Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all 2044 articles
Browse latest View live

Resolusi Sehat: Agar Sakit Jangan Kelamaan

$
0
0
Sakit jangan kelamaan, yes? Namun mamak-mamak ini tetap manusia biasa. Bukan jenis super woman yang bisa sakit, punya rasa lelah, rasa sedih, dan aneka rasa tak enak lainnya. Namun peran sebagai ibu, istri, sekaligus anak membuat si mamak harus selalu kuat mengingat tak ada ART yang membantu.

Kalau sakit, segala urusan akan terbengkalai sementara rentetan urusan harus segera diselesaikan. Kalau pak suami lagi di rumah dan fit, alhamdulillah, beberapa hal bisa dibereskan. Sisanya? Ya tetap, diusahakan sendiri. Mau lemah bagaimana pun badan, berat bagaimana pun kepala sampai kaki, tetap saja ada hal-hal yang harus diselesaikan sendiri. Mau berkeluh-kesah, tak ada guna. Mau tak mau harus bangun dan bergerak!


Maka dari itu, hai para lajang, manfaatkan waktu kalian sebaik-baiknya sebelum tiba masa ini. Lho?😆Eh, ini bukan curhat lebay, ya. Ini hanya penggambaran salah satu kondisi yang tak menyenangkan saja. Selain itu, banyak hal menyenangkan menjadi seorang ibu. Yang dengannya, banyak cara menuju surga. Asyik, kan? Ya, asyik, dong namun memang harus berjuang hingga titik darah penghabisan!

Oya, sebaiknya saya menjelaskan dulu keutamaan ibu rumah tangga sekaligus seorang istri, yah. Sebagai seorang muslimah, saya meyakini hal dari hadits ini:
“Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Tentunya suami yang dimaksud di sini adalah suami yang beriman dan mampu menjadi imam yang baik bagi istrinya. Ketaatan kepada suami di sini, semata-mata bukan kepada suami melainkan bukti ketaatan kepada Allah.

Itu untuk hal ukhrawi. Untuk hal duniawi saja, banyak hal membahagiakan dilalui bersama keluarga. Di antaranya:
  • Bermesraan sama suami halal selamanya dan berpahala. Mau sepanjang hari pun oke (maaf ya, yang lajang belum boleh mengalami hal ini 😜).
  • Bermesraan dengan anak itu membahagiakan selamanya dan berpahala.

Memaknai kebersamaan dengan anak membuat saya menemukan makna “kebahagiaan sederhana yang sesungguhnya”. Sungguh, hanya melihat mereka ceria saja, rasa hati senang luar biasa. Hanya mendengar mereka memuji masakan saya saja, rasanya melayang hingga ke atas awan. Lebay, yes? May be tapi begitulah kebahagiaan seorang ibu: SEDERHANA!

Kalau sakit, yang tadinya kenikmatan menjadi hambar ...

Tapiiii, ketika badan dapat ujian berupa sakit, semua kebahagiaan itu tak bisa saya rasakan sepenuhnya. Bukan hanya aneka pekerjaan rumah yang tak bisa dikerjakan, aneka kebahagiaan tidak bisa dirasakan secara maksimal. Maka dari itu, jargon yang mengatakan bahwa “IBU DILARANG SAKIT” ada benarnya juga. Bagi seorang ibu, “kalau sakit jangan lama-lama” itu ibarat kata kunci. Sebab kalau sakit, hidup rasanya hambar, sehambar-hambarnya.

Tapi kalau ujian sakit ditolak mentah-mentah kan tak mungkin, ya? Namanya ujian, ketika datang ya harus dijawab sebaik-baiknya agar “lulus” dan naik level. Bisa saja Allah sedang menegur dengan cara-Nya karena saya sembrono menjaga kesehatan. Bisa saja, badan saya memang sedang butuh istirahat total makanya “harus” merasakan sakit supaya beristirahat karena kalau tak berasa sakit, saya tetap beraktivitas. Mungkin saja demikian.

Rasanya, ingin beresolusi agar bisa lebih baik lagi menjaga kesehatan di tahun depan, mengingat angka usia semakin besar saja. Metabolisme tubuh semakin jelek, pun stamina demikian halnya. Cara terbaik yang saya sadari adalah dengan menjaga kesehatan, mencegah sakit sebisa mungkin, misalnya dengan:
  • Minum air putih 2 liter tiap hari.
  • Tidak banyak berdiam diri, alhamdulillah saya masih mengerjakan pekerjaan rumahtangga yang kalau dihitung dengan alat penghitung kalori bagaikan berjalan kaki setiap harinya sekira 3 kilo meter.
  • Mengurangi makanan gorengan dan menghindari makanan yang tidak baik akibatnya bagi tubuh, misalnya tidak mengonsumsi karbohidrat dan gula secara berlebih.
  • Jika dirasa perlu, konsumsi suplemen atau multivitamin agar tetap fit.

Seterikaan menggunung? Tunggu bantuan Theragran-M! 💪

Khusus point ke-4: suplemen atau multivitamin itu penting saat sakit. Multivitamin yang sedang saya konsumsi saat menulis ini adalah Theragran-M. Bukan sekali dua saya menambah asupan gizi saya dengan Theragran-M, ini yang kesekian kalinya. Saya membuktikan, inilah vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan. Saat ini saya mengonsumsinya saat agar bisa tetap fitsaat haid sementara aktivitas tidak berkurang. Tidak sedang sakit, sih meskipun demikian saya membutuhkan vitamin yang bagus untuk masa pemulihan setelah haid.

Mengapa Theragran-M? Karena multivitamin ini sudah diresepkan oleh para dokter sejak tahun 1976. Pengalaman selama itu telah membuktikan kombinasi multivitamin (A, B, C, D, E) dan mineral esensial (seperti Magnesium dan Zinc) di dalamnya mampu meningkatkan, mengembalikan, dan menjaga daya tahan tubuh, serta mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, Theragran-M cocok untuk masa penyembuhan guna memaksimalkan daya tahan tubuh.

Magnesium merupakan mineral yang sangat penting untuk berbagai proses di dalam tubuh, termasuk produksi energi, pembentukan protein, produksi DNA, dan konduksi saraf. Magnesium membantu mempertahankan tingkat normal Kalium, Fosfor, Kalsium, adrenalin dan insulin, dan menjaga tulang kuat dan jantung tetap sehat. Nah, Magnesium ini nutrisi yang sangat dibutuhkan perempuan yang sedang haid untuk mengoptimalkan kemampuan tubuh dalam menyerap Kalsium selain itu Magnesium dapat juga mengurangi kram perut. Sedangkan Zinc berfungsi untuk bantu penyembuhan luka, berperan dalam indera perasa dan penciuman, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan sel, dan mengurai karbohidrat.

Mengapa memilih Theragran-M.
Hal kedua yang penting setelah ini yang ingin lebih saya latih di tahun depan adalah semakin meningkatkan pikiran positif. Supaya badan bisa tetap sehat dengan meyakini semua usaha yang dilakukan akan membawa hal yang positif, termasuk ber-positive thinking untuk banyak hal. Dengan harapan, saya bisa menularkannya kepada anak-anak saya. Ibu yang positif tentu akan menggerakkan anak-anaknya positif juga, kan?

Makassar, 8 Desember 2017


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Theragran-M

Tips Hemat Membeli Barang Elektronik Saat Diskon Harbolnas di Bukalapak

$
0
0
Harbolnas kini merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan pembelian berbagai barang kebutuhannya dengan cara yang lebih hemat. Bagi sebagian orang, tidak akan ada cara untuk menghemat budget pada saat belanja onlinekecuali hanya di Harbolnas. Tampaknya sudah masuk dalam gaya hidup, ya? Jadi ingat, tetangga saya mengatakan seorang kawannya mendapatkan HP diskon 20% plus 50% saat Harbolnas. Wow!



Nah, oleh sebab itulah pada saatavailable banyak diskon Harbolnas di Bukalapak, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin agar segala keinginan Anda dapat terpenuhi seperti yang Anda inginkan. Dan barang-barang yang ingin Anda beli pun tentunya tidak akan membuat kantong Anda cepat menipis.

Sudah sama-sama tahu, dong, Bukalapak pasti datang lagi untuk memanjakan masyarakat Indonesiapada hajatan Harbolnas yang akan digelar pada tanggal 10, 11 dan 12 Desember 2017 besok. Ada banyak barang atau produk berkualitas dengan harga yang sangat murah yang akan dipajang pada tiga hari besar para pembelanja ini. Maka dari itu, mari manfaatkan kesempatan dalam berbelanja pada saat Harbolnas nanti. Banyak sekali promo serta diskon yang dapat dinikmati siapa pun tanpa terkecuali mulai besok. Sayang sekali, bukan jika Harbolnas ini berlalu begitu saja?

Termasuk peluang besar, nih bagi Anda yang ingin melakukan pembelian barang elektronik. Jangan sia-siakan kesempatan di depan mata ini, ya. Dapatkandiskon Harbolnas di Bukalapak. Namun, sebelumnya, cari tahu dulu syarat dan ketentuanuntuk melakukan pembelian barang elektronik di Bukalapak. Apa saja itu?


Pertama-tama, untuk kenyamanan Anda, survey dulu jenis barang yang akan dibeli apa. Apakah memang sudah sesuai harapan Anda spesifikasi barang tersebut. Setelah itu, pastikan Anda punya akun Bukalapak dan juga memiliki aplikasinya. Nah, jangan lupa untuk mencari tahu harga normal barang yang diincar berapa. Setelah itu, bandingkan antara satu toko dan toko lainnya di Bukalapak, yang mana yang paling murah – yang ini, bisa dicari tahu saat Harbolnas, ya.

Nah, berikut ini saya sharesyarat serta ketentuan lainyang ada di Bukalapak pada saat acara Harbolnas berlangsung:
  • Promo yang ada hanya dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Bukalapak, baik melalui iOS maupun melalui android.
  • Jika ingin mendapatkan gratis ongkos kirim, maka Anda dapat mengusahakan kode voucher KIRIMJASAY. Dengan voucher ini, ada potongan Rp 20.000 untuk maksimal transaksi Rp 100.000.
  • Voucher KIRIMJASAY ini hanya dapat digunakan 1 kali pada setiap harinya (catat, tiga hari selama Harbolnas dapat dipakai, lho!).
  • Promo yang ada ini berlaku untuk semua pada jasa pengiriman barang yang ada di Bukalapak.
  • Voucher yang diberikan jumlah yang terbatas, sehingga manfaatkan voucher-nya dengan sebaik mungkin.

