hukum Kepemimpinan yang dirumuskan oleh John C. Maxwell: Kepemimpinan itu berkembang setiap hari,bukan dalam satu hari.Apa yang dilakukan seseorang secara berdisiplin dan konsisten akan membuatnya siap, apapun sasarannya. Pemimpin harus selalu siap dengan tantangan dan masalah baru makanya ia tak boleh berhenti berproses, tak boleh berhenti belajar.

F. D. Roosevelt adalah salah satu contoh pemimpin yang mengalami proses panjang. Mulai dari sosok seorang anak kurus, pengidap asma, dan memiliki penglihatan buruk sampai-sampai orangtuanya sendiri meragukan fisiknya hingga menjadi presiden yang memiliki fisik prima dan tangguh dan kualitas kepemimpinan yang tak diragukan. Menjelang akhir hayatnya ia terus meningkatkan dirinya. Ia meninggal dalam tidurnya, di bawah bantalnya ditemukan sebuah buku.

Lain lagi cerita Tri Rismarini, ia terinspirasi oleh sosok Nabi Muhammad dan Umar bin Khattab. Pada sebuah wawancara[i] ia berkata, “Kamu ngerti Umar bin Khattab? Itu kalau malam dia manggul beras buat orang miskin. Tapi aku bingung gimana caranya kalau aku mau manggul beras. Jadi kalau kemana-mana di mobil aku itu selalu ada beras.”

Gaya kepemimpinan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan Umar bin Khattab adalah memberi teladan. Nabi Muhammad kukuh dalam menegakkan kebenaran, memerangi kezaliman, membela kaum lemah, adil, berbudi, jujur, berkata benar, dan lain-lain. Ia juga kukuh dalam menjauhi kufur nikmat (tidak bersyukur terhadap nikmat), membunuh, mencuri, zina, kikir, dengki, tamak, serakah, berdusta, menghina sesama, dan hal-hal lain yang merendahkan martabat kemanusiaan.

Pada perang Khandaq Muhammad memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit. Di tengah terik matahari para sahabatnya menggali dengan bersemangat, didahului oleh contoh yang diperlihatkan sang pemimpin.

Pada masa penaklukan kota Mekkah, Muhammad memaafkan hampir semua musuhnya padahal mereka telah menganiaya dirinya dan para sahabatnya selama 13 tahun. Bahkan sebagai kepala negara, rutinitas hariannya sangat sederhana dan merefleksikan sikapnya yang rendah hati. Ia memperbaiki dan menjahit pakaiannya yang sobek dan menambal sepatunya sendiri. Ia biasa memerah susu kambing peliharaannya, dan membersihkan lantai rumahnya yang sederhana. Sikap ini menunjukkan betapa sederhananya ia, meskipun punya jabatan sebagai pemimpin.

Banyak pemimpin yang namanya terukir dalam sejarah dan dikenang selamanya oleh bangsanya karena kecakapan/keluhuran budinya. Banyak pula yang dikenang selamanya karena kejelekan prestasi/perangainya.

Sungguh tak mudah menjadi pemimpin. Tanggung jawab dan konsekuensinya teramat berat. Kesuksesan yang diraih sebuah wilayah pada masa kepemimpinannya adalah kerja bersama. Kegagalannya adalah bila ada satu saja warganya yang menderita. Inilah yang ditakutkan oleh Tri Rismaharini dan Umar bin Khattab: bila ada satu saja rakyatnya yang menderita. Ah, saya pun takut. Makanya saya hanya bisa berandai-andai.

Makassar, 9 Juni 2014


Referensi tambahan dari tulisan 1 - 4 adalah:

