Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all 2022 articles
Browse latest View live

Tips Ngeblog Menggunakan Tablet Ala Saya

$
0
0
Selama sebulanan kemarin, selain mendapatkan hal-hal yang mengesankan luar biasa dalam kehidupan saya sepanjang karir ngeblog *tsah, karir :D*, saya juga mendapatkan ujian luar biasa.

Dua kali notebook kesayangan saya kena malware yang bikin gigit jari karena menghambat aktivitas ngeblog dan share ke media sosial. Pertama kali, selama 3 hari saya ditolak terus untuk share link. Untungnya ada pak suami yang mau mengurusi pembersihan notebook.



Tak lama kemudian kena lagi. Kali ini akibatnya, saya sama sekali tidak bisa membuka homepage dari Google dan saudara-saudaranya (Gmail dan Blogger). Pesan kesalahan yang muncul mengatakan kalau ada yang sedang mencoba mencuri data saya. Wuih, seketika merasa orang penting yang kemudian mati gaya! Kata pak suami, itu ulah malware. Oya ampun ... malware, malware.  Untungnya urusan malware kembali teratasi setelah berhai-hari kemudian.

Namun bukan itu saja. Ujian terberat sepanjang masa ngeblog saya pun tiba. Layar notebook pecah! Awalnya memang sudah rusak, di bagian engsel dan ada sedikit kerusakan di casing dekat layar. Ada kecelakaan kecil yang menyebabkannya demikian. Lalu tiba-tiba saja pada suatu siang, layar laptop pecah. Si bungsu yang habis memakainya di pagi hari. Tapi bukan sepenuhnya salah dia, sih karena kerusakan pada notebook memang tinggal menghitung hari saja untuk menyebabkannya KO.

Alhasil notebook harus tinggal selama berhari-hari di tempat reparasi di Tappi Computer. Sebelum layar diganti, suami saya harus mencari-cari tempat yang bisa mengelas eh menyolder satu bagian kecil dari notebook. Butuh waktu berhari-hari untuk menyelesaikan bagian kecil itu. Bagian kecil itu dibawa ke tempat reparasi.

Saya pikir kalau sudah selesai di urusan kecil itu maka urusan besarnya mudah diselesaikan. Ternyata tidak juga. Suami saya menunggui selama berjam-jam reparasi berikutnya karena butuh waktu tak sebentar untuk mencari casing penggantinya. Kata Pak Qadri Tappi, casing notebook saya sudah rapuh sekali. Selesai urusan casing barulah instalasi software. Setelah urusan instalasi selesai, baru notebook bisa dibawa pulang. Ongkosnya ... hadeh lumayan bikin gigit jari. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi yang seperti ini.

Notebook saya hampur sebulan rusak. Di awal rusaknya, saya menggunakan laptop milik suami. Sempat posting beberapa tulisan sampai akhirnya laptop itu harus menginap di sekolah si sulung untuk keperluan simulasi UN dan UN SMP.

Saya mati kutu. Kesulitan online, menulis, dan update blog. Untungnya ada tablet milik pak suami yang bisa saya pergunakan. Mulanya saya pikir tabletnya hanya boeh saya pakai kalau sedang tak dipakainya. Untungnya beliau mengalah. Tabletnya ditinggal di rumah supaya saya bisa memakainya. Katanya, saya harus bisa ngeblog via tablet.

Awalnya susah ... susah sekali. Banyak typo yang saya buat. Tapi kan tidak bisa juga hambatan itu menjadikan saya tidak menulis sama sekali?

Tulisan pertama yang dibuat memakai tablet.Dimuat di Harian Fajar 22 April 2016
(kirim e-mailnya juga via tablet)
Tulisan pertama yang saya buat menggunakan tablet adalah tulisan yang saya kirimkan dan dimuat di Harian Fajar satu hari setelah Hari Kartini. Kali ini saya ngebet sekali untuk mengirimkan naskah opini Hari Kartini makanya saya mengusahakan membuat tulisan opini semaksimal mungkin. Tulisan berjudul Mengurai Empat Hal dari Perjuangan Kartini itu membuat saya memeras keringat. Bukan hanya dalam menuliskannya dan mengecek serta mengoreksi aneka kesalahan tulis yang muncul. Namun juga saat mengirimkan e-mail.

Suami saya membantu mengirimkan e-mail yang melampirkan naskah saya. Beliau mengeset supaya saya bisa memakai fitur Gmail di tablet. Baru tengah malam e-mail berhasil terkirim dengan bantuan suami. Saya sudah tertidur saat pak suami mengatakan e-mail saya sudah terkirim.

Di e-mail saya sudah menyebutkan judul tulisan yang saya kirim tapi ternyata naskah tulisan tidak ikut terkirim. Dududu. Untungnya redaktur rubrik Opini berbaik hati menelepon saya pada malam sebelum koran esok harinya terbit, meminta naskah dikirimkan kembali.

Membuat naskah di tablet bukan hal mudah buat saya, begitu pun mengirimkannya via e-mail. Naskah yang tadinya saya buat dengan aplikasi Keep, terpaksa dipindahkan ke aplikasi Polaris Office karena Keep tidak bisa nge-save file dalam format DOC. Namun Polaris Office bisa melakukannya.
  
Memindahkan naskah dari Keep ke Polaris Office pun tak mudah karena hanya bisa dipindahkan per 3 paragraf saja. Kalau disorot semua dan dipindahkan, tak bisa semuanya masuk, hanya 3 paragraf teratas.

Membuka dan mengirim e-mail pun ternyata tidak semudah membali telapak tangan. Kalau pakai Chrome, sulit sekali attach file. Itu pun saya harus membuka Chrome yang In Cognito karena Chrome standarnya sudah memakai alamat e-mail pak suami. Saya tidak bisa membuka e-mail saya meski sudah sign out dari akun beliau. Entah mengapa Chrome begitu keukeuh mempertahankannya.

Singkat cerita, tulisan saya dimuat di rubrik Opini Harian Fajar tanggal 22 April. Lalu seperti biasa, saya post di blog. Nah, di sini ribet lagi. Rupanya urusan posting blog pun tak sederhana. Pak suami menawarkan mengantar saya ke sebuah tempat yang menyediakan komputer desktop yang bisa dipakai free dan posting di sana. Alhamdulillah, urusan update blog beres. Saat itu juga saya posting dua tulisan di blog. Yang satunya berjudul Tips Perawatan Kamera.

Selama notebook rusak dan hanya menggunakan tablet, saya hanya bisa sesekali mengintip dunia maya. Tidak bisa berlama-lama karena akses dari tablet lambat. Tidak leluasa untuk berpindah-pindah grup di Facebook. Padahal saya butuh nge-share tulisan. Untungnya waktu posting dua tulisan itu, saya sempat nge-share ke beberapa grup.

Gambar yang di-edit di tablet. Ukurannya tinggal puluhan KB
Selain dua tulisan itu, dua tulisan sebelum tulisan ini murni saya buat di tablet. Mohon dimaklumi saja ya kalau masih ada typo berceceran di tulisan itu. Kedua tulisan itu adalah XL Future Leaders, Satu Solusi untuk SDM Indonesia Berkualitas dan Berbahagia dengan Cara Berbeda Bersama Legendaddy di Winter Land.

Eh, Anda lihat kan keempat tulisan saya itu menggunakan foto? Nah, foto-foto itu ternyata tak sederhana juga mengusahakannya. Kalau mengunggah apa yang dijepret begitu saja, sih gampang. Tapi saya tidak mau melakukannya. Saya bakal memberatkan mereka yang membaca tulisan saya. Satu gambar ukurannya lebih dari 1 MB, lho! Aih. Saya bakal menguras kuota internet kalian!

Untuk itu, saya harus mengedit foto-foto itu dulu sebelum di-upload. Setelah mempelajari Photo Editor dan Square Instapic, akhirnya saya melakukan langkah-langkah ini:
  • Edit penampakan foto dulu di Photo Editor atau Square Instapic.
  • Resize besaran, dalam hal ini pixel menjadi sekira 45 – 50 persen saja di Photo Editor. Ini akan mengecilkan ukuran pixel foto.
  • Buka Square Instapic. Edit seperlunya. Beri tambahan judul atau kata-kata bila perlu.
  • Save memakai Square Instapic dengan mengompresnya sampai 50 – 70 persen saja. Dengan demikian file yang ukurannya ratusan KB bisa dikecilkan menjadi puluhan KB (kilo Byte) tanpa mengecilkan pixel-nya lagi.

Syukurlah, akhirnya saya bisa update blog menggunakan tablet. Walau yang saya lakukan tak bisa sebanyak jika saya menggunakan notebook, tidak adanya notebook tak menghalangi saya untuk ngeblog. Sekali ngeblog tetap ngeblog!

Alhamdulillah, kini saya bisa menggunakan notebook saya kembali. Pengalaman sebulanan ini mengajarkan dua hal yang luar biasa kepada saya:
  1. Pentingnya pendamping hidup dalam mendukung kegiatan ngeblog saya. Saya bersyukur suami saya total mendukung kegiatan ngeblog saya. Bukan kata-kata bertabur cinta yang menjadikannya romantisdi mata saya, melainkan dukungan semacam ini dan juga ketika mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak-anak. Alhamdulillah.
  2. Saya jadi belajar banyak menggunakan tablet untuk ngeblog: menulis, edit foto, update blog, dan kirim e-mail.

Sekarang, saya bisa bilang, “Kata siapa menulis dan ngeblog harus dari laptop?” Dari gadget pun ternyata bisa. Walau memang tak senyaman ngeblog menggunakan laptop, ngeblog menggunakan gadget ternyata bisa dilakukan, lhoo. Kalau tablet kalian lebih canggih daripada kepunyaan suami saya yang masih Sam**** Gala** Tab 2, kalian pasti bisa, deh ngeblog asyik menggunakan tablet. So, yuk, ngeblog.


Makassar, 2 Mei 2016

Catatan dari Workshop Public Speaking di DiLo

$
0
0
Saya mengikuti workshop Public Speaking di Digital Lounge, jalan dr. Sam Ratulangi pada tanggal 22 April lalu. Nara sumbernya adalah seorang anak muda yang luar biasa, bernama Iskandar. Beliau adalah seorang sarjana psikologi yang juga seorang entrepreneur dan setahu saya, beliau aktif membawakan materi-materi pengembangan diri di Makassar di bawah bendera School of Life.

Workshop-nya berlangsung usai shalat Jum’at. Saya datang di awal waktu, sangat di awal waktu malah. Sementara peserta-peserta lain memadati sebuah ruang terbesar di DiLo secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, hingga sore hari. Penyebabnya adalah adanya perbedaan persepsi mengenai mula waktu workshop.

Saya tahu, Iskandar ini usianya jauh lebih muda daripada saya. Saya datang karena saya membutuhkan pengetahuannya. Pasti bukanlah tanpa alasan mengapa DiLo memilihnya menjadi nara sumber. Saya harus bisa menyerap ilmu-pengetahuannya hari ini sebanyak-banyaknya.

Tak mengapa melantai
yang penting ilmunya sampai :D
Workshop dimulai dengan pertanyaan pembuka dari Iskandar mengenai apa itu Public Speaking(PS) dan apa pentingnya. Well, selanjutnya, saya tuliskan saja apa yang terjadi selama workshop berlangsung ya, Kawan?

Public Speaking adalah berbicara kepada publik. So simple! PS penting karena bisa membat seseorang (karirnya) naik atau turun. Contoh PS adalah usaha memengaruhi orang lain, presentasi, dan berjualan (seperti pedagang obat di tempat umum).

Hati-hatilah dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kadang-kadang ada situasi di mana orang mempengaruhi alam bawah sadar orang lain. Contohnya pada permainan kata-kata dan iklan televisi.

Kembali ke PS, PS harus terus diasah, dilatih dengan keras. Jam terbang menentukan. Kalau masalah “gugup”, semua orang juga merasakannya namun kita harus terbiasa. Bisa jadi pada “percobaan” kesepuluh kita berhasil. Makanya jangan berhenti pada percobaan kesembilan.

44444Manfaat Public Speaking adalah problem solving.


Membahas PS, berarti juga membahas mengenai komunikasi.
èKomunikasi mempengaruhi pikiran Anda dan orang lain.
èKomunikasi memperngaruhi bagaimana Anda belajar.
èKomunikasi mempresentasikan diri Anda.
èKomunikasi adalah skill yang dibutuhka perusahaan.


7 komponen komunikasi:
  • Source
  • Message
  • Channel
  • Receiver
  • Feedback
  • Environment
  • Content

Channel adalah menyangkut metode komunikasi. Feedback penting agar kita tahu tingkat pemahaman orang lain dari apa yang dibicarakannya. Anda tidak dapat jadi pembicara yang baik kalau belum jadi pendengar yang baik!

Memahami PS skill
  • Datang lebih cepat dari audiens. Ini akan membantu membentuk mental sebagai pembicara.
  • Analisa audiens. Kalau levelnya berbeda-beda, gunakan gaya bahasa “tengah-tengah”.
  • Siapkan slide presentasi. Jangan yang seperti koran. Perbanyak gambar karena peran presenter bisa hilang kalau slide-nya seperti koran. Jangan baca slide.

Menghilangkan hambatan public speaking:
  • Research. Observasi audiens, apa topik yang akan dibicarakan, di mana lokasinya. Hati-hati, lokasi baru bisa menaikkan kadar grogi.
  • Pengulangan. Bicarakan topik yang akan dipresentasikan di hadapan orang yang bisa memberikan umpan balik. Jangan di hadapan cermin karena tak bisa memberi umpan balik itu.
  • Relax. Santailah. Ketegangan Anda meningkatkan kegugupan.

Body Language Power,
Perhatikan non verbal:
  • Penampilan (sesuaikan pakaian dengan sikon).
  • Mimik wajah (sesuai, jangan statis).
  • Kontak mata (bagi rata ke semua audiens).
  • Cara berjalan (tegap dan meyakinkan).
  • Ingatlah, dengan mengubah bahasa tubuh Anda bisa mengubah pikiran.

Metode Public Speaking:
  • Gesture.
  • Appearance.
  • Pausepower(ada jeda supaya audiens paham).
  • Change of pitch (intonasi jangan monoton).
  • Memory training (mengulang-ulang).
  • Personality (jadilah unik jangan copas).
  • Conversational (seolah-olah lagi ngobrol santai).

Kelompok yang paling unik, presentasinya dibawakan dengan role playing. Keren!
Usai penyampain dari Iskandar, para peserta diminta membaur dalam kelompok-kelompok yang mendiskusikan dan memberikan presentasi di hadapan tim lainnya. Saya bergabung dalam kelompok Personalitydengan Irma, Fredi, Dedi, dan Jamal yang duduk di sekitar saya.

Kami memilih nama Personality karena kami semua memiliki personality yang unik yang bisa saling melengkapi. Diskusi tak berlangsung lama karena kami langsung mendapatkan tema yang kami semua bisa mengambil peran di dalamnya. Kami juga langsung berbagi tugas, siapa yang opening (Fredi), siapa yang menyampaikan latar belakang masalah (Irma), siapa yang menyampaikan permasalahan yang ada (saya), siapa yang menyampaikan solusi (Dedi), dan siapa yang closing (Jamal). Lama juga menunggu hingga giliran kami, sebagai peserta paling akhir yang tampil. Alhamdulillah kami mampu berbagi peran, tanpa terlihat ada yang dominan padahal kami berlima baru saling mengenal di dalam kelas singkat ini.

Iskandar, mentor kami memberikan masukan yang dianggap perlu usai presentasi berkelompok. Namun seingat saya tidak ada masukan usai kelompok kami tampil. Mungkin karena tampilnya paling akhir, ya sudah hampir adzan maghrib.