Tentunya masyarakat inginnya merasa diuntungkan dan dimanjakan dengan banyaknya diskon Harbolnas di Bukalapakbeserta banyak sekali toko onlineyang bekerja sama dengannya. Penghobi belanja, bisa nih dijajal saat Harbolnas nanti.

Makassar, 9 Desember 2017


Misteri Kabar Kematian

$
0
0
“Apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya”. Surat An-Nahl Ayat 61
Kisah kematian memang selalu berupa misteri datangnya. Tadi pagi ada berita duka dari Gorontalo. Suaminya kakak sepupu (kakak sepupu ini merupakan anak dari kakak ibu saya) – “suami dari kakak sepupu” berikutnya saya menyebutnya “kakak ipar”, meninggal dunia tadi pagi. Kakak ipar ini sakit, sudah berkali-kali keluar-masuk rumah sakit. Namun demikian berita kematiannya tetap saja mengejutkan.

Dari Gorontalo, dalam tiga bulan terakhir ini beberapa kali almarhum dirujuk ke Makassar karena hasil pemeriksaan darahnya menunjukkan hasil yang tak bagus. Setelah mengalami serangkaian proses observasi yang cukup memakan waktu, hingga berakhir pada seorang ahli darah di Makassar, akhirnya diketahui penyakitnya Anemia Aplasti. Penyakit yang kalau penderitanya merasa lemas, harus segera transfusi trombosit atau proses transfusinya dilaksanakan secara berkala.

Kakak ipar ini sudah pernah menjalani tindakan medis berupa pemasangan cincin di jantungnya juga jadi proses penyembuhannya dari anemia aplasti bukanlah hal yang sederhana. Yang jelas, saat dokter ahli darah mengizinkannya balik ke Gorotalo hari Selasa pekan lalu, kondisinya sudah mulai membaik.


Ujian kembali menghadang ketika secara tiba-tiba, adik almarhum meninggal dunia hari Senin malam. Saat itu, dia dan kakak sepupu tak diberitahu oleh anaknya mengenai berita kematian itu. Takutnya, kesehatannya bisa drop lagi. Qadarullah, namanya berita kematian adik, mau tidak mau toh harus dia ketahui juga. Tiba di Gorontalo pada Selasa paginya, dia masih sempat melihat jenazah adiknya.

Selang beberapa hari kemudian, seingat saya hari Jumat lalu – kami mendapat kabar kalau kakak ipar dilarikan ke rumah sakit pada dini hari, pukul 3. Nyeri di dada kirinya tak tertahankan lagi. Beberapa kali saya sempat berbicara dengan kakak sepupu melalui handphone, katanya kakak ipar mendapatkan perawatan di ICU khusus penyakit jantung di rumah sakit setempat. Dia di sana terus sampai kisah kematian itu kami dengar tadi pagi – dalam rentang waktu hanya sepekan dari kematian adiknya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Betapa sedihnya ibu saya karena mengingat kebaikan almarhum. Sempat beliau bertekad hendak berangkat ke Gorontalo bersama bapak saya dengan pesawat terbang menuju Gorontalo terpagi hari ini (yang ternyata baru ada pukul setengah dua belas). Namun mengingat kondisi keduanya yang sedang dalam keadaan tidak fit, niat berangkat ke Gorontalo diurungkan. Tunggu beberapa hari lagi, setelah keduanya kontrol rutin ke dokter. Saya dan adik-adik pun tak membolehkannya berangkat hari ini.

Belum reda kekagetan dan kesedihan mengenai berita kematian ini, berita kematian baru lagi datang. Anak seorang sepupu saya yang lain – sepupu ini keponakan Ibu saya juga, meninggal dunia. Almarhum adalah seorang ayah muda yang usianya kira-kira baru awal 30-an. “Sakit apa?” saya dengar pertanyaan itu terlontar dari mulut Ibu ketika berbicara di telepon dengan kakak sepupu – ibu almarhum. “Tidak sakit,” jawabnya.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.“ (Surat Ali ‘Imran Ayat 185).

Yah, yang namanya ajal. Jangan tunda-tunda perbuatan baik. Tak ada yang bisa menolak ketika malaikat maut datang menjemput. Kisah ini saya tuliskan hari ini sebagai pengingat buat saya dan kelak buat anak-anak saya.


Kisah Sepatu Garry Penyelamat

$
0
0
Kisah Sepatu Garry Penyelamat - Memang tak ada yang bisa menahan, ya kalau Allah menghendaki rezeki datang kepada kita. Dan tak ada yang bisa memberikan kalau Allah menahannya. Bahkan seperti yang baru saja saya alami, hendak mengonsumsi multivitaminyang sedang rutin saya konsumsi, si multivitamin tiba-tiba saja melompat ke luar dari mulut. Anehnya, saya tak bisa menemukannya lagi. Cerita saya itu tentang “rezeki” yang lepas. Berbeda dengan si sulung Affiq. Dia ketiban rezeki yang sebelumnya tidak diperuntukkan baginya. Sepasang sepatu berwarna biru navy tua yang nyaris hitam warnanya tiba-tiba menjadi miliknya karena suatu kejadian tak terduga.


Sepatu itu - “Sepatu  Garry” namanya, saya pesan di Sophie Paris untuk pak suami. Nomornya cocok – nomor kaki pak suami: nomor 41. Sayangnya, saat sepatunya tiba dan dicoba, ternyata tak cocok di kakinya. Bagian ujung telapak kaki suami saya melebar, hal tersebut menjadi sebab kakinya tak muat dengan bentuk sepatu yang agak ramping di bagian ujungnya walaupun nomornya sudah sesuai. Untuk model sepatu seperti ini, pak suami seharusnya memilih sepatu nomor 42.

Sepatu yang terdapat pada katalog bulan Agustus 2017 itu rupanya cocok di kaki Affiq – eh, mulanya saya mengira Affiq yang kegeeran, merasa kakinya muat di sepatu itu.  Namun karena dua pasang sepatunya masih bagus, saat dia meminta sepatu Garry itu, saya tak memberikannya. Bagi saya, sepatu itu soal kebutuhan. Kalau masih bagus jangan dibeli dulu, lebih baik anggarannya buat beli benda  lain yang benar-benar dibutuhkan. Makanya saya memutuskan hendak menjual sepatu itu.

Untungnya saya selalu lupa posting gambar sepatu itu di situs e-commerce atau di media sosial saat suatu pagi terjadi hal yang tak terduga ini. Pagi itu Affiq tengah bersiap-siap ke sekolah. Saat hendak memakai sepatu barulah dia sadari kalau sol sepatunya lepas. Si Papa pun menyarankan pakai sepatu Garrysaja.

Sepatu Garry, nyaman dipakai.

“Memangnya benar-benar pas? Saya kira ukuran kaki Affiq lebih besar dari ukuran kaki Papa?” saya selalu mengira demikian, soalnya badan si sulung sudah lebih jangkung daripada papanya.

“Pas,” kata Affiq dan Papa bersamaan.

“Ya sudah, pakai saja. Tapi warnanya kan biru tua?”

“Bisa ji,” Papa dan Affiq mencoba meyakinkan saya.

Maka sejak saat itu, kepemilikan sepatu berpindah kepada Affiq. Sekilas warnanya memang terlihat hitam, kecuali kalau diperhatikan dengan amat sangat seksama, barulah terlihat warna yang sebenarnya: very dark navy blue. Ukurannya memang pas dan karena bentuk kaki si sulung ini ramping jadinya sepatu itu pas tanpa cela. Namanya rezeki, ya ... qadarullah, tak tertolak. Bahkan pada akhirnya saya tak punya kuasa lagi atasnya karena Allah sudah berkehendak.

Sekarang sebenarnya Affiq sudah bisa menawarkan tas dan sepatu produksi Sophie Paris ke kawan-kawannya kalau dia mau, sayangnya dia tak mau 😆. Karena ke sekolah, dia sudah mengenakan tas Khandan sepatu Garry dari Sophie Paris, komplit pula dengan deodorant Sophie Paris. Remaja yang aktivitasnya padat kan butuh deodoran. Saya memberikannya Antiseptic Deorollon with Tea Tree Oilnon alcohol untuk kesehariannya.

Tas Khan, Sepatu Garry, dan Antiseptic Deorollon with Tea Tree Oil 
Antiseptic Deorollon with Tea Tree Oil, non alcohol.

Mungkin belum banyak yang tahu ya kalau Sophie Paris menyediakan juga produk untuk laki-laki –  baik untuk lelaki dewasa, remaja, dan anak-anak. Jenis dan pilihan produknya aneka macam. Untuk mendapatkan produknya pun mudah, apalagi jaman now sudah ada website https://www.sophieparis.com dan aplikasi Sophie untuk gadget. Mendapatkan produknya, bisa melalui website. Berbelanja secara online – baik melalui website maupun aplikasi, banyak diskon yang tidak diperoleh seperti ketika berbelanja secara offline. Atau dengan kata lain, jika berbelanja offline harganya normal namun jika berbelanja online, potongan harga yang diperoleh bisa lebih besar. Potongannya hingga mencapai 50 persen, terkadang sampai 70 – 90% seperti saat Harbolnas pertengahan bulan ini!

Jika berminat berbelanja dan ini belanja online pertama Anda, bisa lho. Anda bisa daftar langsung via website untuk menjadi user/member. Begini caranya:

1. Di website www.sophieparis.com, klik gambar orang di sudut kanan atas. Pilih “Akun Saya”. Kalau mau gampang, bisa masuk dengan akun Facebook. Bisa juga dengan klik “Gabung”. Masuk ke langkah berikutnya, yaitu mengisi bio data.

Klik gambar orang di sudut kanan atas, lalu klik "Akun Saya".

Bisa masuk dengan akun Facebook walau belum mendaftar, nanti selanjutnya
ada tuntunan untuk mendaftar. Bisa juga langsung klik "Gabung dong".