  • TIPE DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN, http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194505031971091-MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/TIPE_DAN_FUNGSI_KEPEMIMPINANx.pdf
  • Tri Rismaharini, http://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Rismaharini
  • Tri Rismaharini di acara Mata Najwa, Metro TV, http://www.youtube.com/watch?v=NXPP4yW9PJE
  • http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/14/04/17/n460cv-pemimpin-eropa-akui-kehebatan-tri-rismaharini
  • http://sejarah.kompasiana.com/2013/12/25/laksamana-malahayati-619591.html
  • Nugroho, Y., Siregar, MF., Laksmi, S. 2012. Memetakan Kebijakan Media di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia, Memberdayakan Masyarakat: Memahami Kebijakan dan Tatakelola Media di Indonesia Melalui Kacamata Hak Warga Negara. Kerjasama Riset antara Center for Innovation Policy and Governance dan HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS
  • Materi Perspektif Media di Sulawesi Selatan pada Ruang Analisis Media (oleh Silahuddin Genda, jurnalis) pada Workshop Analisis Media 18 – 19 Januari 2014 yang diselenggarakan di Makassar oleh AJI Makassar bekerjasama dengan Development and Peace.
  • Materi Perempuan Dalam Media(oleh Tenri A. Palallo, pelatih kesetaraan gender) pada Workshop Analisis Media 18 – 19 Januari 2014 yang diselenggarakan di Makassar oleh AJI Makassar bekerjasama dengan Development and Peace.
  • Nugroho, Y., Siregar, MF., Laksmi, S. 2012. Memetakan Kebijakan Media di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia, Memberdayakan Masyarakat: Memahami Kebijakan dan Tatakelola Media di Indonesia Melalui Kacamata Hak Warga Negara. Kerjasama Riset antara Center for Innovation Policy and Governance dan HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS.
  • http://www.tribunnews.com/internasional/2014/02/03/fbi-ungkap-sindikat-perdagangan-perempuan-berkat-buku-harian-shandra
  • http://www.antaranews.com/berita/417351/kisah-shandra-waworuntu-wni-korban-perdagangan-manusia-di-as
  • http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/13/n0x8r5-hatihati-perdagangan-anak-makin-marak.
  • Maxwell, John. C., 2001, 21 Hukum Kepemimpinan Sejati, diterjemahkan oleh Saputra, Arvin. Drs, Interaksara, Batam.
  • http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/02/20/n1axaf-soal-gaya-kepemimpinan-risma-terinspirasi-dari-nabi-muhammad-dan-umar-bin-khattab
  • https://www.facebook.com/notes/gus-mus/kemanusiaan-sebagai-watak-kepemimpinan-nabi-muhammad-saw-1-of-2/45420100381
  • http://muhakbarilyas.blogspot.com/2012/07/karakteristik-kepemimpinan-nabi.html




[i] http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/02/20/n1axaf-soal-gaya-kepemimpinan-risma-terinspirasi-dari-nabi-muhammad-dan-umar-bin-khattab

Memuji Mama

$
0
0
"Enak sekali masakannya Mama," Athifah memuji masakan Mama, semacam martabak mie plus tahu.

Mama tersenyum, menikmati perasaan berbunga-bunga, efek dari pujian yang dilontarkan buah hatinya. Nona mungil tujuh tahun ini pandai sekali menyenangkan hati orang. Ia berbeda sekali dengan mamanya. Ia cenderung ekstrovert, amat ekspresif menunjukkan perasaanya. Baik itu perasaan suka, marah, senang, atau sedih.

Salah satu kebahagiaan seorang ibu adalah bila dipuji oleh anaknya. Para emak pasti sepakat
, kan?

Mengamati
Mama yang hanya tersenyum, Athifah berkata lagi, "Mama tidak bilang terima kasih sama Saya?"

*Glek*


Makassar, 17 Mei 2014

Unta Bertutur

$
0
0
Judul buku:
The Great Story of
The Night Journey and The Ascent to Heaven
-    Isra’ Mi’raj -
Penulis: Yozaf Muhammad
Ilustrator: Lutfi LAS
ISBN: 978-979-18-4450-5
Penerbit: Erlangga
Ketebalan: 24 halaman
Ukuran buku: 23 cm x 23 cm
Tahun terbit: 2003


Buku cerita anak yang ditulis dengan latar belakang peristiwa Isra’ Mi’raj sudah biasa dan sudah banyak beredar. Tetapi yang ditulis dalam POV (point of view) melalui sosok seekor unta itu tidak biasa. Buku ini melakukannya, dalam dua bahasa pula: Inggris dan Indonesia.

Kisah perjalanan Isra’ Mi’raj yang dialami Rasulullah tak dapat diterima begitu saja oleh semua penduduk Mekkah. Hanya sedikit di antara mereka yang mempercayai penjelasan beliau.