Terakhir yang bisa saya katakan, sungguh para anggota Personality adalah teman-teman kelompok yang asyik, kelas workshop ini menyenangkan, dan pematerinya oke penyampaiannya. Saya belajar banyak di sini. Terima kasih DiLo, terima kasih pak guru Iskandar. J


Perempuan dan Kantong Teh

$
0
0
Senang sekali saya mendapatkan undangan Seminar Internasional bertajuk Kartini Zaman Baru:Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Womenyang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin di kampus UNHAS Tamalanrea pada tanggal 23 April 2016. Membaca penjelasan singkat di flyer-nya saja, saya berpikiran bahwa seminar ini akan menarik. Dan saya tidak salah.

 Ibu Margriet Lapia Moka, ketua paniia seminar
Prof. Burhanuddin - Dekan Fak. Ilmu Budaya UNHAS
Usai sambutan dari ketua panitia - Ibu Margriet Lapia Moka dan  Dekan Fakultas Ilmu Budaya – Prof. Burhanuddin, Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, rektor UNHASberkesempatan memberi sambutannya. Tadinya beliau didaulat sebagai salah satu nara sumber namun beliau mengatakan merasa tidak pantas. Jadi beliau memposisikan dirinya sebagai pemberi kata sambutan yang sekaligus membuka seminar ini.

Tentang apa yang beliau sampaikan, khusus saya tuliskan di bagian pertama tulisan ini karena paparannya menarik. Jujur, saya terpesona oleh kharismanya. Beliau lembut dalam bertutur tapi dari apa yang disampaikannya, terlihat kecerdasan dan ketegasannya.

Menurutnya, perempuan Indonesia sudah sejak dulu punya suara di parlemen. Sekarang diperkuat dengan kuota 30%. Pertanyaannya kemudian adalah:
  • Apakah ini hanya hegemoni (bahwa perempuan kini telah “bersuara”)?
  • Apakah kira-kira bisa memunculkan senyum pada Kartini jika dia masih hidup karena harapannya terpenuhi?

Prof. Dwia kemudian menyampaikan pesannya kepada anggota parlemen perempuan (seperti yang pernah disampaikannya pada sebuah acara) agar para anggota parlemen perempuan mampu “memainkan panggungnya”. Di antaranya dengan cara: tahu baca anggaran dan fokus pada bidang yang diminati (dan bekerja di situ).

Beberapa pertanyaan lain kemudian muncul. Di antaranya mengenai:
  • Angka partisipasi pendidikan perempuan Indonesia yang terlihat membaik tetapi ada gap pada pendidikan formal dari tingkat bawah hingga ke atas.
  • IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia berada pada urutan 110 (dari 187 negara) di dunia. Masih rendah, kan?
  • Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi. Andai Kartini masih hidup, ia pasti bersedih.

Prof. Dwia Aries Tina - Rektor UNHAS
Bu Dwia sering menyebutkan data berupa angka di sela-sela pemaparannya. Saya salut, padahal beliau tidak menggunakan teks, lho. Sayangnya, saya tidak dapat mencatat dengan detail mengenai angka-angka yang disebutkannya.

Bu Dwia juga menceritakan bagaimana besarnya tantangan yang dihadapinya ketika maju dalam pencalonan sebagai rektor Universitas Hasanuddin. Ada orang-orang yang menyepelekannya karena dia perempuan. Ada yang mengatakan kira-kira seperti ini, “Nama kampusnya saja Univeritas Hasanuddin – nama laki-laki, tidak cocok kalau dipimpin oleh perempuan!”
Di bagian ini saya pengen ngakak, apa hubungannya coba, ya, pernyataan itu?

“Saya jadi pemimpin bukan karena saya perempuan maka saya harus memimpin tapi karena memang saya mau jadi pemimpin tetapi saya bersyukur saya seorang perempuan,” ucap Bu Dwia.

Selanjutnya Bu Dwia mengutip kata-kata Eleanor Roosevelt – istri dari mantan presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt yang berkuasa pada tahun 1933 – 1945: 
Woman is like a tea bag. You don’t know her power untill you put her in the hot water.”
Wiih ungkapan yang keren sekali, ya. Kekuatan perempuan bisa mewarnai sekelilingnya. Tidak terbatas pada kantong teh namun bisa keluar dari kantong teh dan memberi warna!

Terakhir, Bu Dwia menutup opening speech-nya dengan mengatakan bahwa semangat Kartini harusnya bisa memotivasi kita untuk Indonesia yang lebih baik.

Makassar, 6 Mei 2016


Bersambung 

Joost Cote Tentang Kartini: Penulis dan Nasionalis Kebudayaan

$
0
0
Tulisan ke-2 dari Seminar Internasional bertajuk Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah FIB UNHAS.
Andai boleh duduk paling depan, saya akan memilih deretan paling depan. Tapi kali ini saya cukup puas bisa duduk pada deretan kedua, di bagian tengah. Tepat di belakang para nara sumber seminar internasional ini dan para petinggi kampus.


Dari tempat duduk saya, saya mendengar pak dekan bertanya kepada Joost Cote, nara sumber asal Belanda itu, “How do you spell your name?” Dan dijawab oleh – kalau tidak salah, ibu ketua panitia seminar, “Yoost Kote, Pak.”

Hm, bukan “Jost Kot” rupanya, melainkan “Yoost Kote”. Huruf J-nya diucapkan sebagaimana ejaan “J” pada Bahasa Indonesia dulu, yaitu “Y”.

Satu alasan besar, mengapa saya bersemangat datang ke seminar ini adalah hadirnya Prof. Joost Cote sebagai nara sumber. Doktor dari Monash University (di Melbourne, Australia) ini menerjemahkan kembali semua surat Kartini untuk kawan-kawan Belandanya. Termasuk surat-surat yang dulu tidak dibuka oleh Abendanon.

Dr. Joost Cote
Mr. Cote menceritakan bahwa ia baru dari Jepara untuk hari yang khusus (Pameran Reproduksi Warisan Kartini dan Jepara, di sana ia menjadi nara sumber pada pembukaannya, tanggal 19 April 2016). Di sana, anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas Rumah Kartini[1] membentuk ulang hal-hal yang disukai Kartini, seperti kain batik dan ukiran Jepara. Hm, pak Cote ternyata sudah menjadi bagian penting dalam sejarah Kartini, ya. Oleh anak-anak muda Jepara, beliau akrab disapa dengan “Mbah Cote”, lho.

Dr. Joost Cote sudah meneliti tentang Kartini selama kurang lebih 20 tahun. Buku terbarunya adalah Kartini The Complete Writings 1898-1904. Pada link http://ozip.com.au/index.php/joost-cote-20-tahun-bersama-kartini/disebutkan bahwa buku itu baru diluncurkan secara resmi para 30 April 2015 sementara pada link http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-09-20/pakar-australia-nilai-kartini-sebagai-tokoh-nasionalis-awal/1193384disebutkan bahwa buku tersebut diterbitkan Monash University Publishing tahun 2013 dan diluncurkan di Ubud Writers and Readers Festival di Ubud, Bali, pada Oktober 2013 . Sebelumnya ia sudah menulis Letters from Kartini: An Indonesian Feminist, 1900-1904 (1992), On Feminism and Nationalism: Kartini’s Letters to Stella Zeehandelaar, 1899-1903 (2005), dan Realizing the Dream of R.A. Kartini: Her Sisters’ Letters from Colonial Java (2008).

Pameran craft Jawa di Belanda. Sumber: presentasi Dr. Cote.
Kartini The Complete Writings 1898-1904 adalah usaha pertama dalam mengumpulkan SEMUA surat, tulisan, artikel yang pernah Kartini tulis ke dalam satu volume, lho! Kata “SEMUA” saya tulis dua kali dalam huruf kapital yang diperbesar, ditebalkan, dan digarisbawahi pula, untuk menekankan betapa banyaknya tulisan yang telah dibuat oleh Kartini. Kalian mau tahu angkanya? Ini dia:
  • 141 surat yang ditulis oleh Kartini dalam kurun waktu Maret 1899 – September 1904.
  • 4 cerita pendek yang dipublikasikan tahun 1903 – 1904.
  • 2 karya ilmiah (salah satunya dipublikasikan pada tahun 1899 dan yang lainnya baru dipublikasikan pada tahun 1914).
  • 4 artikel panjang yang tak dipublikasikan (termasuk 1 autobiografi dan deskripsi pernikahan tradisional Jawa, beberapa catatan (diistilahkan oleh Dr. Cote dengan “memoranda”) politis mengenai pentingnya pendidikan dan pelatihan kejuruan, dan katalog sepanjang hampir 8 halaman mengenai daftar buku pada perpustakaan Kartini).
Secara keseluruhan, ada 800 halaman tulisan-tulisan Kartini, dari semua surat yang kita ketahui hingga saat ini.
Daftar isi buku Kartini The Complete Writings 1898-1904.
Sumber: presentasi Dr. Joost Cote
Selanjutnya, Dr. Cote menekankan mengenai Kartini sebagai penulis dan nasionalis kebudayaan. Kartini menulis hampir semua aspek dengan keluasan berpikir (yang luar biasa pada zamannya). Tulisan Kartini bukanlah tulisan seorang gadis cilik, meski saat menulisnya dia masih sangat muda. Penulisan suratnya, disebutkan Dr. Cote sebagai usaha strategis untuk memengaruhi pemikiran orang-orang Belanda – administrator kolonial, politisi Belanda, dan warga Belanda pada umumnya.

Kartini memang punya agenda pribadi mengenai masa depannya. Namun demikian yang diinginkannya pada mulanya adalah peningkatan posisi bangsanya. Dengan memahami konteks sejarah tertentu pada saat dia menulis, kita bisa melihat “agenda” Kartini.

Kartini dimohon menulis tentang Jawa di media Belanda. Adakah di antara kalian,
wahai perempuan masa kini yang dimohon menulis untuk mediacetak asing?
Sumber: materi presentasi Dr. Joost Cote.
Kartini tidak hanya menyebutkan tentang Jawa di dalam surat-suratnya. Dia juga menyebutkan secara spesifik mengenai tempat di Sulawesi Tengah (yaitu Tentena) dan Sulawesi Utara (Minahasa). Ia bahkan menuliskan ingin juga bekerja di sana sekali waktu. Selain itu, melalui surat, Kartini juga mempromosikan batik dan ukiran Jepara agar bisa dipamerkan pada pameran di Belanda. Di suratnya, ia menyebutkan mengenai rencana pengembangan industri kerajinan kayu Jepara

Kartini memilih korespondennya dengan SENGAJA, untuk tujuan tertentu. Sepuluh orang Eropa penerima suratnya merupakan pilihan yang SIGNIFIKAN agar memiliki platform pemikiran yang sama dengannya. Dr. Cote menyebut Kartini sebagai penulis yang menggunakan pena untuk memperjuangkan perubahan.

Dr. Cote memaparkan nama-nama koresponden surat-surat Kartini dan menjelaskan posisi mereka.  Jacques Henri Abendanon misalnya, dia merupakan pengacara dan birokrat puncak kolonial. Rosa Abendanon, adalah seorang feminis. Henri van Kol adalah pemimpin partai sosialis yang menulis kebijakan kolonial untuk partai, serta pendukung reformasi kolonial. Selain mereka, masih ada beberapa orang lagi, Anda bisa membaca bio data singkat mereka pada gambar-gambar berikut:


Mudah-mudahan bisa terbaca beberapa koresponden Kartini di Belanda, beserta posisinya.
Para korespondennya adalah orang-orang berpengaruh pada zamannya. Maaf ya, miring-miring
begitu hasil scan-nya. Sumber: materi seminar internasional dari Dr. Joost Cote.
Kartini menulis surat kepada banyak orang lagi. Di antaranya kepada generasi pertama nasionalis Indonesia – pendiri Budi Utomo (sebelum Budi Utomo Berdiri tentunya), Sosrokartono – saudaranya yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Leiden dan menjadi jurnalis di surat kabar Amerika, dan saudari-saudarinya. Menurut Dr. Cote, Kartini adalah penulis pertama yang mengartikulasikan “nasionalisme kebudayaan”. Meski fokus Kartini pada pulau Jawa, di surat-suratnya, Kartini menyebutkan istilah yang bersifat nasionalis seperti kata “bangsa” dan “rakyat saya” padahal Belanda belum menetapkan kontrol atas “kepulauan Indonesia”. Pada saat belum ada orang yang mendengungkan “paham kebangsaan”, Kartini sudah mendengungkannya!

Dr. Cote memberi buku karyanya sebagai cinderamata kepada Prof. Dwia sementara
Prof. Dwia memberikan buku karya Prof. Burhanuddin, Dekan FIB, UNHAS.
Sumber foto: www.unhas.ac.id
Dalam presentasinya, Dr. Cote menekankan peran Kartini dalam sejarah Indonesia sebagai penulis dan nasionalis kebudayaan. Ia berharap ada terjemahan buku Kartini The Complete Writings 1898-1904 ke dalam bahasa Indonesia. Mengapa ada terjemahan bahasa Inggris untuk Kartini? Karena Kartini telah menjadi figur internasional. Tulisannya pun menjadi warisan dunia yang penting untuk dibaca siapa pun, di mana pun dia berada.

Makassar, 8 Mei 2016

Bersambung

Mengapa translasi bahasa Inggris, harapan Cote, dan makna Kartini sekarang.
Sumher: materi seminar Dr. Joost Cote
Baca tulisan sebelumnya yaa:
Daan tulisan yang ada hubungannya ini yaa:




[1] Rumah Kartini adalah Komunitas Sosial yang Mempelajari dan Mengumpulkan data-data sejarah Japara untuk edukasi masyarakat. Selain Pengarsipan data sejarah Jepara, Rumah Kartini pun berkarya untuk Japara. Tahun 2008 Rumah Kartini dibentuk saat melihat kondisi sosial di kota Japara yang kurang begitu respecttentang Seni & Sejarah Jepara. Maka dari itu Rumah Kartini didirikan, untuk sarana informasi dan edukasi di Japara. Dana diperoleh dari “proyek” industri kreatif / merchandise yang dijual untuk membantu kegiatan. Juga dari beberapa donatur dari Indonesia dan luar negeri (sumber: www.rumahkartini.com).

Perempuan, dari Dunia Dongeng Hingga Dunia Nyata

$
0
0
Tulisan ke-3 dari Seminar Internasional bertajuk Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah FIB UNHAS.

Lama juga Dr. Cote membawakan materinya: 40 menit. Dua jam pun saya tidak keberatan karena materi yang dibawakannya menarik sekali, mengenai sisi Kartini yang tidak diketahui banyak orang. Namun tentunya keseluruhan waktu harus dibagi pula dengan pemateri lainnya. Berikutnya giliran Michiko Hosobuchi dari Tokyo Metropolitan University, orang Jepang yang meneliti tentang peran perempuan di dua kampung di Jakarta.

Kiri-kanan: Pak Bahar, Pak Fatikul, Pak Dias, Ibu Michiko, Ibu Yostiani
Michiko tampil sebagai pembicara pertama pada sesi I. Judul makalahnya adalah The Good Kampung Woman and Kampung Accountability, A case Study of Two Kampung in Jakarta.

Michiko diminta untuk presentasi dengan Bahasa Indonesia karena dia cukup fasih berbahasa Indonesia. Hal ini dilakukan supaya ia bisa langsung berkomunikasi dengan audiens yang hadir di Gedung IPTEK UNHAS, tempat seminar internasional ini berlangsung.