2 Jika muncul permintaan memasukkan nama sponsor, bisa masukkan nama orang yang mengajak Anda. Kalau belum ada, bisa mengetikkan “Mugniar”, pilih nama saya (Mugniar Marakarma).

Ternyata bukan cuma saya yang bernama MUGNIAR di dunia ini 😝
Pilih yang dilingkari itu, ya.

3. Selanjutnya, akan ada permintaan untuk menetapkan pilihan apakah akan membeli starter kit atau menginginkannya secara gratis. Jangan galau, kalau mau gratis bisa, yang penting belanja senilai sejuta rupiah terpenuhi pada bulan itu. Kalau tidak ingin gratis, starter pack bisa diperoleh di BC (Business Center) terdekat. Tidak rugi koq membeli starter kit karena Anda akan mendapatkan tas dan aneka kebutuhan untuk pembelajaran sebagai member (seperti buku-buku). Nah, setelah itu, Anda bisa belanja-belanja barang yang lain. Caranya mudah, ikuti saja instruksi yang muncul.

Pilihan untuk starter kit.

Kalau saran saya, yang mana mudah menurut Anda. Belanja online dengan nomor keanggotaan sendiri tentu akan lebih leluasa mendapatkan diskon menarik dan seumur hidup. Sementara tanpa menjadi anggota pun bisa, hanya saja lebih mahal. Tapi tidak apa, Anda kan bisa membantu teman – misalnya saya, dengan memberikan keuntungan dari penjualan kan? 😅😆😇

Makassar, 12 Desember 2017

Baca juga yaa:

Mamak Juga Manusia

$
0
0
Pagi itu badan saya terasa berat sekali. Pegal-pegal sekujur tubuh. Beberapa hari sebelumnya, saya nyaris sulit tidur saat malam karena dua anak terkecil sakit bersamaan. Nyaris sepanjang malam saya terjaga untuk meladeni permintaan ke kamar mandi ataupun menyuapi mereka sedikit demi sedikit. Resolusi sehat di tahun depan memang tuntutan banget karena menghadapi hari-hari yang berat saat anak-anak sakit membuat saya nyaris tepar.

Maka pagi itu, saat Athifah yang sedang dalam masa pemulihan hendak berangkat ke sekolah, saya masih meringkuk saja di atas tempat tidur. “Ah, ada Energen, nanti saja deh saya bikin. Gampang ini, tinggal diseduh air hangat. Tidur dulu sebentar,” ucap saya dalam hati. 😴


Pulas sekali saya tertidur hingga terdengar suara Athifah, “Ma, jadi saya makan apa?”

“Makan Mi Gelas,” saya memicingkan mata sembari menahan kantuk. “Coba cari di lemari, ada itu,” tambah saya.

Si nona mungil ke luar kamar. Mengerjakan perintah saya. Kembali rasa kantuk yang mendayu-dayu mampu merayu saya mengatupkan mata dan jatuh ke dalam lubang tak berdasar hingga kemudian ...

“Ma, makan .... ,” terdengar lagi suara si nona mungil.

“Ambil mi di lemari. Taruh di gelas!” saya berujar setengah jengkel. Badan rasanya habis diamuk orang sekampung, mau tidur sebentar saja susah begini.

“Sudah. Terus bagaimana?”

“Gelas apakah Kau pakai?” Itu e, yang digoncang-goncang. Pakai shaker. Kan biasa ji Ko pakai, toh?” saya bingung sama anak kecil ini. Kenapa sudah sekian lama memakai shaker kenapa masih bertanya lagi. Ih, kids jaman now, nih ...


Dengan mata berat, badan berat, dan agak berat hati, saya melangkah juga ke ruang makan. Hendak membuatkan sarapan bagi si nona mungil. Melewati ruang makan, saya lalu berjalan menuju dapur dan mengambil shaker di lemari penyimpanannya.

Sambil mengomel ringan, saya mengambil Mi Gelas dan hendak memasukkannya ke dalam shaker.

Tunggu dulu ... SHAKER? 😵

UNTUK MEMBUAT MI GELAS??? 😱

Di sini saya melongo hingga beberapa detik lamanya dan merasa telah menjadi orang paling bego sedunia. Sejak kapan saya memuat Mi Gelas menggunakan shaker? Shaker ini kan biasanya digunakan untuk membuat Pop Ice? Memangnya mi diguncang-guncangkan di dalam shaker? Cara buat mi instan macam apa itu? Mamak macam apa yang membuat mi instan begitu caranya? 😭

Alaaah, si mamak ndak konsentrasi.

Begitu sadar, secara spontan saya tertawa terbahak-bahak.😁

“Tadi Mama bilang Athifah sarapannya pakai apa?” tanya saya pada si nona mungil.

“Mi Gelas!” jawabnya.

“Padahal maksud Mama Energen, lho. Salah, ya. Kalau shaker ini kan untuk bikin Pop Ice. Kalau Energen itu bikinnya pakai air panas dulu. Makanya Athifah panggil Mama, ya? Untuk menuangkan air panas dari termos?” saya baru sadar apa yang diinginkan Athifah. Selama ini memang dia belum saya biarkan menuangkan sendiri isi termos air panas ke dalam gelas. Karena ukuran termos air panas kami besar, belum terjangkau olehnya. Berbahaya kalau dia melakukannya sendiri.

Nona mungil itu tersenyum. Semoga saja dia memaklumi mamaknya ini. Mamak juga manusia, kaaaan?

Maaf, ya. Mama salah,” satu kalimat ini harus saya ucapkan karena sudah uring-uringan padanya di pagi hari. Mama memang manusia biasa. Tapi Mama tidak boleh seenaknya uring-uringan seperti itu, ya Nak?

Putri mungilku tersenyum. Terima kasih, Athifah. Today’s case is closed. Mari kita buang dan buka lembaran baru lagi.

Makassar, 17 Desember 2017

Mencari Kepingan Puzzle Melalui Pak Profesor

$
0
0
Saya tidak selalu berani ke mana-mana sendiri. Alasan saya adalah karena menjaga keselamatan diri. Tapi kalau menghadiri sebuah undangan acara menarik yang mana di tempat itu kemungkinan besarnya saya tidak mengenal siapa-siapa, saya berani-berani saja selama saya tahu tempatnya aman dan orang-orang yang akan hadir merupakan orang-orang yang bermoral.


Polah Mereka di Diskusi Buku


Seperti saat menghadiri Launching dan Bedah Buku Pergulatan Pemikiran Keindonesiaankarya Prof. Dr. Anwar Arifin pada tanggal 6 Desember lalu, saya sudah membayangkan sebelum berangkat kalau saya mungkin tidak mengenal sebagian besar hadirin. Kalau tahu, iya – saya mungkin saja tahu beberapa orang di sana. Mungkin juga ada yang saya kenali tapi yang saya kenal itu pasti tak mengenal saya. Tahulah, para pembicara di seminar dan diskusi, kan yang mengenalinya banyak, toh. Kalau saya ini, siapalah. 😁

Benar saja, begitulah yang saya alami di tempat berlangsungnya Launching dan Bedah Buku Pergulatan Pemikiran Keindonesiaan sejak baru tiba sampai acara selesai. Beberapa wajah familiar di mata saya namun saya hanya tahu mereka karena pernah melihatnya tampil sebagai pembicara, pengisi acara, ataupun moderator pada acara-acara yang saya hadiri.

Saya mengambil tempat duduk di salah satu meja bundar yang masih kosong. Ketika satu per satu kursi di sekitar saya terisi hingga penuh, saya pun menyadari kalau mereka yang berada di sekitar saya ini saling kenal satu sama lain. Mereka anggota dari sebuah organisasi. Hanya saya yang tidak mereka kenali dan tidak mengenali satu pun dari mereka.

Selama acara berlangsung, orang-orang di sekitar saya itu sesekali saling berbincang dan bercanda. Syukurnya, tak sampai merusak konsentrasi saya. Saya terganggu sekali ketika hadir di acara diskusi buku seperti ini lantas orang-orang di sekitar saya terus mengobrol sepanjang acara. Saya yakin dengan terus berbicara antar mereka, pasti tidak ada yang mereka tahu mengenai hal yang diperbincangkan di depan sana. Saya pernah mengalami hal ini di suatu acara diskusi buku. Ketika banyak orang yang ingin hadir tapi tak mendapat kesempatan, eh orang yang mendapat kesempatan malah menyia-nyiakan kesempatan itu. Entah untuk apa mereka berada di dalam ruangan. Jauh lebih bermanfaat mereka tidak usah hadir saja.

Penulis, moderato, dan para panelis, semuanya luar biasa.

Nah, orang-orang yang di sekitar saya saat Launching dan Bedah Buku Pergulatan Pemikiran Keindonesiaan ini berkelas. Mereka terntu saja menyimak acara dengan baik. Dari obrolan mereka di sela-sela acara, saya menyimpulkan kalau sebagian dari mereka akademisi, ada pula yang menjadi birokrat di sebuah instansi pemerintah – ditandai dengan obrolan mereka yang berkelas. Saya suka yang seperti ini. Sesekali saya mendapati mereka mengamati saya – mungkin menebak-nebak, saya ini anggota organisasi tahun berapa atau saya ini akademisi dari kampus mana 😅.

Kepingan-Kepingan Puzzle pun Terhubung


Padahal saya mah apa atuh – meminjam istilah orang Sunda. Saya hanyalah seorang mamak dari universitas kehidupan yang sedang mencari pengetahuan. Bagi saya, acara seperti ini seolah menggabungkan kepingan-kepingan puzzle yang bertebaran di sekeliling kita. Sering kali saya menemukan hal yang berhubungan, sering pula yang bertentangan. Kalau bertentangan, biasanya saya kembali kepada nilai-nilai Islam yang saya anut atau menelusuri logikanya. Dengan demikian, bahan menulis jadi semakin banyak. Sekali sudah saya dokumentasikan ke dalam blog, di lain waktu saya bisa menggunakannya karena sudah menyimpan catatannya. Pokoknya menyenangkanlah.