Untuk menguatkan ucapannya, Rasulullah menjelaskan tentang kafilah-kafilah yang dilaluinya kepada penduduk Mekkah, termasuk peristiwa yang terjadi ketika beliau berinteraksi dengan unta-unta milik sebuah kafilah.

Maka penduduk Mekkah menunggu kafilah yang dikabarkan hendak menuju Mekkah, untuk membuktikan kebenaran ucapan Rasulullah. Nah, unta yang menjadi “bukti” inilah yang menjadi pencerita dalam buku cerita ini. Menarik, kan?

Hal menarik lainnya, gaya penuturan buku ini disesuaikan dengan anak-anak sebagai target pembacanya. Berbeda dengan banyak buku yang hanya bergambar – menunjukkan buku itu untuk anak-anak tetapi gaya penuturannya seperti berceramah, buku ini sungguh tepat disajikan untuk anak-anak. Sayangnya buku ini sudah tak dijual di toko buku.

Makassar, 12 Juni 2014


Tulisan ini diikutkan Indiva Reading Challenge

Ular dan Iguana Juga Berpesta

$
0
0
 Tulisan ini merupakan lanjutan dari 4 tulisan sebelumnya,
tentang Pesta Komunitas Makassar 2014:



Belum habis cerita saya tentang Pesta Komunitas Makassar (PKM) yang diselenggarakan pada tanggal 24 – 25 Mei silam. Masih banyak hal yang bisa dituliskan mengenai ajang yang diikuti oleh 75 komunitas di Makassar itu. Di antaranya mengenai dua hewan lain selain sugar glider yang jadi primadona: ular dan iguana.

Para pemilik ular mengajak para pengunjung PKM bercengkrama dengan peliharaan mereka. Beberapa pengunjung mencoba memanggul badan ular-ular panjang itu di bahu mereka lalu berfoto bersama. Keren.



Iguana yang sekilas terlihat seram itu ternyata termasuk jenis herbivora – hewan pemakan tumbuhan lho. Tak terhitung banyaknya pengunjung yang menanyakan, “Apa makanannya?” (Saya tahu karena sempat menanyakan di akun twitter KPI – Komunitas Pecinta Iguana Makassar).

Ada juga yang bertanya, “Menggigit, tidak?” Tidak dong ya, kalau menggigit tidak dibawa “berpesta” J.


Banyak juga yang berfoto dengan iguana. Ada yang menggendongnya, ada pula yang berpose dengan meletakkan iguana di pundaknya. Keren. Kapan lagi berfoto bersama iguana, kan?

Makassar, 12 Juni 2014

Selamatkan Tulang Punggung yang Rawan

$
0
0
Penyakitadalah ujian yang harus dilalui semua manusia, bahkan semua makhluk hidup. Baik itu penyakit ringan maupun berat, pasti ada konsekuensi yang harus “dibayar” penderitanya. Minimal meringis menahan sakit.

Penyakit berat, bahkan menjadi pengingat bahwa kematian begitu dekat. Sedih. Pilu. Begitulah perasaan yang meyayat ketika menyaksikan keluarga sendiri tengah berjuang melawan penyakit berat yang dideritanya.

Bila maut menjemput barulah kita benar-benar percaya bahwa kematian itu begitu dekat. “Kita ini langganan dengan mati,” begitu kata seorang guru saya. Langganan, karena sebenarnya kematian bisa datang kapan saja. Ia mengintai siapa saja. Kemarin anggota keluarga kita, bisa jadi besok kita yang dijemput paksa olehnya.



Ingatkah Kawan tentang kisah A Long yang pernah saya ceritakan di blog ini? Ah ya, saya berikan link-nya supaya Kawan bisa membacanya ya? Ini dia: Jangan Lagi Ada A Long – A Long Lain.

Sumber: www.5election.com
A Long yang baru berusia 6 tahun terpaksa tingga sendirian di gubuk kecilnya. Ayah dan ibunya meninggal akibat koinfeksi TB paru dan AIDS. A Long amat tabah karena ia bisa mengurus dirinya sendiri. Ia mandi sendiri, bermain sendiri, mencuci pakaiannya sendiri, dan memasak sendiri makanannya.