Michiko berada di Jakarta pada tahun 2008 untuk meneliti Kampung Pejaten dan Kampung Jawa, dekat Kali Ciliwung, di daerah Pasar Minggu. Dia tinggal di sebuah toko kain dan setiap harinya bergaul dengan dan mengamati orang-orang kampung.

Michiko mempelajar sejarah Jakarta beserta kampung-kampungnya (yang katanya total ada 350 kampung di dalamnya!). Eh, yang dia pelajari dengan seksama dua kampung yang ditelitinya saja, sih tapi sejarah umumnya tentang kampung-kampung dia tahu.

Michiko menceritakan tentang image kampung yang berubah. Dulu ada nilai gotong-royongnya, sekarang tidak lagi (tepatnya sejak tahn 2000). Ada pula perubahan peran ibu karena “natural disaster’ (kayaknya yang dimaksudnya adalah banjir).

Jujur saja, saya tidak begitu memahami presentasinya. Begitu pun dengan makalahnya. Saya tidak tahu hendak menyimpulkannya bagaimana. Hal ini, mungkin disebabkan karena bidangnya tidak masuk dalam perhatian saya atau saya tidak cukup capable. Mungkin juga kalau diminta untuk berbahasa Indonesia secara formal, Michiko sulit mengungkapkan isi pikirannya. Namun tidak demikian halnya ketika berbincang santai. Saya melihat Michiko bercakap-cakap dengan orang-orang dengan begitu bagusnya. Saya pun sempat ngobrol sedikit dengannya di akhir acara dan rasanya bisa nyambung dengannya. Mohon maaf, ya, saya hanya bisa menuliskan ini.

Pada sesi panel I ini, Michiko duduk bersama 3 nara sumber lainnya, yaitu: A. Fatikul Amin Abdullah (dari STKIP PGRI Sidoarjo), Yostiani Noor Asmi Harini (dari UPI Bandung), dan H. Muhammad Bahar Akkase Teng (dari UNHAS). Diskusi dipandu oleh Pak Dias Pradadimara.

Saya suka quote dari Ibu Yostiani ini. Keren. Saya sepaham dengan ini.
Pak Fatikul mempresentasikan makalahnya yang berjudul Women’s Movement in Indonesia 1928 – 1974, Demands Equal Rights in Household and Marriage (Gerakan Perempuan Indonesia Tahun 1928 – 1974 Menuntut Persamaan Hak dalam Rumah Tangga dan Perkawinan).

Makalah tersebut berdasarkan penelitian Pak Fatikul yang bertujuan untuk menjawab permasalahan: bagaimana perjuangan perempuan Indonesia untuk merealisasikan persamaan hak dalam rumah tangga dan perkawinan.

Pada bagian akhir presentasinya, Pak Fatikul menyampaikan mengenai pengaruh gerakan perempuandi Indonesia pada kurun waktu 1928 – 1974. Menurutnya, sebuah gerakan dikatakan berhasil apabila mampu mempengaruhi kebijakan. Keberhasilan pergerakan perempuan Indonesia pada masa itu mewujud dengan disahkannya Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974. undang-undang tersebut memuat persamaan hak dalam rumah tangga dan perkawinan.

Pada tanggal 22 Desember 1973, pada sidang Paripurna yang dihadiri 369 orang dari 460 anggota, DPR mengesahkan UU Perkawinan secara aklamasi, sebagai kado pemerintah kepada kaum perempuan di seluruh Indonesia pada peringatan Hari Ibu. Wow, ternyata begitu sejarahnya, yah.

Ibu Yostiani membawakan makalah dari penelitiannya yang berjudul Dari Nini Anteh ke Kartini: Representasi Kemandirian Perempuan dalam Dongeng dan Sejarah. Nini Anteh adalah sosok yang terdapat dalam dongeng masyarakat Sunda yang bertransformasi dari bercak hitam yang terlihat di bulan pada malam bulan purnama. Ia lazim didongengkan nenek kepada cucunya pada malam bulan purnama. Di dalam masyarakat Sunda sendiri, ada 14 versi dongeng Nini Anteh. Nini Anteh adalah perempuan biasa (bukan bangsawan) yang tidak tunduk pada aturan yang tak adil. Nini Anteh kemudian pergi ke bulan dan memproduksi tekstil di sana.

Ibu Yostiani memaparkan tujuan penelitiannya adalah memperoleh deskripsi yang mendalam tentang representasi kemandirian perempuan dalam dongeng (sosok Nini Anteh) dan narasi sejarah (sosok Kartini). Penelitiannya diharapkan memberikan informasi tentang simpul-simpul yang mempertautkan  teks dengan representasi kemandirian perempuan dalam masyarakat. Juga diharapkan dapat  memberikan informasi tentang konstruksi perempuan melalui teks.

Menarik sekali makalahnya. Baik dalam dongeng maupun sejarah, ada kisah kemandirian perempuan Indonesia (baik itu mudah ataupun sulit dicapai). Di bagian akhir makalahnya, Bu Yostiani menyimpulkan pula bahwa:
Melalui pendidikanlah kemandirian perempuan dapat diraih. Nini Anteh bukan sekadar sosok dalam dongeng pelipur lara bagi anak-anak di masa lampau dan Kartini bukan sekadar sosok yang ada dalam sejarah.  Keduanya merupakan bagian dari sebuah wacana global yang memiliki muatan politis.

Terakhir, Pak Bahar Akkase Teng membawakan makalah yang berjudul Perempuan dalam Berbagai Perspektif (Politik, Media, dan Psikologi). Pada bagian penutupnya, Pak Bahar mengungkapkan beberapa hal, di antaranya bahwa:
  • Paham-paham politik yang timbul di dunia barat lambat laun menular pula ke dunia timur.
  • Di era globalisasi ini, dalam media massa citra perempuan terasa meriah, menyita sebagian besar produk jurnalistik, mulai dari cover majalah, pajangan utama infotaiment,  iklan televisi sampai berita-berita yang berkenaan dengan perempuan berpolitik ataupun politik keperempuanan.
  • Pandangan para  psikolog mengenai gender  adalah menyangkut karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh individu, yaitu maskulin, feminisme, androgini dan tak terbedakan. Masing-masing karakteristik kepribadian gender tersebut memiliki karakteristik tersendiri, yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Sampai sini, sesi panel 1 selesai tapi masih ada lanjutannya :) 
Makassar, 24 Mei 2016

Bersambung

Daan tulisan yang ada hubungannya ini yaa:

Sama Seperti Kartini, Kami pun Menulis

$
0
0
Tulisan ke-4 dari Seminar Internasional bertajuk Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah FIB UNHAS. Tulisan ini tidak sepenuhnya merupakan review dari seminar tersebut. Sebagian dari tulisan ini berisi hal-hal yang ingin saya sampaikan di seminar itu namun tak bisa saya paparkan semuanya karena keterbatasan waktu.

“Saya senang sekali hadir di acara ini karena menyaksikan pemaparan Dr. Cote mengenai sosok Kartini sebagai PENULIS. Selama ini, sejak kecil yang saya dapati apa yang dikatakan orang-orang dan yang ditampilkan adalah sosok Kartini yang membawa pengaruh emansipasi,” begitu kira-kira ungkapan saya ketika diberi kesempatan untuk bertanya kepada para nara sumber di sesi panel pertama seminar internasional Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women yang diselenggarakan di gedung IPTEKS UNHAS pada tanggal 23 April lalu. Saya juga menyampaikan beberapa hal seperti sehubungan dengan kegiatan menulis saya, bagamana perempuan Indonesia yang menulis setahu saya, dan beberapa hal lain.

"Sama seperti Kartini, kami pun menulis."
Kartini, oleh kebanyakan orang dijadikan ikon pejuang emansipasi yang membuat perempuan bisa berkiprah di sektor publik. Hal yang dilupakan banyak orang adalah bahwa Kartini membaca dan menulis. Bahkan dia membaca banyak sekali buku dan menulis banyak sekali surat (baca mengenai jumlah tulisan Kartini yang kurang lebih 800 halaman di tulisan ini).

Saya menanyakan pendapat para nara sumber mengenai perempuan yang menulis namuuun sebenarnya, saya ingin menyampaikan kepada khalayak yang hadir di ruangan ini mengenai adanya perempuan-perempuan yang menulis di zaman ini. Kami tak seperti Kartini yang mahir berbahasa Belanda hingga tulisannya dimuat di media cetak Belanda namun kami membuat sejarah kami sendiri dengan aktif menulis.

Saya mencoba memberi tahu kepada hadirin bahwa saat ini ada 16 ribuan perempuan yang berminat menulis di komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). Seperti yang biasa terjadi, mereka otomatis tertawa mendengar nama komunitas ini. Tidak mengapa, namanya memang unik. Saya sudah biasa mendapatkan reaksi demikian. Di samping itu, ada kira-kira 1 atau 2 ribu perempuan yang ngeblog. Angka kasar ini saya ambil melihat jumlah anggota sebuah komunitas lain yang namanya juga unik dan memancing tawa – Kumpulan Emak Blogger (KEB) yang sekarang sudah berjumlah lebih dari 2.000 orang. Kalau setengahnya saja yang memang aktif ngeblog, kira-kira ada 1.000 blogger perempuan aktif. Tapi tidak semua blogger perempuan bergabung dalam komunitas ini, ada juga yang bergabung di komunitas-komunitas blogger lain.


Saya tidak sempat menjelaskan mengenai hal ini sewaktu berada di seminar, jadi saya tuliskan di sini. Komunitas blogger khusus perempuan di mana saya bergabung yang anggotanya paling banyak saat ini adalah KEB. Komunitas-komunitas blogger lain yang anggotanya khusus perempuan baru terbentuk setelah beberapa tahun KEB berdiri (tahun 2012).

Ada komunitas-komunitas blogger khusus perempuan lainnya yang saya tahu, yaitu Blogger Perempuan, Blogger Muslimah, dan Indonesia Hijab Blogger. Mungkin saja masih ada komunitas blogger khusus perempuan lainnya yang tidak saya ketahui. Nah, komunitas-komunitas blogger khusus perempuan ini dan juga IIDN, saling beririsan. Maksudnya, anggotanya ada yang bergabung di beberapa komunitas sekaligus. Namun, sangat mungkin ada pula blogger perempuan yang tidak bergabung di semua komunitas itu.

Jadi, sebenarnya perempuan yang menulis di blog sekarang sudah cukup banyak. Kami mengambil peran yang cukup signifikan untuk menjadi tempat belajar satu sama lain. Saya mengakui, belajar banyak hal dari tulisan para blogger perempuan. Dengan kata lain, kami saling berbagi pengetahuan atau saling mencerahkan dan mencerdaskan.

Sebenarnya merupakan hal yang aneh kalau di zaman ini, ibu rumah tangga yang membaca atau menulis masih dianggap sesuatu yang luar biasa karena Kartini sudah mencontohkannya lebih dari seabad yang lalu. Kartini, yang pendidikan formalnya tak tinggi telah membaca buku-buku yang tergolong berat, bahkan untuk perempuan yang dianggap berpendidikan tinggi pada zaman ini dan menuliskan surat-surat yang bermuatan politis.

Apakah ada yang menganggap bahwa ibu rumah tangga yang membaca atau menulis itu aneh? Ada. Saya mengalaminya. Saya menuliskannya di tulisan berjudul Mengurai Empat Hal Perjuangan Kartini (silakan dibaca).

Di zaman ini, sangat mungkin jika ada yang mau melakukan penelitian mengenai pemikiran perempuan Indonesia masa kini. Kami – para blogger perempuan sudah banyak yang menulis di blog selama kurun waktu 5 tahun. Sudah banyak yang bisa dilihat pada tulisan-tulisan kami.

Blogger perempuan kini menuliskan banyak hal, tidak hanya tentang kehidupan pribadinya dan keluarganya semata. Kami pun tidak hanya menulis review produk atau brand. Kami juga menulis opini tentang perkembangan sosial di negara kita akhir-akhir ini. Bahkan ada yang menuliskan tentang topik islami, perkembangan IT, hubungan internasional, kesehatan, dan pertanian. Saya sendiri, sejak awal ngeblog memang sudah merencanakan blog akan menjadi prasasti sejarah hidup saya. Mudah-mudahan kelak ada gunanya bagi anak-cucu saya.

Well, barangkali ada akademisi yang tertarik meneliti pemikiran perempuan masa kini melalui para blogger perempuan? J

Makassar, 10 Mei 2016

Bersambung

Daan tulisan yang ada hubungannya ini yaa:

Perempuan: dalam Novel, Sejarah, dan Kebaya Kartini

$
0
0
Tulisan ke-5 dari Seminar Internasional bertajuk Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah FIB UNHAS.


Pada sesi panel kedua tampil 4 nara sumber lainnya. Keempat nara sumber tersebut adalah Ibu Yulianeta (dari UPI Bandung), Bapak Rasyid Asba (UNHAS), Bapak Dias Pradadimara (UNHAS), dan Bapak Muhammad Hasyim (UNHAS). Diskusi dipandu oleh Bapak Edward Poelinggomang sebagai moderator.

Kiri-kanan: Pak Hasyim, Pak Rasyid, Pak Edward, Pak Dias, dan Bu Yulianeta
Penelitian Ibu Yulianeta berfokus pada tokoh perempuan pada novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer, judul makalahnya adalah Membaca Semangat Perjuangan Kartini dalam Novel-Novel Pramoedya Ananta Toer. Salah satu yang disebutkannya adalah tokoh Larasati dalam novel Larasati yang mempresentasikan perempuan sebagai subyek, bukan obyek. Ia menyebut pula beberapa tokoh lainnya. Selain itu, di akhir presentasinya, Ibu Yulianeta menyimpulkan 2 hal ini:
  • Pramoedya menampilkan citra kemenangan perempuan, bahwa perempuan merdeka, bersemangat, penuh sumber daya, dan mampu bertarung melawan penindas sebagaimana halnya Kartini dengan semangat juangnya.
  • Perempuan dipandang memiliki peranan penting dalam bangsa, sebuah ruang publik yang selama ini dianggap milik laki-laki.

Bapak Prof. Dr. A. Rasyid Asba menyampaikan makalahnya yang berjudul Citra Wanita Aceh: Cut Nya’ Din dalam Perspektif Kolonial. Saat hendak menuliskan kembali, saya baru sadar kalau saya tidak menuliskan catatan apa-apa dari presentasi Pak Rasyid ini. Saya pun tidak mendapatkan file-nya dari panitia. Ini kelalaian saya, bukan karena materinya tak menarik. Kita ke presenter berikutnya, yah.

Berikutnya adalah Bapak Dias Pradadimara. Saya tidak sempat mencatat judul makalahnya, juga tidak mendapatkan file-nya dari panitia tetapi saya menuliskan beberapa catatan.

Pertama-tama, Pak Dias mengungkapkan bahwa Kartini bukanlah pahlawan perempuan pertama yang ditetapkan oleh Soekarno. Sebelumnya Cut Meutia dan Cut Nya’ Dinsudah terlebih dahulu ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Nah, lho ... ini menjawab pertanyaan yang dilontarkan di luar sana mengenai hal ini. So, any problem after knowing this fact? I hope not lah yah.

Dr. Bambang Sulistyo Edy, ketua jurusan Ilmu Sejarah UNHAS
Pak Dias juga mengatakan bahwa Hari Kartini sebenarnya bukannya baru dirayakan setelah penetapannya sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964. Hari Kartini sebenarnya sudah dirayakan sejak tahun 1920-an.