Nah, di acara pak profesor ini, saya menghubungkan kepingan puzzle di lokasidengan kepingan puzzle di memori saya. Dua tahun lalu saya pernah menulis Mengulas Soal Kerancuan Media Kita, sepulang dari mengikuti diskusi tentang media massa yang dibawakan oleh seorang aktivis di sebuah NGO. Diskusi tersebut berlangsung di BaKTI. Apa yang ada di tulisan itu ternyata relevan dengan apa yang disampaikan oleh Profesor Anwar mengenai kepemilikan media massa dewasa ini.

Prof. Anwar Arifin di podium

Belajar dari Profesor


Di acara itu pula saya menyaksikan sekali lagi, sosok yang boleh dikata ilmu duniawinya sudah sangat tinggi, dia mengacu kepada kebenaran Tuhan. Sebagaimana saya percaya kalau seseorang yang “mencari” di jalan yang benar, maka kebenaran sejati pula yang dia peroleh. Kebenaran sejatinya tidak bertentangan dengan ilmu duniawi – tentu saja kalau ilmu duniawi itu diperoleh dengan cara yang benar. Hal itulah yang saya saksikan. Prof. Anwar Arifin sesekali menyelipkan nilai-nilai Islam dalam pembicaraannya. Mengenai bersedekah pengetahuan hingga mengenai pemahamannya mengenai bagaimana seharusnya seorang istri.

Saya senang sekali bisa menyaksikan secara simbolis transfer pengetahuan dari seorang profesorkepada masyarakat saat launching dan bedah buku itu. Membuat saya mengingat pembicaraan dengan seorang kerabat yang sudah mencapai gelar profesor. Kerabat saya ini beberapa kali menanyakan kegiatan dan pernah menyayangkan saya yang “hanya” di rumah saja. Dia mengira-ngira, sebagai sarjana Teknik, saya seharusnya bekerja di kantor mana gitu.

“Niar apa kegiatannya sekarang?” tanyanya.

Kali ini saya menjawab, “Saya menulis, Kak. Tapi lebih banyak di internet.”

“Wah bagus itu. Bisa publish tulisan saya?”

“Hmm, bisa,” saya menjawab demikian tapi bingung juga, bagaimana caranya mempublikasikan tulisan ilmiah seorang profesor? Saya tahu kerabat saya ini suka sekali pergi meneliti hal-hal yang berbau budaya di pelosok Indonesia timur. Saya tahu, pengetahuannya luar biasa tetapi sayangnya, saya tidak pernah membaca hasil penelitiannya dalam bahasa yang bisa saya mengerti. Eh, dalam bahasa ilmiah pun belum. Saya pernah melihat disertasi doktoralnya tetapi saya hanya membukanya sekilas.

“Kak, di Jawa ada yang menerbitkan karyanya dalam bahasa populer. Di Unhas ada jugakah?” tanya saya padanya.

“Ada. Kami sudah lakukan itu,” jawabnya.

Mencari puzzle, lalu membangun pohon pengetahuan.

“Oh gitu, ya. Maksud saya, ada tidak, jurnal-jurnal di Unhas yang ditulis dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh orang awam. Misalnya saya, nih. Kalau saya mau baca dalam bahasa yang saya mengerti, ada, tidak?” saya teringat tabloid parenting yang sering mengetengahkan jurnali penelitian dalam dunia kedokteran anak dan psikologi dari negara Paman Sam. Tulisan-tulisan di tabloid itu berupa saduran dari jurnal-jurnal ilmiah yang baru diterbitkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam.

“Ooh, tidak ada. Dalam bahasa ilmiah adanya.”

“Nah, itu dia, Kak. Bagaimana caranya supaya saya yang awam ini bisa ikut membacanya juga? Adakah caranya?”

“Belum ada. Nanti dicari caranya,” ucapnya menutup pembicaraan sembari menuju kendaraan yang sudah terparkir di depan rumah kami.

Sayang sekali sebenarnya, padahal pasti akan sangat menarik jika saya – dan kita bisa membaca karya para profesordi daerah kita, dalam gaya bahasa yang mudah kita mengerti. Dengan demikian, kita pun bisa ikut menyebarluaskannya ke seantero negeri melalui internet dan menjadikannya bahan referensi tulisan. Kapan, ya hal tersebut bisa terlaksana?

Makassar, 21 Desember 2017


Baca catatan saya dari Launching dan Bedah Buku Pergulatan Pemikiran Keindonesiaan karya Prof. Dr. Anwar Arifin pada tanggal 6 Desember lalu di dua tulisan yang ada di blog buku saya ini:


Baca juga tulisan lainnya:

Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital

$
0
0
rubrik Opini Harian Fajar, tanggal 22 Desember 2017. 
Tulisan yang dimuat sudah disunting sehingga ada bagian-bagian yang hilang. 
Di sini, saya share tulisan yang saya kirim, sebelum disunting oleh editornya. 
Oya, saya mengirimkan dua tulisan. Saat saya menayangkan ke blog, 
saya belum tahu apakah tulisan yang kedua akan dimuat juga atau tidak.
Selamat membaca. Semoga bermanfaat.


“Kalau kamu bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka jadilah penulis.” ― Imam Al-Ghazali

Pentingkah menulis?

Bagi saya, sangatlah penting. Aktif menulis dan ngeblog sejak 2011, melalui 2000 tulisan, sekurangnya 17 manfaat sudah saya terima. Ketujuh belas manfaat tersebut yaitu: “prasasti sejarah” pribadi, semakin terampil menulis, semakin kreatif karena ide semakin mudah diperoleh, meluasnya jaringan pertemanan, mengikuti banyak kegiatan bermanfaat secara cuma-cuma, bertambahnya wawasan, sarana pengembangan diri, membantu orang lain secara materi, memotivasi orang lain, memberikan wawasan baru kepada orang lain, menyumbangkan ide untuk bloger lain, membuka mata banyak orang di wilayah lain tentang Makassar, pintu rezeki, menyebarluaskan kebaikan, sarana aktualisasi diri, meningkatkan kemampuan komunikasi lisan, dan mengkritik secara berbeda.

Dengan bantuan internet, menebar kebaikan menembus batas wilayah dan waktu amat mungkin dilakukan orang biasa di zaman sekarang. Bukan hanya eksistensi dan prestise, prestasi pun bisa diperoleh. Tak ada bedanya laki-laki dan perempuan dalam hal ini. Keduanya memiliki peluang yang sama karena yang berbicara adalah kekuatan dan kelenturan otak, bukan otot.


Sebagai pengguna aktif media sosial, saya menyaksikan banyak perempuan yang menangguk rezeki dari dunia maya. Berbekal kecerdasan literasi dalam dunia digital, bukan hanya uang yang mereka peroleh. Melalui tulisan mereka pun bisa saling belajar hingga menjadi pribadi-pribadi yang matang.

Data yang dikeluarkan APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia) menunjukkan bahwa perempuan pengguna internet di Indonesia adalah sebesar 47,5%. Mereka memanfaatkan internet, mulai dari membuka media sosial, berdagang online, hingga membaca berita. Banyak dari mereka berjejaring – bergabung dan belajar dengan/dari aneka lembaga dan komunitas. Salah satu lembaga yang dimaksud adalah IWITA (Indonesia Women Information Technology Awareness) yang bertanggung jawab terhadap Serempak.id. Serempak.id adalah portal interaktif yang merupakan bagian dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. IWITA berada di bawah arahan Martha Simanjuntak bekerja sama dengan Serempak giat mengadakan pelatihan literasi digital untuk mengedukasi perempuan di seluruh Indonesia.

Selain itu, ada komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) dengan belasan ribu anggota yang tersebar di seluruh dunia. Mereka sudah menghasilkan banyak karya berupa buku. Ada pula Kumpulan Emak-Emak Blogger, Blogger Muslimah, Indonesian Hijab Blogger, Indonesian Female Blogger, dan Blogger Perempuan Network yang masing-masing memiliki ribuan anggota – perempuan Indonesia yang giat menulis di blog.

Khusus di Makassar, ada kelas menulis khusus bloger perempuan. Kelas Menulis MAM (Makkunraina Anging Mammiri) namanya. Kelas ini merupakan bagian dari komunitas bloger Anging Mammiri. Anging Mammiri yang saat ini dipimpin oleh seorang bloger perempuan bernama Nur Almarwah Asrul merupakan salah satu komunitas bloger tertua di Indonesia yang masih bertahan hingga kini. Kalau Anging Mammiri sudah berusia 11 tahun, Kelas Menulis MAM yang diketuai Zilqiah Angraini baru berusia 2 tahun namun telah menghasilkan bloger-bloger perempuan baru yang aktif menulis. Para anggotanya kerap menerima tawaran kerja sama dari berbagai pihak.

Apa yang dilakukan bloger perempuan?

Banyak, bukan sekadar menulis di blog atau berkomunitas. Mereka pembelajar yang dituntut jeli dan cerdas dalam beraktivitas. Ketujuh belas manfaat di atas sanggup mereka dapatkan. Khusus manfaat menulis sebagai pintu rezeki, saya bisa jelaskan bahwa blog mereka menjadi incaran kerja sama perusahaan-perusahaan – mulai dari level UKM hingga perusahaan besar. Kerja samanya berupa tulisan disertai penyebaran link di media sosial. Bloger perlu memiliki kemampuan menghitung nilai jual karya dan upaya mereka dikombinasikan dengan nilai teknis blog. Selain itu, bloger bisa menjadi buzzer. Buzzer tugasnya membantu mempromosikan produk /kegiatan di media sosial. Bukan hanya dituntut aktif bermedia sosial, seorang buzzer dituntut beretika, cerdas berliterasi, dan tidak kehilangan hati nurani dalam menjalankan tugasnya.

Menyenangannya, sebagian besar kegiatan tersebut dilakukan dari rumah. Yang sehari-harinya sebagai ibu rumahtangga, peran ganda sebagai ibu dan pekerja dengan mudahnya dilakukan berbekal keterampilan menulis dan memanfaatkan internet. Jika tekun maka hasilnya bisa membiayai keperluan sendiri dan membantu keuangan keluarga. Yang paling beruntung di antara mereka bisa berpenghasilan sebesar 8 digit tiap bulannya.