Ia merebus beras bersama sayur sawi tanpa garam. Bubur sayuran itulah makanannya. A Long sebenarnya masih punya seorang nenek. Tetapi neneknya hanya sesekali saja menengoknya. Bila bertandang, ia membawakan cucunya makanan. Saat ditanya mengapa ia tak tinggal bersama cucunya, ia tak menjawab.

Darah daging sendiri saja enggan memeliharanya, apalagi penduduk desa. Penduduk desa setempat menjauhinya karena mereka sudah tahu orang tua A Long adalah pengidap TB dan AIDS. Siapa yang siap tertular kedua bibit penyakit itu? Dalam tubuh A Long hampir dipastikan mengandung kedua bibit penyakit mengerikan itu!

Selain takut tertular, kemiskinan juga menjadi kambing hitamnya. Biaya berobat yang mahal, membuat penduduk desa menghindari A Long ketimbang membantu membiayai perawatannya. Begitu pun nenek kandungnya sendiri. Kasihan A Long.

Kedua orang tua A Long kini seolah bebas. Mereka meninggalkan dunia tanpa perlu merasakan beban penyakitnya. Tapi sayangnya mereka mungkin tak pernah memikirkan beban ekonomi yang mereka tinggalkan, yaitu beban kehidupan yang terletak di bahu A Long.

Mereka mungkin tak pernah membayangkan, bagaimana A Long akan bertumbuh dalam kemiskinan, apalagi membayangkan bagaimana A Long akan memperoleh pendidikan dalam ketiadaan biaya di samping beban penyakit berbahaya yang dikandung oleh tubuhnya. Siapa pun tahu, hal ini akan lebih mudah bila orang tua A Long telah menyimpan tabungan untuknya tetapi kenyataan berkata tidak.

Cukup A Long saja yang mengalaminya. Namun mengingat data WHO tahun 2011, bahwa lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Dan mengingat bahwa dari jumlah penderita TB di seluruh dunia, lima puluh persennya terdapat di Asia Tenggara. Juga mengingat perkiraan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penderita TB terbanyak di dunia, bersama-sama dengan India dan Cina, dan setiap tahunnya 500.000 orang di kawasan ini meninggal dunia akibat penyakit tersebut, maka siapa pun akan bergidik ngeri, membayangkan kemungkinan adanya A Long-A Long lain di tempat-tempat yang tidak terjangkau.


Mengetahui fakta tentang kematian memang mengerikan. Namun kita perlu mengetahuinya agar bisa mencari cara mengantisipasinya. Angka kematian akibat TB di dunia mencapai 1,3 juta jiwa per tahun. Di Indonesia, setiap tahun terdapat 67.000 kasus meninggal karena TB atau sekitar 186 orang per hari.

TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat 3 dalam daftar 10 penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia (SKRT 2004). Selain itu pada usia 5 tahun ke atas, TB merupakan penyebab kematian nomor 4 di perkotaan setelah stroke, Diabetes dan hipertensi dan nomor 2 dipedesaan setelah stroke (Riskesdas 2007).

Beban TB di Indonesia masih sangat tinggi mengingat setiap tahun masih ada 460.000 kasus baru. Dalam sebuah jurnal berjudul Tuberkulosis dan Kemiskinan yang disusun oleh Tjandra Yoga Aditama, dari Departemen Pulmonologi & Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta (2004) di sebutkan bahwa TB bukan lagi jadi masalah kesehatan masyarakat di satu negara bila jumlah penderita baru yang menular kurang dari satu orang untuk setiap satu juta penduduk.

Bila dihitung secara kasar, dalam keseluruhan jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 250 juta jiwa, dibagi 460.000 kasus baru, berarti setiap sebanyak 543 orang ada 1 orang yang baru tertular TB. Berarti ada lebih 200 orang yang baru tertular dalam setiap 1 juta penduduk Indonesia. Wow, sungguh angka yang fantastis!

Beban ekonomi akibat TB dan kemiskinan, berdampak juga pada masalah-
masalah kependudukan negeri ini
Di samping itu, penyakit TB pun mengakibatkan dampak ekonomi pada penderitanya. Salah satunya adalah, 75% pasien TB harus mengambil pinjaman atau berhutang untuk biaya pengobatan dan biaya sehari-hari. Bila ini terjadi maka slogan mencegah lebih baik daripada mengobati tinggal sebagai kata-kata mutiara belaka. Karena terbukti bahwa mengobati itu jauh lebih berat daripada mencegah.