Pada pembahasan materinya, Pak Dias menekankan mengenai bagaimana perempuan bisa lebih nampak dalam sejarah dan secara mandiri menentukan nasibnya sendiri. Pak Dias lalu melontarkan pertanyaan, “Kalau bisa menulis sejarah, bagaimana bentuknya?” Ehm, mudah-mudahan ada sebagian jawabannya pada tulisan saya sebelum ini (judulnya Sama Seperti Kartini, Kami pun Menulis).

Beberapa cara menuliskan sejarah perempuan adalah:
  • Menuliskan kelompok-kelompok perempuan.
  • Melihat tokoh-tokoh tertentu.
  • Bagaimana usaha penguasaan rezim kolonial di kelompok pribumi adalah dengan menguasai kelompok perempuan.

Dalam hal ini, perhatian tentang perempuan di Indonesia belumlah banyak. Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana memosisikan perempuan dalam program besar sejarah nasional Indonesia.

Pemateri terakhir adalah Bapak Dr. Muh. Hasyim, M. Si. Presentasinya berjudul Semiotika Fashion pada Perayaan Hari Kartini. Pak Hasyim memulai presentasinya dengan menceritakan, bagaimana kebaya Kartini begitu lekat dengan diri Kartini. Ia pernah mencoba “merekayasa” pakaian Kartini, dengan menggantinya dengan pakaian modern dan orang tak mengenalinya. Berbeda halnya jika Kartini mengenakan kebaya yang memang lazim dikenakan pada masanya.

Sebagai pelindung yang tampak, fashion(pakain/busana) tidak hanya sekadar bermakna denotasi namun juga bermakna konotasi yang mampu berucap banyak hal tentang siapa diri kita sebenarnya.

Pada aspek sejarahnya, ada 3 tahap penandaan pakaian Kartini:
  • Produksi tanda, fashion kebaya sebagai identitas diri dan sosial
  • Sirkulasi tanda: fashion Kartini dikomunikasikan melalui media
  • Reproduksi/pertukaran  tanda: masyarakat mereproduksi makna atas fashion kartini melalui perayaan Hari Kartini.

Pada poin ketiga di atas, saya bertanya-tanya, sebenarnya itu “reproduksi” atau “reduksi”, yah?

Pada akhirnya Hari Kartini dimaknai dengan memakai kebaya di mana-mana. Di kantor-kantor, sekolah-sekolah, juga di area publik lainnya. Hari Kartini membahas tentang perempuan yang bekerja di luar rumah yang mengenakan kebaya. “Sayangnya, pada Hari Kartini tidak pernah ditampilkan perempuan sebagai ibu rumah tangga di media,” begitu kira-kira disampaikan oleh Pak Hasyim saat merespon sebuah pertanyaan

Segenap panitia dan nara sumber seminar internasional
Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women
Seminar internasional ini juga membahas banyak aspek emansipasi dalm peran perempuan dan laki-laki. Beberapa nara sumber menilai banyak perempuan sekarang salah kaprah dalam mengartikan perjuangan Kartini hingga kebablasan. Ada juga yang menyoroti pentingnya laki-laki memiliki toleransi terhadap perempuan. Masih banyak permasalahan mengenai batas-batas emansipasi dan permasalahan perempuan untuk mengatakan “kita sudah bicara emansipasi” – begitu kata Pak Dias.

Bapak Dr. Bambang Sulistyo Edy – ketua jurusan Ilmu Sejarah FIB UNHAS, dalam closing speech-nya mengatakan bahwa bukan karena Kartini orang Jawa maka ia masih dibicarakan hingga kini. Membicarakan Kartini masih relevan di masa kini. Kita perlu menangkap nilai-nilai apa yang diperjuangkan Kartini.

Saya setuju. Setelah mengikuti rangkaian seminar ini, saya makin mantap menyatakan bahwa Kartinibenar-benar pantas dengan gelarnya sebagai “pahlawan nasional”. Ia masih pantas dibicarakan karena perjuangannya menginginkan perempuan cerdas, bukan semata-mata agar setara dengan lelaki. Sebab jika perempuan cerdas, ia bisa memperjuangkan dirinya menjadi signifikan di tengah keluarganya, juga di dunia ini.

Makassar, 12 Mei 2016


Selesai

Daan tulisan yang ada hubungannya ini yaa:

Bincang Asyik Tentang SEO dan Blog Monetizing di #MMAAja

$
0
0
Ada materi SEO pada acara yang digelar oleh MatahariMall dot Com pada tanggal 29 April 2016 di hoterl Arya Duta Makassar. SEO yang bikin mumet, yang biasanya “hanya” bisa saya pelajari dengan membaca tulisan-tulisan yang beredar di internet atau melalui diskusi di dunia maya dalam komunitas-komunitas blogger yang saya ikuti, kini bisa saya ikuti secara tatap muka. Nara sumbernya adalah Mas Nur Anasta dari Infinito. Selain dirinya, ada dua materi lagi yang juga menarik.


Bincang SEO


Mudah-mudahan saya bisa menuangkan dengan tepat ke dalam tulisan ini apa yang dimaksudkan Mas Anasta dalam presentasinya soalnya ia membawakannya dengan cepat. Ada beberapa hal yang saya catat, sebagiannyq berkenaan dengan “do and don’t”-nya SEO.

  • Kata Mas Anasta, SEO sekarang lebih bermakna Search Experience Optimization lagi, bukan hanya Search Engine Optimization saja. Penting untuk diperhatikan kata kunci yang banyak dicari dan bagaimana peluangnya bila kita menggunakan kata kunci itu.
  • DA (Domain Authority) menunjukkan seberapa famous blog/domain kita (secara keseluruhan) sementara PA (Page Authority) menunjukkan seberapa famous page-page tertentu di blog kita.
  • PR (Page Rank) sudah pasti akan tutup namun kita bisa menggunakan Moz tools untuk mengukur seberapa kuat blog kita.
  • On page keyword usage à jangan terlalu banyak kata kunci.
  • Cek, jangan sampai tulisan kita di blog dipublikasikan sekarang tetapi baru terindeks 3 hari kemudian.
  • Server response à jangan sampai lambat. Google punya misi untuk mempromosikan (link) yang terbaik pada penggunaannya.
  • Gunakan keyword research dan targeting.
  • Jangan COPAS. Namun walaupun tidak copas, perlu belajar SEO agar tulisannya terindeks di Google. Ada kejadian orang yang di-copas yang justru “dituduh” copas oleh Google karena link tulisannya lambat baru terindeks.
  • Jangan sampai blog kita menyimpan broken links.
  • Gunakan URL yang spesifik.
  • Jangan hapus posting yang pernah dibuat. Kalau sampai terpaksa dihapus, aktifkan kembali/bikin redirect.
  • Gunakan Image ALT Attributes.
  • Gunakan H1, H2, H(x) Tags.
  • Tentang long tail keyword demand: 70% (3 – 4 kata) àlebih gampang mengejar yang ini, googling terlebih dulu dengan keyword planner.
  • Untuk inbound link, bisa dengan minta teman memberikan back link.
  • Jangan edit URL postingan. Kalau mau ngedit, judul atau kontennya saja yang diedit.
  • Yang penting dalam pembuatan blog adalah quality content dan accesibility.
  • Jumlah keyword 4 saja.

    Bincang Blog Monetizing


    Berikutnya, materi tentang Bagaimana Menjadi Seorang Affiliate Marketer dari MatahariMall.

    Affiliate adalah Salah satu sistem yang digunakan dalam bisnis online, dengan menjualkan produk atau jasa orang lain tanpa syarat apapun. Misalnya, market place menggunakan jasa blogger. Blogger, melakukan promosi di media-media sosial dan melakukan optimisasi SEO.

    MatahariMall menawari blogger untuk memasang kode di blognya. Kode itu unik. Jika ada pembelian maka blogger juga mendapatkan komisi dari produk yang dibeli. Persentasinya berbeda-beda, ada yang 10%, 30%, atau di bawah 10% dari harga produk.

    Diskon 60%? Wow!
    MatahariMall saat baru launching, di bulan pertama sudah meraup 10 juta visitors. Transaksi tertinggi pernah dicapai sebanyak 35.000 per hari. MatahariMall terpercaya karena sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia, sering promo, dan free shipping. Ada kisah pembeli dari Papua membeli air mineral kemasan karena free shipping, jadinya air kemasan sangat murah baginya (di Papua, barang-barang harganya mahal).


    Keuntungan bergabung dengan affiliate MahariMall adalah: gratis biaya pendaftaran, komisi dan bonus menarik, cookie 30 hari, dasbor mudah digunakan, tutorial mudah dipahami, dukungan profesional, laporan instan, media promo variatif, non stop promo, dan komisi cepat cair.

    Menerapkan SEO dalam Blog Monetizing


    Nara sumber terakhir adalah Jimmy Ahyari, ia membawakan materi mengenai Berburu Duit dengan Affiliate.

    Menurutnya, prinsip berburu duit dengan affiliate adalah:
    • Analyse
    • Create
    • Content
    • Traffic
    • Revenue

    Analyse, antara lain menganalisa hal-hal ini:
    • Apa itu niche? Keyword research?
    • Menemukan niche yang profitable.
    • Menganalisa niche untuk keywords tertentu.
    • Analisa tingkat persaingan di mesin pencari.
    • Menentukan kata kunci.

    Create dan Content, antara lain:
    • Nama domain (pendek).
    • Authoritysite.
    • Apa dan bagaimana link juice?
    • Plugin-plugin penting untuk pengaturannya.
    • Optimalisasi title tag.
    • Membuat inner pages (untuk mendukung domai setelah riset kata kunci).

    Traffic, di antaranya dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
    • Link building.
    • Link dari private blog network.
    • Tool untuk link builder terbaik.
    • Back link natural.
    • Mengintip link kompetitor.
    • Directory links.
    • Authority links.
    Selain itu, tips dari Jimmy, bagi mereka yang mau mengikuti jejaknya sebagai “peternak” blog (blog Jimmy ada ratusan. Ya, ratusan, jadi bukan cuma wafer yang punya ratusan lapisan, ada juga orang yang punya ratusan blog!) yang mencari uang dari blog:
    • Selalu catat pola yang dibuat, periksa hasilnya. Kalau berhasil, bisa diterapkan lagi di blog lain.
    • Cari kata kunci abadi, yang selalu dicari orang lain.
    • Beli domain “bekas” bisa menghemat waktu karena tidak perlu memulai dari nol.
    • Kunci sukses: usaha, do’a, dan restu orang tua.

    Sama dengan materi SEO, yang terakhir ini tidak mudah saya cerna. Eh, kalau materi SEO saya lebih bingung lagi, sih. Tapi mudah-mudahan dari sini, ada yang bisa diambil pelajaran oleh saya dan semua yang hadir karena pengetahuan yang dibagi oleh para nara sumber, merupakan hal luar biasa, hal terbesar dari diri mereka yang dibagikan gratis di malam itu.


    Makassar, 15 Mei 2016.

    Ipeh Alena: Blogger Bekasi dan Bookaholic yang Senang Belajar

    $
    0
    0
    Blogging membawa saya berkenalan dengan banyak perempuan cerdas. Salah satunya adalah Ipeh Alena, blogger Bekasi yang bookaholic. Kemauan belajar dari perempuan yang mulai ngeblog tahun 2013 (terlihat dari arsip blognya) ini, tergambar dari tagline “Love to Learn” pada header blognya.



    Salah satu caranya belajar adalah melalui buku. Simaklah komentarnya pada postingan saya yang berjudul Perempuan: dalam Novel, Sejarah, dan Kebaya Kartini:
    Sama halnya dengan Midah Si Manis Bergigi Emas dan Arok Dedes. Di mana pada Arok Dedes, kekuasaan Tunggul Ametung ikut terpengaruh oleh Dedes. Dan Pram, memang selalu menyajikan sosok perempuan dan keikutsertaannya dalam sejarah Indonesia. Hanya saja, saat membaca Perempuan dalam cengkraman militer. Ini sejarah kelam Indonesia yang membuat saya geram.

    Dalam komentarnya itu, terlihat bagaimana Ipeh yang movie mania ini menghubungkan antara tokoh-tokoh perempuan dalam novel yang dibacanya dengan tulisan saya. Dalam menulis resensi, Ipeh berusaha menarik hal-hal positif yang merupakan kelebihan buku. Selain penyuka bacaan fiksi, dia pun meminati bacaan serius seperti yang terlihat pada resensinya yang berjudul Bakat Bukan Takdir : Kisah Irza. Dalam resensi itu, Ipeh berhasil menarik pembelajaran tentang apa pentingnya mengetahui pada kecerdasan majemuk yang mana potensi diri kita.

    Pada blog utamanya, ada sebuah label khusus yang membuat saya tertegun, namanya AppInsideMyPhone. Isinya adalah aplikasi-aplikasi telepon seluler yang dipelajari olehnya. Butuh ketekunan besar untuk mempelajari aplikasi. Kalau tak tekun, mana mungkin bisa mencobanya lalu menuliskannya ke dalam blog. Kalau saya, beuh ... kalau benar-benar butuh baru mau mempelajari aplikasi. Kalau hanya untuk cari tahu, saya tidak melakukannya. Menurut saya, Ipeh menuliskan review-nya bukan sekadar butuh tapi karena memang senang mempelajari hal-hal baru.


    Berikut ini beberapa aplikasi yang dibahas di blognya: Oodle Free Ebooks, Aplikasi Unfollower, Smule Application, Mandiri E-Cash, Webstealer pada track analytics, Bloglovin, dan Aplikasi Hitung Warisan. Dalam tulisan-tulisannya di label itu, Ipeh mempelajari pemakaian aplikasi-aplikasi tersebut dan membagikan kepada pembaca bagaimana penggunaannya. Keren, ya?

    Saya suka terkagum-kagum saat membaca tulisan-tulisan dari teman-teman bogger perempuan yang masih muda-muda tetapi cara berpikirnya sudah terlihat begitu matang, seperti Ipeh ini (mungkin karen dia bookaholic, ya?). Rasanya, saat di usia sama seperti mereka, saya belum bisa, deh menulis sebaik mereka. Saat mereka nanti seusia saya, pasti mereka bisa jauh lebih baik daripada saya, ya.
    Pada sebuah tulisannya, Ipeh menuliskan:
    Melalui film, saya sering mengambil atau memetik pelajaran tentang kehidupan dan sosial. Entah itu melalui tokoh-tokohnya (dalam hal ini karakter), atau melalui dialognya. Bagi saya, setiap nilai yang berbobot yang disampaikan melalui sebuah lakon, memberi efek yang long lasting. Tidak terkesan menggurui dan memberi jeda bagi penonton untuk mencerna dan mengemasnya melalui pemahaman diri sendiri.

    Hm, benar juga. Kadang-kadang, ada kesan dan pesan yang tertanam mendalam pada diri kita melalui adegan film. Itu makanya banyak orang berharap industri perfilman tanah air menyajikan film bermutu yang juga berfungsi mengedukasi.

    Quote dari Ipeh, blogger buku yang juga menjadi salah satu admin di Klub Buku Indonesia itu saya ambil dari tulisannya yang berjudul 8 Pelajaran Berharga dari Robin Williams. Kalau ingin tahu apa saja kedelapan pelajaran berharga yang dimaksud Ipeh, cus, langsung saja, deh main ke blognya. Saya sudah memberi link hidup pada judul tulisannya itu, supa Anda bisa langsung terbang ke sana.

    Makassar, 15 Mei 2016


    Tulisan ini diikutkan dalam program kecil-kecilan di Komunitas Blogger Perempuan: ARISAN LINK. Saya tergabung di Grup 4. Ipeh Alena menjadi bintang kami pada putaran kelima ini.