Namun tentu saja, kembali kepada tujuan mulia menulis – yaitu untuk berbagi, para bloger perempuan tak bisa hanya berharap rupiah. Mereka harus mengingat bahwa yang paling utama dari menulis adalah besarnya kesempatan untuk menebar kebaikan, mulai sebagai “pembawa pesan” hingga mencerdaskan bangsa. Akan lebih menenteramkan dan lebih langgeng kemampuan ngeblog dipertahankan jika tujuan utama menulis disangkutkan kepada sesuatu yang hakiki. Proses berperan penting. Hasil yang baik akan diperoleh dengan permulaan dan proses yang baik. Dan dalam sebuah proses, keniscayaannya adalah jatuh-bangun berkali-kali!


Makassar, 22 Desember 2017

Baca juga tulisan yang lain yaa:

Syarat dan Ketentuan Menulis di Rubrik Opini Harian Fajar

$
0
0
Sejak memutuskan aktif menulis, saya sudah mencoba banyak tantangan yang saya anggap menarik. Salah satunya adalah menulis di rubrik Opini di surat kabar. Hal ini sangatlah menantang karena sulit bagi seorang mamak biasa macam saya ini untuk menembus koran kalau tidak cermat memilih momentdan tidak menulis dengan baik. Salah satu yang saya coba adalah menembus rubrik Opini Harian Fajar.


Hanya dua kali tulisan resensi saya dimuat di koran nasional – Koran Jakarta. Beberapa kali di Harian Amanah. Tapi keduanya bukan di rubrik Opini. Untuk rubrik Opini, alhamdulillah – beruntung tulisan saya bisa beberapa kali dimuat di Harian Fajar sejak tahun 2013. Harian Fajar ini, untuk rubrik Opini, di mata saya masih menjadi koran lokal terbaik untuk beberapa hal. Di antaranya adalah terkait dengan jangkauan penyebarannya dan ehm ... ada honornya.

Pengalaman saya, syarat dan ketentuan agar tulisan bisa dimuat di rubrik Opini, sejak tahun 2013 tidaklah sama. Kalau dulu, tulisan saya bisa sampai 800-an kata dan dimuat seluruhnya tanpa ada pemenggalan dari editor, kini berbeda halnya. Saat ini syaratnya maksimal 700 kata saja.

Kalau dulu saya tak pernah mendapatkan pemberitahuan mengenai syarat dan ketentuan lengkap dari redaktur, baru-baru ini, saya mendapatkannya via email. Syarat dan ketentuan menulis opini di Harian Fajar yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Opini yang dikirim ke Harian FAJAR, "TIDAK BOLEH"  dikirim ke  media lain.
  2. Setiap opini yang dikirim ke Harian FAJAR, wajib menyertakan foto terbaru (tidak boleh hitam putih), nomor telepon yang bisa dihubungi, sekaligus nomor rekening penulis. Pengalaman saya, honor masuk ke rekening pada tanggal muda di bulan berikutnya.
  3. Panjang tulisan minimal 600 kata dan maksimal 700 kata (word).
  4. Jika dalam waktu satu minggu/pekan, artikel yang dikirim belum termuat, penulis berhak menarik kembali tulisannya.
Point nomor 1 itu, jangan sampai dilakukan, yah. Nama kita akan di-black list media yang bersangkutan jika melakukannya. Saya pernah melakukan tindakan konyol. Secara tidak sengaja email saya terkirim ke alamat email sebuah media nasional di saat yang bersamaan dengan terkirimnya tulisan saya ke alamat email Harian Fajar. Soalnya awalannya sama-sama “opini”. Waktu itu saya sering sekali bingung dengan alamat email Harian Fajar yang benar karena email saya sama sekali tidak pernah dibalas dari alamat email resminya jadi saya menyimpan dua alamat email dan selalu mengirimkan ke dua alamat email itu. Macam gambling, begitu.

Wuih, takutnya saya ketika sadar. Langsung saja saya kirim email ke media nasional tersebut dan mengatakan bahwa saya salah kirim tulisan dan langsung menghubungi redaktur Harian Fajar. Saya meminta maaf padanya dan mengatakan apa kesalahan saya. Saya mengatakan bahwa saya tidak sengaja. Sedihnya, saat itu permintaan maaf saya tidak ditanggapi. Ya sudah, yang penting sudah meminta maaf dan menjelaskan, kan ya? Untungnya juga jenis tulisan yang saya kirim waktu itu bukanlah jenis tulisan yang dimuat di media nasional tersebut. Jadi tidak ada hal yang serius di belakangnya. Tinggallah ketakutan saya, kalau-kalau Harian Fajar akan mem-black list saya. Di-black list adalah hal yang serius karena menyangkut integritas kita sebagai penulis. Syukurnya, saya tidak sampai di-black list.

Oya, selain keempat hal tersebut, saya bisa share hal-hal lain yang harus diperhatikan sebelum mengirim tulisan kita ke rubrik Opini Harian Fajar, yaitu:
  1. Kirimkan tulisan dalam bentuk file MS Word ke alamat email opiniharianfajar@gmail.com.
  2. Perhatikan karakter tulisan opini yang dimuat di Harian Fajar. Gaya bahasanya tentu saja berbeda dong dengan gaya bahasa blogger.
  3. Tulisan sebaiknya berisi dan dikirim menjelang moment yang pas. Misalnya nih, Hari Ibu, Hari Kartini, Hari Sumpah Pemuda (seperti pada tulisan-tulisan saya: Mengapa Kaum Ibu Harus Terus Belajar (Opini, Harian Fajar, Hari Ibu 2013), Perempuan Pewarna Sejarah (Opini jelang Hari Kartini, 20 April 2015), dan Menghidupkan Kembali Semangat Sumpah Pemuda (Opini, Harian Fajar, 29 Oktober 2014). Atau berkaitan dengan topik yang sedang trend, misalnya pemilihan kepala daerah. Atau mengenai peringatan maulid Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam – contohnya pada tulisan Mempertanyakan Empati pada Kondisi Kini (Opini, Harian Fajar, 10 Februari 2015). Contoh lainnya adalah saat maraknya kasus kekerasan pada anak – misalnya pada tulisan Pentingnya Penguatan Peran Orang-Orang Dewasa dalam Menanggulangi Tindak Kekerasan Anak (Opini, Harian Fajar, 14 Maret 2015).
  4. Tuliskan profil singkat penulis. Lengkap dengan profesi dan gelar, kalau perlu. Kalau sedang menjabat sebagai pengurus atau ketua di sebuah organisasi, tuliskan juga. Lebih bagus lagi kalau tulisan yang dikirim berhubungan dengan profil yang disertakan. Misalkan, nih menulis topik ketahanan pangan sementara penulis merupakan seorang dosen di bidang itu. Suatu kali saya pernah menulis Pemerataan Kapasitas Daya Terpasang di KTI menjelang sebuah semiloka ketenagalistrikan yang dilaksanakan dalam rangka dies natalis kampus (UNHAS). Saat itu di profilnya saya mencantumkan “alumnus Teknik Elektro UNHAS”.
  5. Siap-siap saja kalau-kalau tulisan kita kena sunat lagi oleh editor. Itu hal yang lumrah terjadi meskipun jumlah katanya sudah sangat sesuai dengan ketentuan. Well, seperti itulah yang saya alami saat tulisan opini saya berjudul  Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital (rubrik Opini Harian Fajar, 22 Desember 2017) dimuat baru-baru ini.
  6. Siap-siap saja bila tulisan kita ditolak, yah. Sebagus bagaimana pun itu, redaktur punya penilaian tersendiri untuk meloloskannya atau tidak. 



Last but not least – tulisan yang dimuat di rubrik Opini jangan sampai menimbulkan kebanggaan. Kesukacitaan yang paling penting dari dimuatnya tulisan oleh media cetak adalah tersebar luasnya tulisan kepada khalayak. Dengan demikian, manfaatnya akan sangat besar baik bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Melalui blog pun sebenarnya bisa jauh lebih banyak yang terjangkau – bahkan bisa menembus zaman.

Sungguh bagus kalau mengusahakan tulisan bisa dimuat di media cetak namun jauh lebih bagus lagi kalau kita konsisten menulis dan melakukan dengan media apa saja. Di zaman now, internet sangat memudahkan segalanya. Mari menjadi manusia yang bermanfaat satu sama lain.


Makassar, 26 Desember 2017


Simak juga tulisan saya di website Anging Mammiri ini, yah:
Perempuan Menulis di Era Digital. Tulisan ini sebenarnya merupakan kelajutan dari tulisan berjudul Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital (yang dimuat di rubrik Opini Harian Fajar pada tanggal 22 Desember kemarin).


Catatan:
Terima kasih banyak kepada Pak Galang Pratama untuk gambar yang paling atas.

Tips Memilih Tempat Duduk Kereta Api yang Nyaman

$
0
0
Kereta api kini menjadi salah satu pilihan transportasi saat berlibur ke suatu tempat. Walau tinggal di pulau Sulawesi yang belum memiliki moda transportasi ini, sedikitnya, saya pernah merasakan kenyamanan dan ketidaknyamanannya karena pernah travelling dengan kereta api bersama pak suami di pulau Jawa di awal pernikahan kami.


Fasilitas kereta api yang nyaman, bersih dan dengan pelayanan terbaik menjadi alasan utama para travellermemilih angkutan umum ini ketimbang menggunakan bus. Perlu kita beri apresiasi pada usaha perbaikan dan peningkatan mutu oleh PT. KAI sebagai pengelola jasa kereta api. Karenanya, moda transportasi ini semakin baik dan banyak dipilih oleh masyarakat. Jujur saja, saya masih kepengen naik kereta api melintasi pulau Jawa seperti dulu. Kalau baca-baca cerita teman-teman melalui internet, pastinya jauh lebih nyaman dibanding dulu.

Apalagi, kini jauh lebih mudah dan cepat mendapatkantiket kereta api. Zaman digital, gitu loh. Banyak hal yang dipermudah berkat kemajuan teknologi zaman now. Salah satu kemudahan adalah kita tidak perlu lama lagi datang dan mengantre di stasiun untuk mendapatkan tiket kereta api. Pemesanan tiket dapat melalui situs-situstravel secara online. Traveloka juga menyediakan pemesanan tiket kereta api dengan harga terjangkau. Bahkan kita bisa mendapatkan harga promosi untuk tiket yang dipesan di Traveloka, lho.