Dalam jurnal Tuberkulosis dan Kemiskinan itu disebutkan pula bahwa penyakit dan kemiskinan dapat seperti vicious cycles. Karena miskin, orang jadi kurang gizi, tinggal di tempat yang tidak sehat, dan tidak dapat melakukan pemeliharaan kesehatan dengan baik. Akibatnya, si miskin akan jatuh sakit. Karena sakit maka dia terpaksa berobat. Biaya pengobatan itu cukup mahal, akibatnya si miskin akan makin miskin lagi, sehingga berhenti berobat, makin parah demikian seterusnya.

Publikasi WHO dalam rangka World TB Day 2002 yang mengambil tema Stop TB Fight Provertymenyebutkan di dalam poin kelimanya:
Penelitian menunjukkan bahwa 3 atau 4 bulan masa kerja akan hilang karena seseorang sakit TB. Hal itu berpotensi menyebabkan hilangnya 20-30% pendapatan rumah tangga dalam setahun. Bila seseorang meninggal akibat TB, maka keluarganya akan kehilangan sekitar 13-15 tahun pendapatan karena kepala keluarganya meninggal akibat TB.

Kehilangan sekitar 13 – 15 tahun pendapatan tentunya akan berdampak sangat signifikan bagi keluarga yang ditinggalkan oleh orang tua yang meninggal karena TB sementara anak-anak yang ditinggalkan sedang butuh-butuhnya curahan kasih sayang dan materi untuk tumbuh kembang dan pendidikannya. Maka kengerian berikut yang dihadapi adalah lingkaran kemiskinan dan kebodohan yang tak ada habisnya. Terbayangkah akan jadi apa-apa anak-anak ini kelak jika tak mendapatkan penanganan yang baik?


Di saat yang bersamaan, negara kita tengah mengalami masalah-masalah kependudukan karena laju pertumbuhan penduduk teramat pesat. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini adalah 1,49% per tahun (SP 2010) atau bertambah sekitar 4 juta jiwa per tahun. Laju pertumbuhan penduduk ini berdampak signifikan terhadap 6 hal berikut: kualitas penduduk, pendidikan, kesejahteraan, ketahanan pangan, lingkungan, serta pertahanan dan keamanan. Kemiskinan dan juga penyakit menular pun amat berperan dalam masalah-masalah kependudukan ini. Bila masalah kemiskinan dan TB tak terselesaikan dengan baik maka “kemiskinan dan TB” pun menjadi penyumbang signifikan dalam masalah-masalah kependudukan tersebut.

Untuk itu pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin memberantas TB. Berdasarkan Surat Keputsan Nomor 1190/Menkes//SK/20014, pemerintah telah menyelenggarakan pengobatan gratis untuk TB. Masyarakat diharapkan dapat segera memeriksakan diri jika memiliki gejala penyakit TB  (batuk berdahak lebih dari 2 minggu bahkan hingga mengeluarkan darah, berat badan yang menurun drastis, demam, serta sakit  pada bagian dada) ke Puskesmas atau ke rumah sakit pemerintah. Sebagai anggota masyarakat, kita bisa membantu penyebarluasan informasi ini kepada warga yang terjangkit TB tetapi takut berobat karena memikirkan biayanya. Yuk, berantas TB agar tak ada lagi tulang punggung keluarga yang meninggalkan beban ekonomi besar bagi generasi penerus bangsa.

Makassar, 15 Juni 2014

Tulisan ini diikutkan Lomba Blog TB Sesi ke-6


Referensi:
  • Alvin Bintang, 2013, A Long, Kisah Pilu Bocah 6 Tahun yang hidup Sendirian di China, Amazing Depok.
  • http://www.tempo.co/read/news/2013/05/24/060482869/Bakteri-Tuberkulosis-Mati-karena-Vitamin-C
  • http://www.slideshare.net/simantak/penanganan-terkini-tuberkulosis-atau-tb
  • http://bola.kompas.com/read/2012/03/23/15415923/500.000.Orang.Meninggal.Tiap.Tahun.akibat.TB
  • http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2145
  • http://blog.tbindonesia.or.id/
  • https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CB8QFjAB&url=http%3A%2F%2Fmki.idionline.org%2Findex.php%3FuPage%3Dmki.mki_dl%26smod%3Dmki%26sp%3Dpublic%26key%3DOC0z&ei=6ACdU6CAJcmTuASzpoLADA&usg=AFQjCNEIScN39zdviH1z0fsLTkOlN0-Lww
  • Fact sheet berjudul Kependudukan dan Dampaknya dalam Pencapaian Tujuan Nasional, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
  • http://www.tbindonesia.or.id/