    Nambah Wawasan di Roadblog Makassar

    $
    0
    0
    Saya terlambat datang ke acara Roadblog Makassar (bagian dariRoadblog 10 Cities, organizedby Excite Indonesia) pada tanggal 30 April lalu. Biasa, urusan rumah tangga tak bisa saya selesaikan cepat-cepat di pagi itu. Mamak blogger tanpa ART ya seperti saya ini, harus menyelesaikan urusan RT dulu sebelum berangkat ke sebuah acara.



    Saat saya tiba, materi kedua sudah hampir selesai. Saat itu pemateri kedua, Pak Nuril Islamiah dari Pegadaian sedang mempresentasikan tentang investasi emas di Pegadaian. Fiyuh, syukurlah, tidak terlalu terlambat. Saya hanya melewatkan satu materi yang dibawakan oleh Pak Dian Sinagadari Traveloka. Besyukur saya masih mendapatkan tempat duduk kosong.


    Tentang Sensor Mandiri


    Tak lama kemudian Pak Dr. Mukhlis Paeni dari LSF (Lembaga Sensor Film) membawakan presentasinya. Pak Mukhlis mengharapkan para blogger memiliki kreativitas dalam menulis, terutama dalam mendorong konten kreatif untuk sinetron televisi atau film Indonesia. Dari blogger, diharapkan muncul konten-konten yang menjunjung kearifan lokal apalagi Indonesia – khususnya Sulawesi Selatan merupakan “tambang deposit” penceritaan.


    Hm, boleh juga. Cuma, blogger kan kebanyakan bukan penulis fiksi atau penulis script kan, ya. Blogger sekarang lebih kepada citizen journalist sementara menulis naskah film atau sinetron, atau naskah acara televisi itu ada “genre”-nya sendiri. Mereka disebut sebagai “penulis naskah” atau “penulis script” dan mereka belajar khusus untuk itu. Tapi tidak salah juga, sih kalau ada teman-teman blogger mau belajar khusus untuk itu. Kalau saya, sih mengiranya, blogger bisa berperan dalam mendorong “sensor mandiri”, misalnya melalui review acara-acara televisi/film.

    Namun demikian, ada baiknya saya kutip beberapa hal yang disampaikan Pak Mukhlis untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi kita, sebagai berikut:
    • Kreativitas ada batasnya, bukannya tanpa batas. Kru film/sinetron seharusnya merupakan orang-orang yang punya nilai-nilai.
    • Jangan melawan globalisasi. Berdamailah dan jadikan media sebagai wadah untuk melampiaskan kreativitas untuk memperkenalkan budaya kita.
    • Hadapi “serangan” negara lain melalui soft war, seperti melalui film. Pak Mukhlis menyebutkan contoh film Upin-Ipin yang telah sukses melakukan “rekayasa budaya dalam politik kebudayaan”, khususnya dalam menanamkan pemahaman mengenai pluralnya warga Malaysia.
    • Fungsi perfilman berdasarkan UU No. 33/2009 tentang perfilman: budaya, pendidikan, hiburan, informasi, pendorong karya kreatif, dan ekonomi.
    • Aspek penyensoran: keagamaan, ideologi dan politik, sosial budaya, dan ketertiban umum.
    • Konten film yang dilarang, berdasarkan UU No. 33/2009 tentang perfilman adalah pornografi, provokasi, SARA, kekerasan, judi, dan narkoba.
    • Lakukan sensor sendiri, mana-mana yang layak ditonton dan mana yang tidak. Bisa jadi nanti tidak perlu ada LSF lagi kalau rakyat bisa menyensor sendiri tontonannya.

    Tahun ini Lembaga Sensor Film akan buka 10 cabang LSF di daerah. Tiap daerah itu diharapkan bisa memilah sendiri tayangan yang layak tayang di daerahnya. Sensor sebenarnya tak bisa diseragamkan karena apa yang layak tayang di Manado, misalnya belum tentu layak tayang di Makassar.

    Genflix


    Mbak Sylvia dari Genflix memaparkan tentang aplikasi Genflix. Mellui Genflix, kita bisa menonton tayangan video streaming, misalnya film dan pertandingan olah raga. Genflix ini launching tahun 2013. Sekarang registered users-nya sudah berjumlah kurang lebih 700.000 orang. Gratis atau berbayar? Ada yang gratis dan ada pula yang berbayar.

    Genflix bisa diakses dengan jaringan internet apapun. Kita bisa nonton kapan pun, di mana pun selama ada akses internet. Paket berlangganannya terjangkau. Metode pembayarannya mudah, bisa potong pulsa, bisa pula top up di 7 – 11, Alfa Mart, dan kantor pos.

    Membuat Konten Blog yang Bagus


    Daeng Ipul, blogger senior Makassar membawakan materi berikutnya. Menurut Daeng Ipul, konten adalah magnet utama pengunjung blog datang ke blog kita. Tentunya konten yang positif. Yang bagaimana itu konten yang positif? Yang begini:
    • Informatif.
    • Memperluas wawasan.
    • Memberi pengetahuan baru.
    • Tidak menyerang atau menjelek-jelekkan pihak lain.
    • Jujur. 


    Bagaimana membuat konten positif? Begini caranya:
    • Menentukan gaya (gaya menulis, lho yaa, bukan gaya berpakaian) dan tema.
    • Lakukan riset sederhana agar konten berkualitas.
    • Pahami dasar penulisan EYD (tahu, kan apa itu EYD?)
    • Pelajari trend.
    • Kreatif. Menuliskan dengan sudut pandang berbeda dari orang lain.
    • Konsisten.
    Daeng Ipul menutup pemaparannya dengan kiat 3P ini:
    • Perbanyak bacaan.
    • Perluas jaringan.
    • Patuhi etika.


    Ada Apa dengan SEO?


    Materi tentang SEO ini dibawakan oleh Ahmad Maulana Agung (Ahmad MA) alias Made, alias Ucup. Ada satu lagi namanya yang tidak ditampilkan di slide presentasinya: La Bolong. Blogger satu ini punya banyak nama sampai-sampai kalau saya mau mention di Twitter, saya tidak tahu harus mention yang mana.


    Perkembangan internet dan mobile Indonesia 2016. Sumber: presentasi Made
    Made membuka presentasinya dengan ungkapan Content is a king and SEO is a queen lalu memperlihatkan data pemakai internet di Indonesia pada tahun 2016. Angka-angkanya fantastis! Lalu, mengapa Google seolah menjadi dewa di internet, ada datanya. Alasannya adalah karena 80% pengguna internet menggunakan mesin pencari (search engine) Google.

    Kenapa optimasi SEO?
    Karena proses alami (natural) mekan waktu lama. Optimasi memperpendek waktu (untuk bisa dikenal baik oleh Google, kira-kira begitu maksudnya).

    Bagaimana supaya sukses dalam menerapkan SEO?
    • Buat blog.
    • Optimasi on page.
    • Optimasi off page.
    • Gol: rank.
    • Semakin banya di-share semakin bermanfaat, Google suka.
    • Proses search engine untuk blog makan waktu 2 – 3 bulan.
    • SEO adalah investasi. Blog butuh dikenali di search engine, kalau hanya melalui media sosial hanya “numpang lewat”.
    Algoritma Google dari waktu ke waktu:
    • Google Panda. Memperhitungkan qulity content, yang copas bakal dihambat.
    • Google Penguin. Komentar-komentar spam dihambat.
    • Google Hummingbird. Menjawab pertanyaan dengan baik (informasi personal, 2016).
    • Google Authoritativeness & Trustworthness.



    Materi SEO masih berupa hal yang sulit buat saya. Namun masih mendinganlah, masih bisa mengerti 50 persennya, itu pun masih secara umum. Mungkin karena pemahaman terbuka sedikit demi sedikit setiap memelototi tentang SEO. Tapi bukan berarti lantas saya makin jago, lho ya. Saya merasa seperti mencoba melihat keseluruhan gunung es. Makin terlihat sedikit demi sedikit, tapi yang di dasar lautnya belum kelihatan. Dan kayaknya lapisan gunung esnya yang di bawah laut teramat sangat tebal. Fiyuh.

    Oke, mari kita lanjutkan beberapa poin tentang SEO:
    Faktor SEO di antaranya: analisa kata kunci (bisa gunakan Google Planner, Google Trend), konten, social signal (share, like, comment, Google Plus, Facebook. Twitter), link wheel, dan analisis/audit SEO (dengan Google Analytics atau Google Webmaster).
    • Untuk konten blog perhatikan: judul, isi artikel 500 – 1000 kata, jangan lupa riset kata kunci, tentukan kata kunci (utama dan turunan), internal back link (saling link tulisan blog).
    • Jangan perbanyak kategori (label) dan taguntuk menghindari spamming keyword.


    *Lap keringat*
    Saya menuliskan hal ini sampai keringatan, lho.

    Saat sesi tanya jawab, saya bertanya kepada Made bagaimana sarannya mengenai penerapan SEO terhadap personal blog. Nara sumber sumber ini memberikan jawaban yang membuat saya menarik napas lega: “Sebaiknya SEO diterapkan oleh blog bisnis. Untuk personal blog, lebih baik natural.”

    Benarkah?


    Makassar, 17 Mei 2016

    12 Tips Belanja Untung di Tanggal Tua

    $
    0
    0
    Dengan godaan aneka toko di dunia nyata dan dunia maya (online shop), ditambah lagi promo segala brand di media sosial, merupakan ujian berat buat ibu-ibu, apalagi yang doyan belanja. Kalau tanggal masih muda, sih no problem. Tapi kalau sudah masuk tanggal tua? Huhu, bisa menangis bombai, deh kalau ada barang yang ingin dibeli tapi keuangan sudah menipis.


    Tapiii, buat mereka yang cerdas, pastinya tidak akan nangis bombai. Boleh, deh dipraktikkan proses belanja online yang pernah saya lakukan. Saya pernah belanja online pas Harbolnas (Hari Belanja Online Nasinal) pada bulan Desember lalu. Senangnya, dapat barang bagus diskon yang benar-benar diskon. Bukan diskon abal-abal (dicetak tebal, maksudnya mau diperjelas karena ada juga diskon abal-abal yang bikin geregetan. Ngakunya diskon tapi ternyata harganya sama saja dengan harga barang normal, huh). Waktu itu saya beli jaket, kaos kaki, dan smart watch buat si sulung (kisah lengkapnya bisa dibaca di sini).

    Barang-barang itu tiba satu per satu, tiga hari setelah dipesan dan dibayar. Satu per satu, karena dikirim oleh penyedia barangnya. Tidak semua barang disediakan sendiri oleh pihak online shop-nya, dalam hal ini Matahari Mall dot Com  - di mana saya memesan barang-barang itu. Namun demikian, semuanya bebas ongkos kirim. Semua barang yang saya terima, sesuai dengan ekspektasi saya. Rasanya, seperti mendapatkan keberuntungan, deh.

    Matahari Mall, menggratiskan ongkos kirim tidak hanya ke kota saya atau ke beberapa kota saja di seluruh Indonesia, tetapi juga ke lebih dari 100 kota, lho. Kalau kalian mau coba, silakan cek daftar kotanya di website Matahari Mall (klik gambar di bawah). Karena layanan ini, konon Matahari Mall pernah mendapatkan pesanan air putih kemasan dari Papua. Tahu, kan, harga barang di Papua mahal. Dengan layanan ongkos kirim gratis, pembelinya pasti mendapatkan untung besar ketika menjual air kemasannya.

    Ini "belanja untung" juga. 80%, lho diskonnya :)


    Nah, untuk lebih mantapnya, silakan dibaca-baca dulu tips dari saya berikut ini agar belanja tanggal tua Anda lebih menguntungkan:
    1. Belanja onlinesaja daripada harus ke mal atau ke pasar yang mana Anda harus mengeluarkan uang transportasi atau harus naik kendaraan. Sayang, kan, lebih baik bensin di kendaraan dipergunakan untuk jalan-jalan akhir pekan bersama keluarga atau untuk yang lainnya.
    2. Gunakan fasilitas internet gratis di public spaceatau paket internet murah dari gadget Anda. Atau cari cafe yang harga makanan dan minumannya murah. Pastikan biaya internet Anda gratis atau sangat murah.
    3. Pilih online shop atau market place yang menyediakan jasa kirim atau jasa antar gratis. Salah satu yang bisa jadi pilihan adalah Matahari Mall. Kalau memilih Matahari Mall, kebetulan sekali saat ini sedang ada promo Belanja Untung di Tanggal Tua untuk macam-macam kategori.
    4. Kalau sudah membuka website-nya, cari barang kebutuhan Anda. Cari yang ada tanda diskonnya, bila perlu.
    5. Bila memilih barang diskon, cek dengan seksama apakah potongan harga memang membuat harga barang murah atau tidak.
    6. Saat memilih-milih barang, pastikan barang yang akan dibeli memang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Jangan sampai keinginan menguasai Anda padahal sebenarnya Anda tidak membutuhkan barang tersebut.
    7. Perhatikan “Promo Bank” dan “Promo Partner” yang tersedia. Siapa tahu saja bank atau operator telepon seluler yang Anda gunakan sedang menawarkan diskon besar-besaran. Lumayan, kan?
    8. Bila ini kali pertama Anda melihat-lihat website Matahari Mall, jangan lupa daftar News Letter-nya supaya bisa dapat voucher diskon. Lumayan, lho.
    9. Ingat untuk mengecek daftar kota yang masuk layanan antar gratis barang. Ingat juga untuk mengecek metode pembayaran yang paling mudah bagi Anda.
    10. Pilih metode pembayaran yang paling mudah untuk Anda.
    11. Simpan bukti transaksi dan deskripsi produk di website, siapa tahu saja dibutuhkan untuk klaim bila mana barang yang tiba tidak sesuai dengan yang Anda pesan.
    12. Pastikan untuk log out dari akun Anda dan mematikan komputer setelah transaksi. Jangan sampai ada malware yang mengambil alih kendali komputer dan melakukan transaksi.
    Naah, kalau sudah belanja online, sekarang tinggal duduk manis menunggu di rumah, barang-barangnya akan tiba di depan pintu rumah Anda dengan selamat.

    Makassar, 18 Mei 2016


    Lebih Muda dan Gaya dengan Mudagaya Medbag

    $
    0
    0
    Tas adalah benda penting buat perempuan, termasuk mamak blogger macam saya. Saat menghadiri sebuah acara dan bertujuan akan menuliskan reportase dari acara tersebut, saya perlu membawa tas yang bisa menampung semua barang penting seperti buku catatan, botol air minum, dan peralatan meliput lainnya.



    Sesekali saya membawa tas ransel. Namun demikian, sebenarnya saya penggemar tas bertali panjang karena bisa diselempangkan. Ini jadi kebiasaan saya sejak melahirkan si sulung. Alasannya, sih simple saja waktu itu. Yaitu karena tas selempang memudahkan gerak saya ketika membawa anak kecil.

    Akhirnya sampai sekarang, setelah si sulung remaja saya jadi suka dengan tas selempang walaupun saat pergi saya tak membawa salah satu atau kedua adiknya. Saya suka karena simple. Tidak perlu memegang apa-apa, bisa melenggang kangkung karena tas ada di badan atau bila tangan perlu membawa barang lain, jadinya lebih mudah karena tidak perlu ribet dengan tas lagi.

    Saat meliput acara pun, keadaan simple sangat diperlukan. Malah bukan hanya simple karena bisa melenggang kangkung saja, melainkan juga saya butuh tas yang kalau merogoh isinya, saya mudah menemukan barang yang dicari. Saya suka rempong kalau mencari-cari barang dalam tas. Sering kali, rasanya seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.