Namun, sebelumnya kita perlu mengetahui apakah tempat duduk yangkita pilih saat memesan secara online dapat mempengaruhi kenyamanan perjalanan dalam kereta? Nah, buat Anda yang seperti saya ini, ingin menikmati perjalanan berkereta api di pulau Jawa ataupun di tempat lain, saya menemukan beberapa tips memilih tempat duduk kereta api berikut ini agar jadi pertimbangan untuk memilih tempat duduk terbaik di kereta api demi sebuah liburan yang nyaman. Simak, yaa.

Pilih duduk dekat jendela atau dekat koridor?

Sumber:wikipedia.org
Memilih duduk dekat jendela atau koridor sebenarnya menyesuaikan dengan kebutuhan kita sendiri, sih. Dengan duduk dekat jendela, kita bisa dekat dengan colokan listrik jika sewaktu-waktu harus mengisi baterai ponsel.Hayo, angkat tangan yang selalu butuh colokan listrik? 🙋 Selain itu dekat dengan jendela membuat kitamemiliki sandaran kepala saat tidur.Dengan kata lain, bisa memilih lebih banyak aneka gaya tidur, yes? Namun, jika kita lebih membutuhkan akses ke toilet atau sekadar berjalan-jalan, lebih baik memilih duduk dekat koridor. Saat kamu hendak keluar dari kursimu, kamu tidak perlu mengganggu penumpang di sebelahmu.Nah, yang terakhir ini buat mereka yang “itchy feet” alias yang kakinya suka gatal atau tidak jalan dalam setengah jam.

Memilih kursi yang tidak bising

Untuk perjalanan yang cukup jauh, akan lebih nyaman menghindari gerbong yang berisik. Gerbong yang  dekat dengan lokomotif dan restorasi  biasanya memiliki suara yang cukup mengganggu kenyamanan. Lokomotif pastinya berada di ujung kereta, sedangkan gerbong makan atau restorasi biasanya berada di tengah rangkaian kereta api.

Jarak antara kursi dan bordes atau toilet

Sumber:@keretaapikita
Bordes itu maksudnya ujung gerbong tempat naik turunnya penumpang, dan akses keluar masuk antar gerbong. Pada area bordes ini biasanya terdapat toilet. Jika kita orang yang terganggu dengan lalu-lalangnya orang-orang, ada baiknya hindari kursi dekat dengan area ini. Namun, jika membutuhkan akses ke toiletdengan mudah, pilihlah tempat duduk yang dekat dengan bordes. Beberapa kereta memberikan akses ruang gerak kaki yang besar di area ini namun di beberapa kereta lainnya, seat dekat bordes memiliki ruang gerak kaki yang sempit. Selain itu tempat penyimpanan barang di area dekat bordes biasanya lebih sedikit.

Getaran di dalam gerbong

Bagian tengah gerbong adalah bagian dengan getaran paling lemah. Kita bisa pilih kursidi area ini kalau menyukai tempat yang minim getaran.Biasanya, orang yang suka mabuk perjalanan suka duduk di bagian ini, ya. 😓 Bagian ujung gerbong atau bagian dekat bordes biasanya memiliki getaran paling terasa. Nah, saat memilih kursi ketika pemesanan tiket, kita perlu mengetahui kode kursi dalam gerbong untuk mengetahui mana kode kursi dengan posisi di tengah gerbong.

Arah datangnya sinar matahari

Sumber:endonesanegeriku.blogspot.co.id
Satu hal lagi yang perlu juga kita perhatikan saat memilih tempat duduk di kereta api adalah arah datangnya sinar matahari. Posisi gerbong kereta bisa terbalik antara kode A dan E, maka posisi paling aman dari sinar matahari adalah kursi dengan kode C. Jika kita mendapat kursi menghadap sinar matahari, tentu mata akan terus menerus silau dan tidak nyaman. Namun, jika berangkatnya dengan kereta malam maka hal ini tidak perlu dikhawatirkan.

Semoga tips-tips tersebut dapat berguna buat karib dan kerabat yang ingin liburan akhir tahun dengan jasa kereta api, yaa. Dan semoga perjalanannya menyenangkan dengan transportasi ini. Selamat berlibur.

Makassar, 27 Desember 2017

Beda Usia Sama Cantiknya

$
0
0
“Kulit itu dirawat bukan di-edit,” kata MC. Beberapa kali MC mengulangi kalimat ini ketika saya berada di acara yang diselenggarakan oleh penyedia suplemen vitamin E alami untuk kulit yang sudah berusia 40 tahun ini.

Speech pembuka dari pengelola Hotel Melia sedang berlangsung ketika saya tiba di lokasi Beauty & Smart Talkshow di lantai 7. Saya dan Abby mengambil tempat. Saya ke moshola untuk shalat ashar dulu, mumpung acara inti belum mulai.


Saat kembali ke ruangan, talkshowinti belum mulai. Masih menunggu beberapa jenak hingga acara yang saya tunggu-tunggu berlangsung. Para nara sumber: dr. A. Miranty Paturusi, DPDK(pemerhati kesehatan), Rita Fransisca(Duta Lampung 2013), dan Viki D. Santoso(dari Natur-E) segera mengambil tempat di atas panggung.

Acara yang berlangsung live di radio Smart FM ini dihadiri sejumlah wakil dari beberapa komunitas di Makassar yang didominasi ibu-ibu. Ibu-ibu pengen cantik, dong. Makanya pada konsentrasi menyimak berlangsungnya acara. Saya merangkumnya di sini, buat Anda yang tidak hadir di sana.

Beda Usia Sama Cantiknya

Dokter Antylangsung memaparkan yang mana ciri-ciri kulit sehat dan tak sehat. Kulit sehat itu kulit yang cerah/warna merata, bebas noda, lembut, lembab, halus, dan kenyal. Sedangkan kulit tak sehat itu yang: kusam/warna tak merata, ada flek/noda, kasar, kering, tidak elastis, dan berjerawat.

Untuk merawat kulit agar sehat, dibutuhan perawatan baik dari luar maupun dari dalam. Kita harus tahu jenis kulit kita apa untuk memilih jenis produk yang tepat. Kalau perawatan dari luar contohnya makan buah, cuci muka maka perawatan dari dalam adalah dengan meminum suplemen vitamin E untuk kulit. Perawatan dari dalam lebih penting daripada perawatan dari luar.

Viki, dokter Anty, dan Rita.

Cara perawatan kulit yang paling benaradalah:
  • 25 persen dari dalam, dengan konsumsi buah dan sayur. Kita harus perhatikan nutrisi apa saja yang dikonsumsi dan kulit juga butuh suplemen yang mencukupi untuk kulit.
  • Pada mereka yang berusia 35 tahun ke atas, mudah terjadi hiperpigmentasi pada kulit. Untuk usia ini sudah dibutuhkan perawatan di malam hari. Gunakan krim malam. Pada usia ini suplemen yang dibutuhkan adalah Natur-E 300 (yang jenis ini kandungan antioksidannya tinggi). Buat yang ingin mengurangi kerutan di wajah, konsumsilah Natur-E Advanced.
  • Tidur 5 jam saja memadai, yang penting berkualitas. Orang dewasa tidak harus tidur selama 8 jam, koq.
  • Perawatan dari luar: bersihkan wajah, gunakan pelembab wajah, spa, lulur, gunakan body lotion, pakai sun block. Dan, jangan malas mandi. Percuma dong, melakukan semua perawatan ini kalau tidak mandi, tooh? 😆
Nah, ketahui jugalah faktor-faktor yang merusak kulit. Apa saja itu? Ini dia: kurang/tidak berolahraga, polusi udara, AC, asap kendaraan, sinar matahari, penggunaan kosmetika ilegal (yang tidak ada keterangan dari badan POM-nya), pertambahan usia, perawatan kulit tidak teratur, dan masalah hormonal. Khusus mengenai kosmetika ilegal, dokter Anty berpesan agar hati-hati karena ada yang mengandung merkuri atau hidrokinon yang justru berbahaya bagi kulit. Bahan-bahan berbahaya itu bisa menyebabkan hiperpigmentasi, kulit menjadi kasar dan kerutan bertambah dengan lebih cepat.

Presentasi dokter Anty ditutup dengan penjelasan mengenai problem kulit berdasarkan usia. Apakah itu? Mungkin Anda mengalaminya juga. Seperti: wajah berjerawat atau kulit kusam (usia 18 – 25 tahun), kulit kering atau warna tidak merata (usia 25 – 35 tahun), dan kerutan yang semakin banyak, flek hitam, dan kolagen yang berkurang (pada usia di atas 35 tahun). Lagi-lagi dokter yang sehari-harinya mengonsumsi Natur-E Advanced ini menekankan:
“Lakukan perawatan dari dalam dulu. Kalau dari dalam oke, dari luarnya gampang!”

Why Natur-E?


Selanjutnya giliran Viki– satu-satunya nara sumber lelaki. Dia memulai presentasinya dengan mengingatkan sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kulit di atas pukul 8 pagi. Selanjutnya, Viki membahas mengenai 3 kategori Natur-E yang ternyata sekarang sudah ada produk berupa lotion untuk kulit dan wajah pada setiap kategorinya:
  1. Untuk usia 18 – 25 tahun: Natur-E 100 IU (skin moisturizer).
  2. Untuk usia 25 – 35 tahun: Natur-E 300 IU (skin intense moisturizer). Menjadikan kulit ekstra lembab, kenyal, dan cerah merata. Nah, yang ini cocok buat traveler.
  3. Untuk usia 35 tahun ke atas: Natur-E Advanced (skin firming), untuk mengencangkan kulit. Kandungan Astaxanthin-nya 6000 kali lebih kuat daripada vitamin C.
Nah, kenapa Natur-E ini bagus untuk kulit perempuan Indonesia? Well, kita bisa pertimbangkan ketiga hal ini: alami, halal, dan formulasinya khusus (untuk perawatan dari luar dan dalam) yang cocok untuk perempuan Indonesia. Untuk hand and body Natur-E Advanced, misalnya: kandungan Astaxanthin, vitamin E dan Lycopene dari tomat terbukti efektif mengurangi garis halus, kerutan dan flek hitam yang membuat kulit tampak lebih muda. Nah, kandungan vitamin E-nya ada dalam butiran e-beads yang mampu terserap lebih dalam masuk ke kulit akan melembabkan dan meregenerasi kulit.