Asyiknya Twitter Bagi Seorang Blogger

$
0
0
Blogger memang tidak bisa jauh dari media sosial. Media sosial memungkinkan seorang blogger untuk menyebarkan tulisannya hingga ke seluruh dunia. Sebuah kebahagiaan kalau pengunjung blog semakin bertambah, selain dari search engine (biasanya Google). 

Khusus untuk Twitter, bagi saya, ada beberapa hal yang membuat media sosial ini asyik:

1. Twitter makin menjadi asyik ketika penulis favorit menjawab tweet kita.

Seperti pengalaman saya baru-baru ini. Tweet saya dibalas mbak Linda Christanty. Kenal Linda Christanty? Kalau belum, silakan baca profilnya berikut ini:


Linda Christanty merupakan seorang penulis novel dan cerita pendek yang sangat produktif. Novelis kelahiran Bangka, Bangka-Belitung, 18 Maret 1970 ini dalam karyanya lebih diwarnai oleh pandangan-pandangannya tentang perang, politik dan persahabatan.Sejak kecil sudah menyukai sastra. Awalnya dengan menulis catatan harian, puisi, dan cerpen. Beranjak remaja, prestasi menulisnya kian menjadi. Saat berumur 19 tahun, karyanya yang pertama menjadi konsumsi publik.

Saat itu, tahun 1989, ia menjadi pemenang termuda lomba cerpen yang berjudul ‘Daun-Daun Kering’ yang diselenggarakan oleh Kompas. Karya cerpennya tersebut kemudian dimuat dalam ‘Riwayat Negeri yang Haru : Cerpen Kompas Terpilih 1981-1990’, yang terbit pada Juni 2006 dan dieditori oleh Radhar Panca Dahana. Ketika duduk di bangku kuliah di Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), ia semakin memperlihatkan kemampuannya di bidang sastra.

Semakin rajin menulis puisi, cerpen, dan sempat pula berteater. Ia juga dikenal sebagai mahasiswa yang kritis, cerdas, dan sering bertanya. Sampai-sampai, teman sekelasnya merasa minder padanya, serta was-was kalau ia bertanya dalam diskusi. Selepas menyandang gelar sarjana sastra, Linda bekerja di sebuah majalah periklanan. Tahun 1999, ia pindah ke tabloid ekonomi dan politik. Namun hanya bertahan selama satu tahun. Selanjutnya ia memutuskan untuk bergabung dengan majalah Pantau dan dipercaya menjadi redaktur selama tiga tahun (2000-2003).

Selain itu, ia juga semakin tertarik dengan gaya penulisan jurnalisme sastrawi untuk membungkus hasil penelusurannya di lapangan. Karya-karyanya berisi tentang persoalan politik dan persoalan bangsanya. Dalam membuat karyanya tersebut, ia pun harus berkerja keras memutar otak untuk membuat para narasumbernya mau bercerita. Hasilnya ia pun berhasil menerbitkan beberapa karya diantaranya ‘Kuda Terbang Maria Pinto’ (2004), ‘Hikayat’, ‘Dari Atjeh Menuju Jakarta’ (2009) serta ‘Rahasia Selma’ (2010).

Ketika Aceh yang selama ini merupakan daerah konflik terkena terjangan tsunami, Yayasan Pantau, tempat dia bernaung, memintanya untuk berangkat kesana, karena tidak ada yang mau kesana dan ia hanya diberikan waktu dua hari untuk berpikir saat itu rata-rata wartawan menolak berangkat ke Aceh karena alasan keselamatan. Sebagai daerah konflik yang baru saja diterjang tsunami, tidak ada yang bisa menjamin keselamatan para pencari berita di sana. Tugas yang diembannya juga tak main-main. Ia harus membuat sebuah kantor berita di provinsi di ujung barat Indonesia itu.