    Isi tas saya
    Masih bisa diisi lagi
    Naah, untungnya saya punya Medbag Mudagaya yang amat ramah buat mamak blogger. Tas bertali panjang ini sekalian berfungsi sebagai organizer karena barang-barang yang saya bawa jadi lebih mudah diatur. Oya, saya bisa jelaskan di sini, bagian dalam dari Medbag Mudagaya, yaitu: 10 sloy kartu, 1 slot foto, 1 slot alat make up, 2 slot serba guna, 2 slot smart phone, 1 slot netbook/tablet, 1 slot note, dan 1 slot ball point. Keren, kan, saya jadinya tinggal meletakkan barang-barang saya yang muat di slot-slot yang sudah dibuat.

    Selain suka dengan pembagian ruangnya, ada beberapa kelebihan dari Medbag Mudagaya yang saya sukai, yaitu:
    1. Berbahan kanvas water repellent/denim.
    2. Detail percanya: suede bordir, biku, dan kombinasi mute pasir. Dirancang dengan kreatif dan indah dipandang mata.
    3. Jahitannya kuat.
    4. Saat meliput Celebes Beauty Fasion Week
    5. Cukup ringan untuk tas berukuran panjang 28 cm, tinggi 25 cm, lebar 6,5 cm, dan panjang tali 130 cm. Kebetulan saya memiliki tas seukuran serupa yang terasa berat meski barang yang dibawa tak banyak. Medbag Mudagaya ini asyik dibawa ke mana-mana karena tak berat dan nyaman di bahu,

    Medbag Mudagaya ini merupakan produk dalam negeri, asal Cimahi, Jawa Barat. Saat ini sudah ada 10 pilihan motif dan warna yang kreatif. Kalau menurut saya, produk ini cocok dipakai oleh remaja maupun mamak-mamak kayak saya. Kalau yang pakai orang muda, ya kelihatannya pantas. Sementara kalau yang memakainya orang ehm ... matang (saya ini “matang” ya, bukan tua - catat), bisa memengaruhi penampilan, jadi terlihat lebih muda. Menurut saya, sih. Kalau Anda tidak sependapat, ya terserah J.

    Makassar, 18 Mei 2016


    Ingin tahu lebih banyak tentang Mudagaya, silakan langsung ke:

    *Mudagaya*
    Website: www.mudagaya.com.
    Pertanyan, saran, atau informasi: info@mudagaya.com
    Telepon atau SMS: +62 82121960017
    Telepon: (+62 22) 6610444
    Pin BB: 57E3F3F2


    Baca juga tulisan yang lainnya ya, tentang Mudagaya:

    Dalam Perjalanan, Selalulah Ingat untuk Berdo'a, Nak

    $
    0
    0
    Kemarin, begitu keluar dari Same Hotel, hendak ke Fort Rotterdam (dari acara yang satu ke acara yang lain pada ajang Makassar International Writers (MIWF) 2016), saya langsung membaca do'a keluar (rumah), memasrahkan hidup selama berjalan pada sependek jalan di antara kedua bangunan itu kepada Sang Maha Kuasa.

    Bismillahi tawakkaltu 'alallaahi laa hawla walaa quwwata ilaa billaah.
    Baru beberapa langkah, kaki kanan saya terperosok dengan sempurna ke dalam sebuah lubang yang kedalamannya kira-kira 3 - 4 cm. Kaki saya yang sebelah kiri masih berpijak di atas jalan. Saya tak melihat lubang itu sebelumnya karena bergerak setengah tergesa-gesa. Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa, bahkan berdebar-debar pun tidak. Biasanya, kan kalau tiba-tiba terjatuh atau terperosok jantung kita berdebar-debar karena kaget? Saat itu, saya tidak mengalaminya. Karenanya saya bisa melanjutkan perjalan dengan leluasa.

    Sumber: doasehariharii.blogspot.com
    Bila mengingat kejadian itu, saya bergidik. Untung kaki saya "pas" masuk ke dalam lubang itu. Kalau tidak, kan bisa saja saya tersandung, jatuh, lalu benjol. Atau bisa saja kaki saya terkilir.

    Kalau sampai terkilir, apa yang bisa saya lakukan sementara saya hanya seorang diri? Saya pernah merasakan terkilir pada kaki dan itu amat tidak enak rasanya. Bagaimana pula rasanya kalau terkilirnya di tengah perjalanan? Sungguh tak terbayangkan ...

    Sebelum ini, saya pernah mendengar kisah-kisah nyata tentang keajaiban do'a. Tentang orang-orang yang lolos dari musibah karena setia memanjatkan do'a dan melantunkan dzikir.

    Masya Allah. Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang yang senantiasa berdo'a.

    Dalam 2 hadits ini, disebutkan keutamaan-keutamaan do'a, sebagai berikut:

    Do’a adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1479, At Tirmidzi no. 2969, Ibnu Majah no. 3828 dan Ahmad 4/267; dari An Nu’man bin Basyir)

    Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad)

    ***

    Pesan buat anak-anakku, 3A

    Nak, ingatlah selalu berdo'a di perjalanan. Kalau sampai takdir membawamu kepada musibah, yakinlah, Allah akan menyelamatkanmu. Kalaupun takdir membuatmu harus luka, yakinlah luka itu akan cepat pulih dan tidak parah.

    Makassar, 22 Mei 2016


    Celebes Beauty Fashion Week, Ajang Bertabur Kreativitas

    $
    0
    0
    Tanggal 11 – 15 Mei lalu, di Hotel 4 Points By Sheraton berlangsung acara berskala internasional. Celebes Beauty Fashion Week. Selain menghadirkan desainer-desainer papan atas beserta karya-karya mereka, juga ada pameran berbagai produk fashion.


    Waktu datang ke sana pada malam tanggal 11 Mei itu, saya bisa melenggang kangkung masuk tanpa tiket padahal untuk masuk ke sana butuh tiket seharga Rp. 10.000 untuk passport-nya. Sudah masuk ke dalam, baru saya tahu, seorang ibu yang memegang ID card ternyata berdiri di beranda hotel. Saya bergegas keluar lagi, dan masuk melalui jalan yang benar, disertai pemeriksaan keamanan.

    Berbekal undangan dan ID card dari Dinas Pariwisata Kota Makassar itulah, saya menghadiri malam pembukaannya. Agak-agak penasara juga, soalnya saya belum pernah satu kali pun menonton pagelaran busana yang menjadi pertunjukan utama di malam hari, selama ajang ini berlangsung. Untuk melihat pagelaran busana, sepertinya ada syarat khususnya, berbeda dengan syarat masuk ke pameran namun saya lupa untuk mencari tahu,

    Fashion show dari OSD (Oki Setiana Dewi) Bridal
    Setelah putar-putar sejenak melihat suasana pameran, barulah saya masuk ke dalam ruangan tempat fashion show berlangsung. Alam  -  seorang teman blogger mengecek sinyal WiFi.

    “Ada,” kata Alam.
    “Ada password-nya, ndak?”
    “Tidak ada. Bisa langsung masuk.”
    Cihuuy. Ini berkah buat blogger yang lagi mau beraksi sebagai buzzer. Sekali-sekali jadi buzzer yang non profit tidak mengapa. Hitung-hitung, melakukan sesuatu buat kota tercinta. Apalagi sinyal WiFi gratis. Saya mencoba upload status di Facebook. Wiih, sinyal WiFI-nya, kencang!

    Dari website www.femme.co.id, saya mendapatkan informasi bahwa acara ini diselenggarakan oleh FEMME. Femme merupakan “one stop shopping and knowledge”. Media fashion yang mempersembahkan segala kebutuhan produk fashion, produk kecantikan hingga produk kesehatan untuk wanita dan keluarga dalam bentuk pameran. Visinya adalah adalah untuk mengangkat harkat/figur kewanitaan dari berbagai segi sudut pandang sebuah kreativitas sesuai perkembangan era terkini tanpa melupakan budaya leluhur nenek moyang kita. Event ini menargetkan seluruh kaum wanita yang belum ataupun sudah mengenal makna dari sebuah fashion, dengan hadirnya event yang dibuka oleh Ibu Rusmayani Madjid selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Makassar ini, diharapkan akan membuat sebuah perubahan bagi kaum wanita seutuhnya. Ada sembilan organisasi menjadi partner Femme dalam penyelenggaraan Celebes Beauty Week ini, salah duanya adalah pemerintah Kota Makassar dan Dinas Pariwisata Kota Makassar.

    Kemeriahan malam perdana Celebes Beauty Fashion Week
    Malam ini, saya menyaksikan karya dari Oki Setiana Dewi (OSD Bridal), Dhants by Dhanny, dan Ivan Gunawan. Keren-keren. Saya terpesona sama peragaan busana karya Ivan Gunawan yang menampilkan modifikasi motif etnik Toraja yang sebelumnya menampilkan tarian daerah Toraja – tari Pagellu.

    Oya, saya belum menyebutkan, ya siapa saja desainer-desainer terkenal yang ikut serta dalam ajang Celebes Beauty Fashion Week ini. Mereka adalah Poppy Dharsono, Ivan Gunawan, Anne Aviantie, Defrico Audy, Rudy Chandra, Sikie Purnomo, Misan, Ida Noer Haris, Jennahara, Chossy, Malik Mustaram, dan Ria Miranda. Ada pula artis-artis yang biasa kita lihat wajahnya di televisi yang memiliki usaha fashion seperti Chintami Atmanagara, Luna Maya, Verlita Evelyn, Zaskia Sungkar, dan istri Pasha ”Ungu” – Adelia Pasha.

    Kreasi Ivan Gunawan, menampilkan motif etnis Toraja.
    Saya sempat keliling-keliling melihat-lihat barang-barang yang dipamerkan. Selain pakaian, juga ada sepatu, tas, dan aneka perhiasan. Tadinya saya kira harga barang-barang yang dipamerkan “melangit” namun ternyata tidak juga, lho. Ada juga pakaian-pakaian cantik seharga Rp. 50.000 sampai seratus ribuan rupian.

    Sayang, ya, Celebes Beauty Fashion Week sudah berlalu. Mudah-mudahan tahun depan ada lagi. Terima kasih untuk Dinas Pariwisata Kota Makassar yang sudah mengundang para blogger menyaksikan ajang keren ini.



    Makassar, 24 Mei 2016 

    Catatan dari Diskusi Publik Media dan Isu Kekerasan pada Perempuan dan Anak

    $
    0
    0
    Akhir-akhir ini, berita kekerasan seksual pada anak sangat mengerikan. Kadang-kadang ingin bikin status seketika saat mendapatkan beritanya tapi sedang tidak connect ke internet. Namun saat connect dan terpikir untuk menuliskannya, munculperasaan tidak enak. Campur aduk, antara marah, sedih, dan tidak ingin lagi mendengarnya.

    Bukan tidak ingin karena tidak peduli. Tidak inginnya, lebih kepada keinginan untuk menyudahi saja semua berita miris itu. Mengerikan sekali, di beberapa tempat di negeri ini, perempuan muda atau anak-anak, menjadi korban perkosaan oleh beberapa orang! Ya, Allah, ada apa dengan manusia-manusia bejat itu?


    Namun saya tentunya tetap peduli dengan berita kekerasan pada perempuan dan anak. Begitu pun ketika mendapatkan undangan dari AJI (Aliansi Jurnalis Independen) untuk menghadiri Diskusi Publik “Mediadan Isu Kekerasan Perempuan dan Anak” pada tanggal 14 Mei lalu, saya menyempatkan diri untuk hadir setelah sebelumnya minta izin dari pak suami.

    Mengambil tempat di CCR (Country Coffee Resto) di jalan Toddopuli Raya, diskusi ini menghadirkan 3 nara sumber, yaitu: Ibu Fadiah Machmud(LPA Sulawesi Selatan), Ibu Tenri A. Palallo(Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BPPA)), dan Ibu Triani Arfah (psikolog, dosen di Jurusan Psikologi UNHAS). Yang bertindak sebagai moderatornya adalah Ibu Sunarti Sain (Pemimpin Redaksi Harian Radar Bulukumba).

    Saat saya tiba di lokasi, diskusi sudah dimulai. Ibu Fadiah sementara berbicara. Kelihatannya, sih sudah setengah jalan tapi biarlah, saya coba saja mencatat apa yang disampaikannya.

    Ibu Fadiah sedang membicarakan mengenai pentingnya kita memperhatikan hak-hak anak mengingat apa yang banyak terjadi sekarang ini sudah merupakan kasus luar biasa. Berikut beberapa poin yang disampaikannya:
    • Beritakan kasusnya (dengan proporsional). Beritakan pula pembeajaran untuk anak-anak supaya mereka tidak mudah meniru (tayangan atau berita).
    • Penting untuk mengontrol (pemberitaan yang berkaitan dengan) hak privasi anak.
    • Jangan lakukan labelisasi dan pemberian stigma (negatif) pada anak.
    • Mari jamin kelangsungan hidup anak.

    Ibu Triani Arfahberbicara mengenai pentingnya peran keluarga terhadap anak. Banyak kasus kekerasan terjadi karena (kesalahan) pola asuh (dari keluarga). Banyaknya pelaku kekerasan yang dulunya korban, menjadi semacam bola api (yang bertambah besar).

    Kasus kekerasan, salah satunya adalah “budaya”.
    èAnak tidak bisa mengungkapkan apa yang dialami. Korban baru tertangani setelah mengalami beberapa kali (kejahatan dilakukan kepadanya).
    èPeran ayah hanya sebagai pencari nafkah. Padahal, ayah diharapkan dapat memberi solusi atas masalah yang dialami anak. Ayah sebenarnya berperan sebagai pelindung dan pemberi kasih sayang juga terhadap anak.

    Ibu Tenri A. Palallomemaparkan tentang kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di kota Makassar. Tahun 2016 ini, sudah ada 44 kasus KDRT. Dua puluh kasus terjadi pada anak dan 23 kasus terjadi pada perempuan.

    Ibu Tenri lalu mendesak AJI untuk melakukan dua hal ini:
    • Membantu membuat kajian mengenai berapa jumlah media di kota ini dan bagaimana mereka “memperlakukan” perempuan.
    • Mengamati bagaimana media mengolah berita perkosaan (namun demikian, untuk hal ini, Ibu Tenri mengakui kalau jurnalis sekarang  sudah ada kemajuan dibanding dulu).

    Di samping itu, Ibu Tenri juga menyorot  mengenai masih adanya “sisi jurnalistik” yang memihak kepada pelaku pembunuhan, yaitu dengan terlalu mengekspos si pembunuh, ketimbang memberikan pembelajaran yang lebih bermanfaat kepada masyarakat.

    Saat sesi tanya jawab, ruangan tempat berlangsungnya acara menjadi bising. Beberapa meja memberntuk kelompok diskusinya sendiri-sendiri. Saya berusaha menajamkan telinga. Walau ada pengeras suara, bukan hal mudah untuk menyimak pembicaraan nara sumber di depan karena posisi duduk saya berada di tengah ruangan. Ini pembicaraan penting, sayang sekali bila saya melewatkan apa yang disampainkan oleh para nara sumber. Syukurnya, saya akhirnya bisa mencatat beberapa poin penting yang disampaikan oleh ketiga nara sumber.