Rita Fransiscamembagikan caranya merawat kulit. “Cantik untuk suami supaya tidak berpaling,” tutur perempuan 25 tahun ini. Baginya, perawatan alami dan berolahraga tetap yang utama. Perawatan alami yang dilakukannya adalah dengan tanaman-tanaman seperti lidah buaya, dan putih telur. Selain itu, Rita juga banyak meminum air putih sebelum tidur di malam hari karena saran dokternya dulu. Konon, metabolisme tubuh berlangsung cepat saat tidur. Untuk makanan, Rita menyukai sayur bening.


Olahraga yang ditekuninya adalah nge-gym. Suplemen alami yang dia konsumsi adalah Natur-E 300 dengan pertimbangan sering traveling karena ikut suami berpindah tugas dan sembari mengurus kafenya di Sumatera. Untuk kulit, dia menggunakan Natur-E lotion yang Advanced karena jenis kulitnya cenderung kering.

Mitos Tentang Efek samping Natur-E

Natur-E menggemukkan?

Mana mungkin. Kalori Natur-E kan nol. “Ketidakseimbangan kalori yang masuk dan keluar tubuh, itu yang bikin gemuk,” sergah Viki. Nah, ibu-ibu kalau tidak mau gemuk, jangan makan lebih dari 1.500 kalori. Pada usia di atas 30 tahun, ada hormon yang sudah tidak bekerja dengan baik, hal itulah yang menyebabkan seseorang gampang gemuk. Jadi bukan karena Natur-E-nya, ya ibu-ibu.

Bikin jerawat?

Salah! Justru mengurangi bekas jerawat. Harus diperiksa kembali perawatan wajah dan makanan yang dikonsumsi selama ini.


Berpengaruh tidak baik terhadap ginjal?

Tidaklah. Vitamin E kan sifatnya larut di dalam lemak jadi, tidak memberatkan ginjal. Seperti juga vitamin A, D, dan K, pengeluaran vitamin E berlebih adalah melalui feses.

Pada sesi tanya-jawab – menjawab pertanyaan tentang seseorang disuntik vitamin C yang berakibat kulitnya kuning, dokter Anty berpesan untu hati-hati dengan suntikan vitamin C. Jangan sampai barang palsu atau yang menyuntikkannya tidak kompeten. Sebagai dokter, dalam melayani permintaan melakukan suntik vitamin C, dokter Anty selalu memeriksa riwayat kesehatan pasiennya. Vitamin C bagus tapi sebenarnya fokusnya ke daya tahan tubuh pengkonsumsinya. Kalau ditujukan untuk kulit, efeknya 5 – 10%. Kalau untuk kulit, ya vitamin E jawabannya.



Sampai juga di penghujung acara. Sebelum foto bersama, saya dan keempat penanya lainnya mendapatkan hadiah berupa produk Natur-E. Saya mendapatkan hand and body lotion Natur-E Advanced 245 ml. Saat testing dengan kawan, kami sama-sama mengakui aromanya yang segar. Harum tetapi tidak kelewatan harum. Kadar wanginya pas. Saat diusapkan ke kulit, lotion-nya menyerap dengan cepat dan tidak lengket. Pas, nih persediaan hand and body lotion saya sudah mau habis. Terima kasih Natur-E.

Makassar, 29 Desember 2017


Berbagi Tips Menulis di Rumbel IIP Sulawesi

$
0
0
Berbagi Tips Menulis di Rumbel IIP Sulawesi - Sudah lama saya mendengar tentang Institut Ibu Profesional (IIP) namun saya baru berinteraksi dengan grup WA Rumbel (Rumah Belajar) IIP belum lama ini, saat saya diminta mengisi kelas menulis di grup WA tersebut pada tanggal 6 dan 13 Desember lalu.


Buat yang belum kenal IIP, saya kutipkan ini dari tulisan saya di website Anging Mammiri (Perempuan Menulis di Era Digital):
Komunitas yang didirikan tanggal 22 Desember 2011 di kaki gunung Merbabu, Salatiga ini kini sudah merambah pemberdayaan ibu-ibu di 45 titik simpul kota/kabupaten seindonesia dan menyebar ke 4 negara. Dengan keyakinan bahwa mendidik satu ibu sama dengan mendidik satu generasi, pendirinya – Septi Peni Wulandani kini bersama para pengurus mengedukasi anggotanya. Sebagian besar proses belajar dilaksanakan menggunakan internet, melalui grup WA (Whatsapp) dan Google Classroom.

Saya pernah membaca tulisan-tulisan di beberapa blog mengenai pembelajaran sehubungan dengan kurikulum dari para ibu yang menuliskannya. Salut sekali saya. Menulis berarti “mengikat ilmu”. Dengan mengikatnya maka apa yang telah dipelajari bisa lebih diingat. Kalaupun lupa, mudah untuk mengingatnya kembali dengan membuka kebali tulisan tersebut.

Mengenai kegiatan menulis di IIP, saya kutipkan lagi bagian lain dari tulisan saya di website Anging Mammiri berikut (Perempuan Menulis di Era Digital):
“Di IIP semua dilatih untuk bisa menulis. Karena jenjang belajarnya yang dimulai dari kelas Matrikulasi, tugas dalam bentuk NHW (Nice Homework) harus disetor dalam bentuk tulisan. Begitu pula pada level selanjutnya (Kelas Bunda Sayang), para peserta diminta menulis tantangan pada setiap level selama minimal 10 – 17 hari. Adapun tema tulisan berkaitan dengan materi yang diperoleh dan hasil pengamatan terhadap diri dan keluarga (suami dan anak). Di IIP, para bunda yang dulunya tidak pernah menulis akhirnya berlatih dan disiplin menulis,” Ina Sinardi – Ketua IIP Sulawesi, sekaligus Ketua Rumbel (Rumah Belajar) Menulis IIP Sulawesi menuturkan kepada saya via wawancara WA.

Nah, sampai di sini, saya kira kita bisa sepakat kalau ibu-ibu ini luar biasa. Kalau belum percaya, silakan intip kiprah mereka di www.ibuprofesional.com Selanjutnya saya mau ceritakan mengenai materi yang saya sampaikan saat dua pekan berturut-turut mengisi kelas Rumbel IIP Sulawesi.

Mulanya dari cuplikan profil yang saya share dari sini, saya membagikan 17 manfaat menulis yang sudah saya alami (tentang 17 manfaat bisa dibaca di tulisan berjudul Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital).Beberapa Bunda bertanya, saya menanggapinya. Oya, “Bunda” adalah sapaan sesama anggota di IIP.


Pertanyaan dan tanggapan adalah seputar mengenai bagaimana membagi waktu, bagaimana mendapatkan penghasilan dari blog, hingga mengenai konsistendi dan target menulis. Beberapa saja yang menyangkut tips menulis saya share kembali di sini, ya:

Bagaimana ngeblog yang menghasilkan?

Awalnya saya tak terpikir kalau blog bisa menghasilkan. Tapi kemudian karena bergabung dengan banyak komunitas, termasuk dengan penghubung antara blogger dengan dunia iklan, saya mencoba juga. Tapi kalau saya ditanya teman-teman yang ingin menghasilkan dari ngeblog, saya biasanya mengatakan, "Jangan dulu berpikir ngeblog itu untuk menghasilkan uang!"

Mengapa?
Karena memang, kalau menulisnya hanya pengencari uang, bisa mudah kecewanya karena tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses panjang dan juga banyak belajar. Saya bisa kasih kuncinya saja kalau mau memulai:
  • Blognya harus konsisten diisi.
  • Belajar pelan-pelan tentang menulis dan teknis blog (karena ada nilai-nilai teknis blog yang dicari pengiklan juga, misalnya yang istiahnya DA (domain authority blog), dan lain-lain.
  • Bergabung dengan komunitas-komunitas blogger. Jangan hanya satu komunitas, ya. Bergabunglah dengan banyak komunitas.
Nah, kebetulan di Makassar komunitas blognya aktif sekali. Namanya komunitas blogger Anging Mammiri. Ada kelas khusus perempuan (kelas MAM: Makkunraina Anging Mammiri) dan grup dunia maya, khusus perempuannya juga. Kita bisa belajar di dalam grup Line atau saat ketemu (offline) dalam Kelas MAM (Makkunraina Anging Mammiri)

Menulis untuk menebar kebaikan.

Untuk menulis, di jaman now, mudah sekali bagi kita melakukannya untuk menebar kebaikan. Sembari buat status di media sosial misalnya. Tinggal kepekaannya diasah terus, untuk menentukan mana yang layak ditulis dan mana yang tidak. Pedomannya bisa pakai Fatwa MUI tentang bermedia sosial (bisa baca di Tentang Fatwa Terbaru MUI, Buzzer, dan Bagaimana Menyikapinya).

Kalau mau makan di restoran misalnya, jangan hanya foto makanannya, bisa diceritakan keunggulan makanannya atau mungkin keunggulan tempat makannya. Atau resep sendiri di-posting sambil share ke ibu-ibu lainnya tentang nilai gizinya atau manfaat lainnya.

Jadi intinya, mari sama-sama kita niatkan menulis, meski pendek-pendek untuk menebar manfaat atau kebaikan. Sesekali ada joke-jokeatau hal tak penting tak mengapalah ya, hitung-hitung melatih keterampilan menulis, tapi jangan selamanya menulis yang tak penting.

Untuk menulis yang lebih panjang memang butuh jam terbang. Tapi jam terbang tidak akan terasa kalau kita sudah pasang niat dan konsistenmelakukannya.

Bagaimana menjaga konsistensi menulis?

Saya menetapkan target menulis. "Napas menulis" saya pendek-pendek. Jadi target saya, menulis di blog ini, 15 tulisan dalam sebulan. Tapi saya ndak memaksa juga. Kalau misalnya tidak kesampaian, paling tidak 10 tulisanlah dalam sebulan. Alhamdulillah ada saja bahan, termasuk kerjaan dari blog.  Makanya keinginan untuk menerbitkan buku solo lagi ter-pending terus karena kalau saya mencoba mengerjakan buku solo, saya terpaksa meninggalkan blog agak lama.