Linda yang kini berdomisili di Banda Aceh juga kerap diminta mempresentasikan gagasannya dalam pertemuan-pertemuan sastra yang di adakan di dalam negeri maupun di luar negeri diantaranya Melbourne Writers Festival, di Melbourne Australia, Women Authors in Indonesian Literature (Agustus 2005), Ubud Writers Festival, Ubud, Bali, Indonesian Mythology (Oktober 2006), Japan P.E.N Club Symposium on Disaster and Literature (November 2006) dll. Selain di terbitkan di Indonesia, karya tulisnya ada pula yang diterbitkan di luar negeri, antara lain Cerpennya yang berjudul ‘The Kersen Tree’ di terbitkan dalam Asia Literary Journal, Hongkong (2006).

Karyanya yang lain yang berjudul ‘Tiro’s People’ yang bercerita tentang Gerakan Aceh Merdeka setalah perjanjian Helsinki di terbitkan di Arena Magazine, Australia (2007). Karyanya yang berjudul ‘Sultan’s Stick’ diterbitkan kembali di Subaru yakni sebuah majalah sastra di Jepang (2008).

Penghargaan yang pernah diperolehnya:
  • Best Short Story award from Kompas newspaper (“The Dry Leaves”/”Daun-Daun Kering”), 1989.
  • Best Essay of Human Rights (“Militarism and Violence in East Timor”/Militerisme dan Kekerasan di Timor Timur), 1998.
  • Khatulistiwa Literary Award 2004, the best fiction (The Flying Horse of Maria Pinto/Kuda Terbang Maria Pinto),
  • Khatulistiwa Literary Award 2010, the best fiction (Selma’s Secret/Rahasia Selma),
  • Penghargaan Prosa 2010 Pusat Bahasa-Kementerian Pendidikan Nasional (From Java to Atjeh/Dari Jawa Menuju Atjeh),
  • Women and Media Award 2010, Radio Komunitas Suara Perempuan, Aceh,
  • N-Peace Award 2012 (nominated as Role Model for Peace), Asia Pacific region.
  • Penghargaan Prosa 2013 Pusat Bahasa-Kementerian Pendidikan Nasional (A Dog Died in Bala Murghab/Seekor Anjing Mati di Bala Murghab)
  • 2013 S.E.A Write Award (Southeast Asian Writers Award)


(Sumber: http://www.tokohtokoh.com/linda-christanty.html)


Mengapa saya tweet mbak Linda seperti itu? Karena ia adalah penulis favorit saya di Makassar International Writers Festival yang berlangsung minggu lalu.

Lebih lengkapnya, silakan baca 2 tulisan saya yang ditayangkan di Makassar Nol Kilometer, sebuah website jurnalis warga di Makassar berikut ini:

1. [Jurnalisme di MIWF] Episode Tulisan Favorit

2. [Jurnalisme di MIWF] Episode Penulis Favorit

Di dalam kedua tulisan itu saya bercerita lengkap tentang alasan mengapa ia menjadi penulis favorit saya.

2. Twitter makin menjadi asyik ... ketika difollow balik oleh penulis favorit!

Mengharap tweet dibalas kita oleh orang sibuk sering kali bagai pungguk merindukan bulan. Nah, ketika tweet kita tiba-tiba dibalas, itu sungguh sebuah anugerah luar biasa. Yeayy!


3. Twitter menjadi asyik ketika ada yang me-retweet link tulisan kita.

Makin asyik lagi kalau yang me-retweet itu beberapa akun, dan yang di re-tweet itu beberapa link tulisan kita. Contohnya seperti dalam gambar ini, beberapa tulisan saya di link-link berbeda di-retweet oleh beberapa orang. Asyiiiik.


Nah Kawan, temukan keasyikan di Twitter Land. Khusus bagi blogger, Twitter itu penting untuk personal branding lho J


Makassar, 15 Juni 2014

Suatu Hari Nanti, Yah

$
0
0
Ayah,

Segala puji bagi Allah yang mengaruniakan kesehatan padamu hingga di usia yang menjelang 74 tahun ini dirimu masih cukup bugar melakukan shalat 5 waktu di masjid dekat rumah dan melakukan berbagai aktivitas.