    Fadiah, Sunarti, Triani, Tenri
    Dari Ibu Fadiah:
    • Persoalan anak tidak berdiri sendiri. Anak bukanlah akar dari persoalan. Anak adalah “akibat”. Untuk menyembuhkannya, keluarga dan masyarakat harus didekati.
    • Penting adanya pengetahuan dan keterampilan mengenai pola asuh anak. Jangan sampai menjalankan pola asuh yang tidak proporsional.
    • Mengapa terjadi kekerasan? Karena adanya pola relasi yang tidak berimbang (misalnya antara orang tua (ibu atau ayah, atau keduanya) dengan anak).
    • Bangung respek dan komunikasi yang saling menghargai.
    • Sudah menjadi budaya, orang tua melakukan hal-hal yang berlebihan dan tidak konsisten. Contohnya: anak dilarang nonton televisi dan disuruh belajar tetapi ibunya malah nonton televisi. Contoh lainnya, kalau anak melakukan kesalahan, orang tua memberikan hukuman yang tidak membelajarkan anak.
    • Kepada AJI, diharapkan untuk tidak hanya memberitakan kasusnya. Beritakan juga upaya untuk menyelesaikannya.

    Dari Ibu Triani Arfah:
    • Khusus peran ayah, tidak semua menjalankannya dengan proporsional. Contohnya saja bila ada seminar parenting, yang hadir kebanyakan ibu-ibu.
    • Proporsi konten yang menampilkan kekerasan sekarang menjadi wajar. Media dan gadget menjadi pengasuh anak. Bila anak melihat suatu tayangan berulang kali, anak akan beranggapan itu wajar. Contohnya saja adegan pacaran yang menjadikan seseorang populer menghasilkan anggapan bahwa pacaran itu wajar karena mendapatkan pengakuan.

    Dari Ibu Tenri A. Palallo:
    • Ada beberapa program pemerintah yang diharapkan didukung bersama:
    • Relawan pendidikan. Setiap orang memastikan anak-anak di lorongnya bersekolah. Semua anak harus bersekolah. Beri tahu Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BPPA) kalau ada anak-anak yang tak bersekolah.
    • Perempuan Penggerak Lorong. Tujuannya bisa menyejahterakan warga lorong dengan berbagai kegiatan.
    • Lorong ramah anak. Diharapkan adanya space di lorong yang menjadi tempat bermain anak, lingkungan lorong harus bersih, ceria dan tidak ada kekerasan.
    • Deteksi dini. Setiap orang “mempertanggungjawabkan” tetangganya sebanyak 5 rumah di depannya, 5 rumah di belakangnya, dan 5 rumah di sampingnya.
    • Smart School (kerja sama dengan BNI). Memberikan makanan bergizi untuk anak-anak.
    • Lorong KB. Memastikan orang-orang di lorongnya dalam program kelahiran terencana.
    • Gerakan bersesama. Misalnya, jangan merokok di sembarang tempat. Ingatlah kalau orang lain bisa saja terkena penyakit paru-paru akibat menjadi perokok pasif. Contoh lainnya, tegurlah anak-anak berpakaian seragam sekolah yang ada di kafe, suruh mereka untuk pulang ke rumah dulu.

    Bisa disimpulkan, melalui diskusi publik ini, ketiga nara sumber mengajak kita untuk sama-sama peduli kepada anak-anak dan perempuan. Dan mengajak untuk menjadikan anak-anak Indonesia menjadi anak-anak yang berkualitas.

    Makassar, 25 Mei 2016


    Bersambung

    Curhat Tak Kesampaian di Diskusi Publik Media dan Isu Kekerasan pada Perempuan dan Anak

    $
    0
    0
    Lanjutan dari tulisan berjudul Catatan dari Diskusi Publik Media dan Isu Kekerasan pada Perempuan dan Anak

    Sebenarnya tulisan ini bukan merupakan lanjutan dari diskusi publik Media dan Isu Kekerasan pada Perempuan dan Anak yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar pada tanggal 14 Mei lalu. Tulisan ini adalah bagian dari hal-hal yang tidak bisa sepenuhnya saya paparkan ketika diskusi berlangsung, yaitu saat saya mendapat kesempatan untuk bertanya kepada ketiga nara sumber. Untungnya, saya blogger jadi saya punya ruang lain untuk mencurahkan isi hati dan pikiran saya mengenai apa-apa yang tidak tersampaikan sepenuhnya itu.


    Saat diberi kesempatan oleh moderator, Ibu Sunarti Sain, saya menceritakan mengenai contoh-contoh kasus betapa di negeri sudah kehilangan hal-hal yang dulu merupakan bagian dari kita. Hal-hal itu adalah kepedulian dan kepekaanbersama dalam menegur perilaku buruk anak-anak kita yang bisa berujung kepada ketidakberperasaannya anak-anak itu.

    Saya menceritakan bahwa dua anak saya pernah menjadi korban bully dan untuk mengatasinya, suami saya harus turun tangan. Bahkan kepada yang mem-bully Athifah, saya pun turun tangan dengan mengawasi anak lelaki yang menakalinya sampai memelototi saat bertemu dengannya. Suami saya sampa perlu mengancamnya secara khusus ketika anak itu berulang kali melakukan kenakalannya kepada Athifah.

    Saya sebenarnya tidak ingin lagi bercerita tentang hal ini karena hal-hal yang menyakiti anak-anak saya juga terasa sakit bagi saya. Kadang-kadang ingin berlaku ekstrem dengan memberikan “pelajaran keras” kepada anak-anak itu tapi saya tahu itu tindakan salah. Namun saya tidak ingin menceritakan dengan detail di blog ini mengenai apa yang dialami Affiq dan Athifah.

    Pada apa yang dialamai Affiq, setelah suami saya melaporkannya kepada guru BK (Bimbingan dan Konseling), ketiga anak yang melakukan bully ditindak dalam bentuk penambahan “catatan amal buruk” mereka. Sekali lagi mereka melakukannya, mereka langsung out dari sekolah karena sebelumnya mereka sudah punya catatan kenakalan yang cukup panjang. Sekolah Affiq tega-tega saja memberikan sanksi pada anak-anak yang keterlaluan nakalnya, misalnya dengan mengeluarkannya dari sekolah meski sehari menjelang ujian nasional kalau “catatan kenakalan” mereka sudah tidak bisa ditolerir lagi.

    Bagi saya, itu fair karena mesti dipikirkan juga kalau mereka itu masih anak-anak. Namun tidak demikian pada suami saya. Ini karena sebenarnya kami tidak tahu sedalam apa bekas perlakuan anak-anak itu kepada Affiq.

    Satu hal yang saya garisbawahipada kasus Athifah dan beberapa kasus yang saya ceritakan adalah mengenai kurangnya kepedulian orang dewasa, termasuk guru yang berada di sekitar anak-anak itu dan orang tua dari anak itu sendiri (suami saya sudah mengadukan anak itu pada orang tua dan gurunya waktu itu). Orang-orang dewasa sekarang banyak yang menganggap apapun yang dilakukan anak-anak itu, bahkan bully dan perkelahian sekali pun bisa dibiarkan karena mereka hanyalah anak-anak dan apa yang mereka lakukan adalah bagian dari permainan anak-anak. Padahal tidak demikian. Jika sejak kecil mereka dibiarkan, hingga besarnya mereka akan menjadi penjahat yang tidak peduli pada orang lain.

    Saya tak sendiri dalam pendapat ini. Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman blogger yang tinggal di Jawa Tengah. Ia mengamati hal yang sama dengan saya. Saya pun pernah nonton talkshow yang menghadirkan ibu Elly Risman sebagai nara sumber. Ibu Elly menceritakan mengenai kasus kekerasan seksual yang dilakukan seorang anak kepada 5 anak lainnya hingga menyebabkan ada anak yang infeksi dan sakit. Saat para orang tua korban mendatangi orang tua dari anak yang menjadi pelaku, tahukah Anda apa yang dikatakan orang tua si pelaku? Ia berkata, “Ah, itu kan hanya permainan anak-anak!” Astaghfirullah, itu kan sudah keterlaluan!

    Saat pada diskusi ini ada yang mengatakan bahwa pelaku yang masih anak-anak seharusnya diberitahu baik-baik, jangan ditegur di depan orang lain. Saya tidak setuju sepenuhnya.

    Mengapa?

    Karena, saya membayangkan berada di posisi anak saya yang secara terus-menerus di-bully. Apakah saya harus mengajarkan anak saya untuk selalu mengatakan baik-baik – jangan di depan orang perkataan ini, “Kawan, jangan kau lakukan lagi, ya.” Sementara anak-anak itu – entah terbuat dari apa, tetap saja bebal dan mengulangi perbuatan mereka, hingga berkali-kali?

    Maaf. Saya tidak akan mengajarkan hal itu bila kelakuan anak-anak itu sudah keterlaluan. Jujur saja, menuliskan kembali hal ini, saya menjadi agak emosi lagi padahal kejadiannya sudah berlalu setahun – dua tahun yang lalu.

    Sumber: http://www.elkriver.k12.mn.us/parents.cfm?subpage=39408
    Saya sebenarnya prihatin karena mereka masih anak-anak. Tapi maaf, di sini saya harus berada di sisi anak saya, bukan di sisi anak-anak itu. Saya harus mengajarkan kepada anak-anak saya, bukan hanya berteriak tapi kalau perlu membentak. Jangan mengatakannya diam-diam atau baik-baik. Kalau perlu, biar di depan orang lain agar si anak mendapatkan efek jera. Agar dia tak melakukannya lagi. Dan salah satu caranya adalah, saya atau papanya yang mengajarkan, bagaimana melakukannya supaya kalau anak-anak itu melakukannya lagi, anak-anak saya bisa mencontoh kami dengan melakukannya.

    Memang ada saatnya mengatakan segala sesuatunya secara sembunyi-sembunyi. Tapi ada saatnya harus diserukan secara lantang supaya anak-anak saya memiliki kemampuan membela diri, paling tidak secara verbal. Itu yang sedang saya ajarkan pada anak-anak saya. Sebab kalau terus-terusan mengatakan secara baik-baik secara sembunyi-sembunyi, tidak ada perubahan pada diri anak-anak itu.

    Dalam diskusi ini, saya mencoba menggugah teman-teman anggota AJI yang hadir untuk bersama-sama menggugah kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesadaran, kepekaan, dan kepedulian akan sikap anak-anak kita. Saya berharap media bisa mengedukasi, bukan hanya sekadar menampilkan berita kekerasan misalnya. Apa yang saya harapkan, saya kira sejalan juga dengan harapan para nara sumber. Dan juga bersesuaian dengan “Gerakan Bersesama” yang digagas oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BPPPA) seperti yang telah diulas oleh Ibu Tenri Palallo, kepala BPPPA (baca di tulisan sebelumnya). Mari cerdaskan masyarakat dengan berita-berita yang mengedukasi agar anak-anak kita menjadi berkualitas.

    Makassar, 27 Mei 2016

    Selesai



    Dilema dalam 1 Cinta di Bira

    $
    0
    0
    Excited. Itu yang saya rasakan setiap mengetahui ada film nasional yang ber-setting Sulawesi Selatan. Apakah keindahan tanah Sulawesi Selatan digambarkan dengan baik? Apakah pemerannya menggunakan dialek sini atau tetap menggunakan dialek Jakarta? Aih, pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa dijawab dengan menonton filmnya secara langsung.

    Ketika blogger Makassar mendapatkan undangan Gala Premiere film 1 Cinta di Bira, saya menjadi salah satu pesertanya. Apalagi ketika Kak Nuniek mengatakan kepada saya bahwa suaminya – Pak Awaluddin Tahir juga menjadi salah satu pemain dalam film ini dan Kak Nuniek sudah menyampaikan undangan ini sebelum ada pemberitahuan di grup Facebook Komunitas Blogger Anging Mammiri, makin penasaranlah saya. Maka sore hari tanggal 24 Mei lalu, bergegaslah saya menuju Studio XXI di Mal Panakukang untuk mengikuti jalannya Gala Premiere film 1 Cinta di Bira.

    Film 1 Cinta di Bira mengisahkan tentang Iqbal, seorang pemuda asal Bira dalam menghadapi dilema cinta dan idealisme di Bira. Ayahnya yang baru saja meninggal, adalah seorang pengusaha pinisi yang banyak membantu berlangsungnya roda ekonomi masyarakat di sekitarnya. Sementara itu, Iqbal yang sarjana dari sebuah kampus di Australia lebih suka hidup di Jakarta. Iqbal dihadapkan pada masalah antara mempertahankan usaha pinisi atau membiarkan Om Rustam campur tangan dalam menjual perusahaan milik ayahnya.

    Sementara itu, Iqbal harus memecahkan teka-teki tentang perempuan penjaga laut yang menyelamatkannya dari bencana tenggelam sebanyak dua kali. Teka-teki itu juga menyangkut, kepada gadis Bira yang mana sebenarnya hatinya bertaut.  Apakah kepada Devi – putri Om Rustam, ataukah Ola – adik Enre. Ola dan Enre, adalah kakak-beradik asal Apparalang yang punya hubungan cukup dekat dengan almarhum Daeng Gassing – ayah Iqbal.

    Apparalang
    Para pemain film 1 Cinta di Bira dalam konperensi pers
    Walau proses shooting hanya 7 hari, film 1 Cinta di Bira ini mengeksplorasi dengan baik alam Bira yang terletak di kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Bukan hanya itu, film ini juga mengeksplorasi pemandangan laut di Apparalang. Indah sekali.

    Yang tak kalah menariknya dari film ini adalah penggunaan dialek Makassar yang cukup kental. Dari seluruh pemain, hanya Fauzan Nasrul (Iqbal) yang didatangkan dari Jakarta. Saya sangat mengapresiasinya. Bahkan sesekali, Iqbal eh Fauzan mencoba menggunakan dialek Makassar. Keren tawwa!

    Coba simak salah satu dialog dari amma’ (ibunda) Iqbal: “Amma’ inga’, Nak. Kau cerita sama semua orang kalau ko diselamatkan penjaga laut Bira. Itu karena tettamu suka dongengkan ko.”

    Atau dialog dari Om Rustam ini: “Sudah mi paeng kalo begitu tapi cepat-cepat ko nah, tanda tangani.”

    Salah satu dilema Iqbal: meneruskan usaha pinisi ayahnya atau melepasnya.
    Devi, Om Rustam, dan Iqbal di rumah Om Rustam
    Namun pada beberapa bagian, saya merasa geli karena beberapa pemain tidak konsisten dengan dialek Makassarnya. Di antara dialek Makassar terselip dialek Jakarta (kami mengatakan ini dialek atau logat Jakarta). Contoh kedua dialog berikut ini aneh bila dilakukan di kampung, di antara sesama orang kampung. Contohnya:
    • Itu Iqbal udah dateng. Duduk maki dulu, Nak (amma’na Iqbal)
    • Lupain aja (Ola)
    • Nggak, cobain aja (Ola)
    Ada juga “ketakkonsistenan dialog” yang dilakukan oleh Devi namun saya lupa mencatatnya. Di film ini, hanya Om Rustam, Daeng Mamba, dan Daeng Gassing yang sempurna dialeknya.
      Harapan saya, lain kali pemeran-pemeran film dari Makassar bisa memperkuat lokalitas dengan menggunakan dialek kita. Mengapa mesti menggunakan dialek yang bukan bagian dari kebiasaan dalam suatu kampung di Sulawesi Selatan? Film itu akan terlihat lebih sempurna, lebih indah, dan lokalitasnya lebih tampak kalau apa yang terlihat di film memang sesuai kenyataan. Kalau Iqbal (Fauzan, maksudnya) tidak berdialek Makassar, penonton maklum karena dia tidak berasal dari sini tapi kalau yang lainnya labil itu sebuah keanehan. Ayo, dong diangkat kekerenan daerah kita, bukan hanya keadaan alamnya tetapi juga dialeknya. Dialek kita tidak kalah kerennya koq dengan dialek Jakarta. Kalian bukannya merasa minder dengan dialek kita, kan?

      Apparalang
      Konperensi pers film 1 Cinta di Bira. Pak Awaluddin Tahir (sebagai Om Rustam, paling kiri),
      Arnandha Wyanto (sutradara, kedua dari kiri)
      Over all, semuanya sudah bagus. Kejanggalan bertutur hanya terdengar sesekali. Masalah pakaian gadis kampung yang minim masih bisa saya “maafkan”. Kalau mau saya, sih perempuan tak berhijab itu minimal yang boleh kelihatan betis dan rambutnya saja tapi tidak mungkin, kan. Saya kan bukan penentu, hanya penonton. Di atas semua itu, film ini layak diapresiasi. Layak ditonton oleh mereka yang ingin tahu tentang Bira dan Apparalang, oleh mereka yang rindu kampung halaman (semoga dialek dalam film ini bisa mengobati rasa rindu kalian), dan tentu saja oleh mereka yang penasaran dengan ending film ini. Catat tanggal mainnya, ya mulai tanggal 26 Mei 2016 di bioskop-bioskop di kota anda.

      Makassar, 27 Mei 2016

      Trailer 1 Cinta di Bira


      Keterangan:

      • Judul Film: 1 Cinta di Bira
      • Genre: Drama
      • Produser: Edward Chandra
      • Sutradara: Arnandha Wyanto
      • Penulis: Hotnida Harahap
      • Produksi: MNC Pictures
      • Tayang perdana: 26 Mei 2016


      Para pemain:

      • Fauzan Nasrul sebagai Iqbal
      • Cinta Rarung sebagai Ola
      • Diny Arishandy sebagai Devi
      • Awaluddin Tahir sebagai Om Rustam
      • Wiwiek Sumario sebagai ibunda Iqbal
      • Erik Suwanto sebagai Enre
      • Nawir Parenrengi sebagai Daeng Mamba
      • Hasan Kuba sebagai ayahanda Iqbal (Daeng Gassing)





      Inspirasi LabsG, Memberdayakan Remaja dengan Teknologi

      $
      0
      0
      Dunia blogging mengantarkan saya “berkenalan” dengan banyak teman dari berbagai penjuru. Salah satunya adalah Arinta Setia Sari, seorang mahasiswi asal Jogja. Saya belum pernah bertemu dengan Arin tapi sudah “ngobrol” akrab dan panjang di inboks Facebook. Gadis muda ini luar biasa, baru beberapa kali ikut lomba blog tetapi sudah memenangkan beberapa lomba.


      Walau belum pernah bertemu dengan Arin namun kawan saya Nunu – ketua Komunitas Blogger Anging Mammiri sudah pernah bertemu dengannya saat mereka berdua menerima hadiah hasil memenangkan sebuah lomba blog di Jakarta. Mereka berdua hebat, ya.

      Sumber foto: blog LabsG
      Ah, saya mau cerita tentang seorang anak muda hebat yang lain, bukan salah satu dari mereka sebenarnya. Namanya Iki Mazadi, founder dari LabsG, semacam tempat belajar bersama, kalo mungkin sekarang trend-nya ada yg menyebut Co Working Space.

      Apa hubungannya dengan Arin, ya?

      Ah, iya, saya “mengenal” sosok Iki Mazadi atau yang akrab di sapa Mas Adi ini melalui Arin. Arin membantu promo produk dari startup yang digerakkan Mas Adi bersama teman-temannya yang berada di bawah bendera Gobaksodor Interactive. Produk yang saya maksud itu adalah game dan DVD animasi Tido & Friends (baca tentang Tido & Friends di sini). Waktu itu saya menjadi salah satu pemenang giveaway-nya dan mendapatkan hadiah DVD animasiTido & Friends.

      Saya suka dengan cerita Arin mengenai LabsG yang didirikan Mas Adi. Kata Arin LabsG itu semacam rumah kreativitas di bidang creative digital untuk anak-anak SMP dan SMA/SMK yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu, saya tertarik mewawancarainya melalui inboks Facebook karena hendak membagi inspirasinya secara lebih luas. Barangkali saja ada Mas Adi – Mas Adi lain, di daerah lain yang terinspirasi mengikuti jejaknya setelah membaca tulisan ini. Saya kan jadi ikut kebagian amal jariyahnya.

      Sumber foto: blog LabsG
      Nah, berikut ini beberapa hal mengenai LabsG:

      Bagaimana Mas Adi sendiri membahasakan LabsG? Tujuan atau visi dan misinya apa?


      Mengenai LabsG, sederhananya LabsG Academy adalah inisiatif share & care  yang digagas oleh Gobaksodor Interactive, ditujukan untuk pengembangan bakat dan potensi anak-anak dengan tingkat pendidikan SMP - SMA - SMK terutama yang  nantinya tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

      Visinya: sejahtera dan bahagia bersama. Misinya: melahirkan sumber daya manusia  yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang bermanfaat. Di fase belajar nanti akan ada proyek final bersama, untuk belajar teamwork, sekaligus menjadi acuan buat mereka, sampai di mana level kemampuan mereka.

      Apa program yang dilaksanakan LabsG?


      Untuk awal di bidang creative digital, seperti animasi, desain, videoediting, dan semacamnya yang ditujukan untuk anak-anak SMP-SMA-SMK yang masih belajar maupun sudah selesai belajarnya tetapi tidak bisa melanjutkan lagi. Mereka yang mau belajar bisa datang ke LabsG kemudian nanti akan didaftar sesuai dengan bidang yang diminati. Ketika belajar bersama, pada awalnya akan dibimbing fasilitator yang sudah ditentukan, misalnya dari kakak-kakak di Gobaksodor Interactive atau fasilitator lain. Mereka yang sudah belajar beberapa saat (per 3 – 6 bulan), nanti akan bergantian menjadi fasilitator untuk teman-temannya yang baru masuk.

      Sumber foto: blog LabsG

      Wah, bagus, ya. Jadi ada proses regenerasi juga. Biayanya dari mana itu Mas Adi? Kan tidak murah juga? Ada donaturnya? Peralatan mereka, bagaimana?


      Sampai saat ini, karena memang ada keterbatasan fasilitas. Peserta membawa peralatan sendiri, Bunda. Misalnya laptop, karena saya lihat 50 – 70% pelajar – terutama yang bersekolah di SMK sudah memilikinya.

      Iya, Bunda. Ketika mereka dalam posisi mengajari, sebenarnya mereka kan juga sedang mengulang kembali. Diharapkan akan menjadi cepat mahir. untuk donatur sampai saat ini memang masih disokong Gobaksodor interactiv. Ke depannya, kalau memang memungkinkan, LabsG berencana membuka pintu donasi dari pihak lain. Oh iya, blog sederhananya LabsG ada di http://labsg.blogspot.co.id. Tapi baru beberapa saja postingannya J.

      Bagaimana caranya kalau mau bergabung? Yang sudah berjalan ini belajarnya rutin, ya? Tiap minggu berapa kali?


      LabsG berada di Pagersari Patean, Kendal, Jawa Tengah, sekitar 3 jam perjalanan dari Semarang. Untuk bergabung yang paling utama karena LabsG belum memiliki peralatan yang bisa dipakai bersama, peserta diwajibkan membawa peralatan sendiri, misal laptop. ini dijadwalkan 1 minggu sekali yang belajar bersama, dan kemudian ada belajar mandiri minimal 1 kali juga seminggu.

      ***

      Aih aih, saya kira LabsG itu berada di Jogja juga, ternyata di Kendal. Jadi Mas Adi ini rupanya bolak-balik dari Jogja ke Kendal. Jadi tidak enak, sudah merepotkannya dengan banyak pertanyaan tetapi belum posting di blog juga.

      Salah satu video animasi karya Gobaksodor Interactive

      Dari postingan blog LabsG, terlihat usaha pembangunan tempat belajar. Mejanya dibuat sendiri, begitu pun pagarnya, demi menghemat budget. Pembelajaran yang baik juga buat anak-anak yang sedang belajar di sana. Biar mereka belajar dari proses yang dilakukan oleh kakak-kakak mentor mereka karena di dunia ini, tak ada kesuksesan yang diperoleh tanpa proses yang berarti. Dengan demikian, semoga saja mereka bisa lebih menghargai usaha tim Gobaksodor Interactive dan mendorong mereka untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar.

      Salut buat Mas Adi, tim Gobaksodor Interactive, dan LabsG. Semoga apa yang kalian lakukan bermanfaat dan menjadikan anak-anak yang dilatih di sana juga menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi sesama. Semoga sukses.


      Makassar, 28 Mei 2016

      Diksi Athifah

      $
      0
      0
      Saat sedang berlatih untuk tampil membawakan cerita di hadapan hadirin di Kids Corner yang berlangsung pada ajang Makassar International Writers Festival 2016, Athifah (sekarang berusia 9 tahun) menanyakan satu hal yang membuat Mama tertegun, “Mama, kalau saya bilang ‘Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh’, habis itu saya beri jeda dulu supaya orang-orang menjawab salam?”

      Jeda?  Rupanya dia sudah mengerti arti kata jeda!

      Athifah memang kerap menggunakandiksiyang tidak dipakai oleh anak seusianya dalam perbincangan sehari-hari, Saat berumur 4 tahun dia pernah membuat teman bermainnya yang masih cadel walaupun seusia dengannya, terbengong-bengong. Saat usia 3 – tahun misalnya, dia sudah terbiasa dengan kata “sesuatu”.


      Saat meminta Mama mengetes pegetahuan vocabulary-nya dalam bahasa Inggris guna menghadapi ulangan umum Bahasa Inggris, Athifah mengatakan hal ini kepada Mama, “Ma, kalau menjawab pertanyaan Mama begini, saya membayangkan diriku sedang diserang musuh.”

      “Diserang musuh?” Mama mengernyitkan kening.

      “Iya. Kan kalau saya bisa menjawab, berarti saya menang. Kalau tidak bisa menjawab berarti saya kalah.”

      Maka saat Mama menanyakan beberapa kata dan Athifah bisa menjawabnya, nona mungil ini berkata. “Hore, menaaaang!”

      Lalu kalau dia lupa sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan Mama, Athifah pun mengatakan, “Yaa, kalah!”


      Makassar, 28 Mei 2016

      Trik Belanja Online Murah Memanfaatkan Diskon dan Kupon

      $
      0
      0
      Mengapa sekarang saya agak sering menulis tentang belanja online? Karena promo online shop sekarang ini begitu sering terlihat wara-wiri di dunia maya. Tengok saja di media-media sosial, website atau portal berita, hingga di blog-blog pribadi. Ini pun jadi salah satu alasan kenapa belanja online lebih menguntungkan saat ini, terutama bagi mereka yang tinggal di kota. Praktis, hemat biaya bensin, dan kita bisa melakukannya kapan saja. Nah, bagi yang hobi belanja online murah, sudahkah Anda tahu tentang trik yang biasanya dilakukan para retailer online? Ini bisa jadi senjata untuk mendapatkan harga terbaik, lho.

      Sebelum menyimak trik untuk mendapatkan harga terbaik, mari kita lihat cara “normal” yang biasanya dilakukan. Cara normal ini beberapa sudah saya lakukan. Walau tidak selalu belanja online, saya bisa tahu informasi dari online shop yang bersangkutan:

      1. Ikut newsletter(yang dikirimkan melalui e-mail)

      Bergabung menjadi subscriber(pelanggan) akan memastikan bahwa kita mendapatkan informasi produk terbaru beserta promonya.

      2. Mengikuti akun media sosial

      Toko-toko onlinesekarang mempunyai 2-3 akun media sosial. Jika mengikutinya, kitabisa mendapatkan kupon harian.

      3. Membandingkan harga

      Dengan banyaknya situs perbandingan harga yang sekarang ini sudah bermunculan, akan semakin mudah bagi kita untuk mendapatkan harga terbaik.

      4. Mencari diskon

      Masih berhubungan dengan cara pertama dan kedua, kita bisa menunggu saat cuci gudang, sehingga bisa berbelanja dengan lebih hemat.


      Cara-cara untuk belanja online murah di atas tersebut adalah cara yang sudah terbukti sangat ampuh(pst, ada yang menyampaikan ke saya demikian juga, lho). Tapi jangan menganggap bahwa trik yang ada hanya itu saja, ya! Dengan semakin canggihnya sistem e-commerce di Indonesia, para retailer sekaligus juga konsumen akan semakin pintar. Retailer mencari celah untuk menjual sebanyak mungkin produknya, dan konsumen mendapatkan kesempatan untuk membeli dengan harga serendah mungkin.

      Apa lagi trik yang bisa dilakukan demi bisa belanja murah? Saya mau share beberapa hal berikut yang saya dapatkan dari seseorang. Simak baik-baik. Berdasarkan banyak pengalaman shoppers dan nasihat pemilik online shop, ini yang bisa kita lakukan:

      1. Tinggalkan itemdi cart (cart bisa diartikan sebagai keranjang belanja online)

      Untuk ini, kita harus jadi anggota situs dulu. Jadi, tinggalkan beberapa barang yang Anda inginkan di cart dan batalkan belanja. Lihat email Anda paling tidak seminggu setelahnya, kupon diskon akan dikirim demi membujuk kita membeli. Ini pernah saya lakukan dengan tidak sengaja. Item belanja saya tidak terhapus sepenuhnya. Beberapa waktu kemudian, datanglah e-mail membujuk-bujuk itu.

      2. Bersihkan cookiesdi komputer

      Kalau kita hobi belanja, biasanya para retaileronline mengetahui kebiasaan belanja lewat berbagai cara tracking. Sebagai akibatnya, kita mendapatkan harga lebih tinggi. Makanya, browsing-lah dengan incognito mode(“mode penyamaran” di Google Chrome).

      3. Manfaatkan status diri

      Apakah Anda pelajar, guru, atau memiliki status khusus? Di hari-hari tertentu, Anda bisa memanfaatkan diskon pelajar, diskon lansia, dan diskon-diskon lain sesuai status. Simaklah terus informasi di website atau di media-media sosial online shop yang Anda sasar.

      4. Tunggu hari istimewa
      Lebaran, Tahun Baru, Valentine, Hari Ibu, 17 Agustus, dan lain-lain merupakan kesempatan bagi online shop untuk melakukan diskon. Ada penawaran istimewa di hari istimewa.

      5. Manfaatkan kartu kredit
      Kita bisa mendapatkan harga lebih baik, bahkan cashback, jika memanfaatkan kartu kredit yang bekerja sama dengan retailer.

      Tentu saja, hanya berbelanja gila-gilaan tanpa adanya perencanaan akan membuat pengeluaran lebih besar, sebanyak apapun diskon yang kita dapatkan. Karena itu, ingatlah ketika akan belanja:
      • Buat daftar belanjaan untuk tahu prioritas.
      • Buat rekening khusus untuk belanja online, dan cukup isi satu kali sebulan.
      • Siapkan kalkulator untuk berhitung. Tidak semua diskon merupakan bargain.
      • Cari alternatif merek yang lebih murah, dengan kualitas yang mendekati.
      • Lakukan pre-orderkalau barang yang kita inginkan belum tersedia. Kita akan mendapatkan harga lebih baik.
      Dengan melakukan cara-cara di atas, baik trik lama maupun trik yang saya katakan “baru” itu, kita – insya Allah – bisa melakukan belanja online murah yang tidak bikin bangkrut. Dengan sedikit perhitungan dan juga ketelatenan, kita bisa menghemat cukup banyak. Tentunya, ini juga menghitung faktor bahwa kita tak perlu membayar biaya bahan bakar (untuk hal ini perhitungkanlah biaya pengiriman. Kalau memungkinkan, cari yang ongkos kirimnya gratis ke kota kita).


      Makassar, 29 Mei 2016
      Viewing all 2022 articles
      Browse latest View live