Tak pernah sekali pun kudengar dirimu mengeluh bila sedang tak enak badan. Tak pernah. Padahal sesekali kakimu sakit jika asam urat atau kolesterol di tubuhmu meningkat kadarnya. Mungkin karena engkau mampu untuk selalu mengontrol kesehatan diri dan mencari sendiri obatnya, baik herbal maupun medis.  Maklum saja, dirimu dulu pernah menjadi kepala apotek di sebuah rumah sakit. Hingga kini, ilmu farmasi itu masih melekat di benakmu yang tak terserang penyakit pikun.

Tapi sesekali saja sakit menyerangmu karena setelah itu kadarnya akan normal kembali dan dirimu pun beraktivitas seperti biasa kembali. Ah, ataukah tetap ada rasa sakit tapi kau tahan? Karena asam urat kan merasuk ke dalam sel-sel tubuh, membuat persendian dan tulang-tulang terasa kaku? Tak pernah kutahu yang sebenarnya, Ayah, karena kau tak pernah mengeluh sekali pun. Tak pernah.


Ayah sedang mengecat
Setiap hari rutin tanam-tanaman di pekarangan rumah kau rawat. Lihatlah mereka, Ayah. Hijau, rimbun, berbunga aneka warna, dan indah! Pasti kelak mereka akan menjadi saksi akan perbuatan baikmu di hadapan Sang Pencipta. Aih, mengapa diriku tak mewarisi kesukaanmu terhadap tanaman selain mewarisi genetika wajahmu, ya?

Ah, mewarisi wajahmu pun, diriku bahagia dan bangga, Ayah. Orang Bugis kan suka dengan anak perempuan yang mirip ayahnya atau anak lelaki yang mirip ibunya? Kata mereka, itu pembawa rezeki.

Hm.. pembawa rezeki .. benarkah?

Bila kuingat binar di matamu saat bertutur tentang adik bungsuku yang merupakan kebanggaanmu dan Ibu, hatiku sedikit perih. Karena merasa tak pernah diri ini membuatmu bangga seperti dia yang selalu saja meraih predikat terbaik di sekolah dan kini punya karir yang bagus.

Sesekali kuingin tahu, adakah dariku yang membanggakanmu? Engkau tak pernah berucap, Yah. Tak tahu bagaimana bisa kutahu.

Tapi suatu saat nanti, kuyakin, engkau akan tahu setiap harinya ada bingkisan indah yang kukirimkan ke langit. Khusus menyebut dirimu, kukirimkan kata-kata Qur’ani itu, dalam kemasan khusus yang indah. Kuyakin, kelak nanti kau akan membukanya dan kedua bola matamu kan berbinar mengingatku.

Ayah memperbaiki sepeda dan mobil-mobilan anak-anakku
Suatu saat nanti kau pun akan berbinar karena dirimu terpatri di hati anak-anakku – cucu-cucumu yang kerap kau manjakan dengan jajanan, dan perlakuan yang takkan pernah mereka lupakan. Berbagai mainan mereka yang rusak kau perbaiki atau kau membuatkan mereka berbagai mainan baru baru hasil inovasimu. Kelak pun mereka akan mendatangkan bingkisan buatmu, Yah.

Dan sudah pasti, diriku takkan pernah melupakanmu. Bukan hanya kita sedarah tetapi karena banyaknya perlakuan khas dirimu yang melekat di hatiku. Ketika dengan suka rela kau mencucikan tumpukan piring kotor, walau kukatakan, “Jangan, nanti kucuci,” kau tak peduli. Kau tetap mencucinya.

Atau ketika kau suapi anak-anakku saat mereka masih bayi ketika diriku tengah sibuk di dapur dan kelabakan dengan tugas ganda antara memasak sarapan atau menyuapi mereka, seketika kau ambil mangkuk mereka dan membawa mereka menjauh dariku lalu menyuapi mereka. Dan … masih banyak lagi, Yah.

Mungkin tak pernah kuterbuka dalam mengungkapkan perasaanku karena kita memang tak pernah terbiasa mengungkapkannya secara terbuka. Tapi suatu hari nanti – atas rahmat-NYA, kuakan mengungkapkan kecintaanku padamu dan membuatmu berbinar bahagia.

Makassar, 15 Juni 2014

Happy father’s day

Simak juga tulisan-tulisan lain tentang Ayah:

Viewing all 2031 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>