Sementara saya makin nyaman dengan blog. Kalau lama ditinggalkan, ada nilai yang kalau sudah turun, susah dinaikkan lagi, misalnya Domain Authority. Kalau sudah naik dan di angka tertentu, begitu ada brandmenawarkan pekerjaan, saya punya posisi tawar cukup tinggi. Nah, kalau saya tinggalkan aktivitas ngeblog cukup lama, nilai itu bisa turun lagi.

Terima kasih Bunda Maryam dan Rumbel IIP Sulawesi, sertifikatnya bagus sekali.

Untuk serius, kita perlu tetapkan target. Tiap orang bisa berbeda, tergantung visi menulisnya. Yang jelas, usahakan menulisnya untuk berbagi manfaat/kebaikan dulu. Sehingga baik itu menghasilkan rupiah atau tidak, in syaa Allah, Allah yang akan mengganjarnya dengan kebaikan. Kalau percaya bahwa perbuatan baik itu akan berakibat baik juga buat kita meski tak menghasilkan uang, aktivitas menulis kita akan langgeng.

Makassar, 30 Desember 2017

Catatan: sumber foto 1 dan 2 berasal dari Pixabay.com

Baca juga:

Refleksi Ngeblog 2017 dan Sebuah Ketakutan

$
0
0
Satu per satu tantangan menulis saya jajal, sejak aktif menulis di tahun 2011. Untuk yang tercetak di atas kertas, saya mencoba mulai dari buku antologi (kumpulan tulisan bersama penulis-penulis lain) hingga buku solo. Dari penerbit indie hingga penerbit mayor. Saya juga mencoba majalah. Hanya sempat dua kali dimuat – di majalah Potret (terbit di Aceh). Lima kali saya mengadu nasib, mengirimkan tulisan ke rubrik Gado-Gado di majalah Femina, tak satu pun terbit padahal penasaran sekali dengan media itu. Selain itu, saya juga menjajal koran. Alhamdulillah, pernah berjodoh dengan Koran Jakarta, Harian Fajar, dan Harian Amanah.


Namun dari semuanya, saya tetap kembali ke “selera asal’. Saya ternyata jauh lebih suka menulis di blog. Bagi saya, kertas bukanlah level tertinggi dari dunia menulis yang harus terus saya buru. Karena “napas menulis” saya pendek-pendek akibat situasi dan kondisi di kehidupan nyata yang lebih menyulitkan saya untuk menulis buku. Alasan lainnya adalah karena dengan menulis di blog, tulisan saya lebih mudah tersebar meluas dan bisa menembus zaman. Thank you, internet!

Hingga menjelang tahun 2018 ini, tulisan yang saya hasilkan sudah lebih dari 2000. Tersebar di 5 blog, beberapa website, satu buku duet, dan 19 buku antologi. Beberapa tulisan yang dimuat di koran dan majalah, juga yang ada di buku solo – semuanya ada di blog Mugniar’s Note ini. Saya yakin tidak semuanya bagus atau bahkan mungkin semuanya biasa-biasa saja, kembali kepada pembacanya dan sudut pandang dia.

Apakah saya bangga dengan banyaknya tulisan yang saya hasilkan? Well, saya tak ingin memiliki, apalagi memelihara rasa bangga karena sayatahu diri masih banyak kekurangan dan masih harus terus belajar. Setiap saat, saya melihat cara menulis yang jauh lebih bagus daripada cara menulis saya, juga blog yang jauh lebih bagus daripada blog saya. Sah-sah saja jika seseorang pernah mengatakan kalautulisan saya tak berkonteks – padahal kan setiap orang menulis dengan konteks yang ada di pikirannya sendiri. No problem, persepsinya tentang konteks berbeda dengan saya dan itu bukti bahwa ada orang yang tak suka dengan tulisan saya. Tidak ada masalah, pasti ada sisi postiifnya buat saya.

Berdiri pada keyakinan dan pemahaman saya dalam menghasilkan tulisan, saya hanya merasa wajib bersyukur, bisa menulis dengan cukup luwes sekarang padahal saya bukanlah orang yang suka menulis sejak kanak-kanak. Saya baru benar-benar mengasah keterampilan menulis saat menginjak usia 37 tahun di tahun 2011. Tujuan saya menulis sekarang lebih kepada ingin berbagikepada khalayak. Kepada banyak orang. Alhamdulillah adalah segelintir orang yang kabarnya mendapatkan sesuatu dari tulisan saya – minimal informasi baru.

Di balik kegiatan menyenangkan dengan benda ini, ada ketakutan.

Dan semakin saya merefleksikan kegiatan menulis, saya pikir, saya memang tidak berhak bangga karena semakin banyak menulis justru membuat ada ketakutan yang timbul. Ketakutan bahwa saya kelak akan mempertanggungjawabkan semua yang sudah saya lakukan – termasuk menulis di hadapan Sang Mahapencipta. Bagaimana kalausaya pernahsalah menulis? Bagaimana kalauada orang yang telah saya rugikan tetapi saya tidak tahu?

Pedang bermata dua! Di satu sisi, dari menulis memang banyak manfaat yang saya dapatkan. Saya pernah menuliskan ada 17 manfaat yang sudah saya terima – silakan baca di tulisan berjudul Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital. Sementara itu, di sisi lain, sebagai seorang muslimah, saya kelak tentunya harus mempertanggungjawabkan semua yang sudah saya lakukan kepada Allah subhanahu wata’ala. Semoga saja, kelak di akhirat timbangan amal baik saya masih lebih berat daripada timbangan perbuatan buruk saya. Adakah yang sama dengan saya,terpikir akan hal itu? 


Makassar, 30 Desember 2017

Catatan: gambar-gambar berasal dari Pixabay.com

Baca juga:

10 Tulisan Terpopuler di Mugniar’s Note

$
0
0
Dulu saya tak percaya, lho saat ada yang mengatakan bahwa pengunjung terbanyak yang masuk ke blog itu dari mesin pencari (saat ini yang populer Google). Seiring berjalannya waktu, hal tersebut terbukti. Ternyata banyak sekali pengunjung blog saya yang masuk dari Google padahal saya tak dengan sengaja meletakkan kata-kata kunci tertentu pada postingan-postingan yang sering didatangi pengunjung via Google. Sepertinya Google, dengan caranya sendiri merujukkan para pencari untuk masuk ke blog saya melalui tulisan-tulisan tersebut.


Makin lama makin terlihat kebenarannya. Apalagi di awal tahun 2017, page views Mugniar’s Note berdasarkan dasbor memasuki angka 1.000.000. Memasuki tahun 2018, page views blog ini 1.838.417 (saat saya menuliskan ini, waktu menunjukkan pukul 20:11 WITA, tanggal 30 Desember 2017). Berarti alhamdulillah, ada tambahan pengunjung yang signifikan. Karena yang sebelumnya, total tayangan laman Mugniar’s Note butuh waktu 6 tahun untuk masuk ke angka 1.000.000, kini dalam waktu setahun total tayangan laman menunjukkan kenaikan sebesar lebih dari 800.000.

Nah, kali ini saya berniat membuat tulisan tentang list 10 tulisan terpopuler di blog ini berdasarkan catatan dasbor blog. Sebelumnya tak pernah saya lakukan, hanya sebatas niat. Mungkin ini saat yang tepat, ketika tiba-tiba saja saya sudah duduk di depan laptop dan mulai menulis.

10 Tulisan Terpopuler Sejak Blog Ini Aktif Hingga Kini

  1. Mau Sama Kakak
  2. Pengalaman Tak Terlupakan di Masa Pengantin Baru
  3. “Hukum Saja!”
  4. 10 Perilaku Durhaka Suami Terhadap Istri
  5. ICT USO EXPO 2013, Untuk Pemberdayaan Perempuan Indonesia
  6. Menerjang Galau Melalui Menulis
  7. Pasar Loak yang Tak Hanya Jual Barang Bekas
  8. KEB di Mataku: Berbagi dan Berkompetisi Adalah Kekuatannya
  9. Cincin Pernikahan Kini, Variatif dan Mudah Mendapatkannya
  10. Oreo Blast Makassar Baklave, Oleh-Oleh Khas Makassar yang Sungguh Terlalu



Kesepuluh tulisan di atas mendulang pengunjung dari mesin pencari. Rasanya tak percaya apalagi dua dari tulisan yang di-posting tahun 2013 itu (Mau Sama Kakak dan Hukum Saja) sangat pendek, hanya berupa catatan tentang tingkah-polah anak-anak. Aneh juga rasanya, demi apa coba, para pengunjung itu terjebak masuk ke tulisan itu. Tapi yah, begitulah dinamika dunia blogging. Belum tentu yang terbaik yang direkomendasikan oleh Google kepada para pencari. Tulisan saya buktinya. 😅

10 Tulisan Terpopuler Bulan Ini (dalam 30 Hari Terakhir)

  1. Mau Sama Kakak
  2. Atmaji Sapto Anggoro, Sosok di Balik Tirto.id
  3. Resolusi Sehat: Agar Sakit Jangan Kelamaan
  4. Pengalaman Tak Terlupakan di Masa Pengantin Baru
  5. Belajar dari yang Sukses dan Gagal dalam Berbisnis
  6. Kisah Sepatu Garry Penyelamat
  7. Selamat 11 Tahun Anging Mammiri
  8. Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital
  9. Tas Remaja Jaman Now Seperti Ini!
  10. Melipur Lara dengan HP Murah Impian: Saat Harbolnas, di ShopBack



Tulisan tentang Atmaji Sapto Anggoro dibuat pada bulan Mei lalu. Saya tidak dengan sengaja meletakkan kata kunci yang pas dalam tulisan ini. Bersyukur masih ada yang menemukannya via googling.

Tulisan Tas Remaja Jaman Now Seperti Ini! Dibuat pada bulan Oktober 2017. Saya pernah mendapati tulisan ini ada di halaman pertama Google (coba bantu cekkan, di laman Google Anda, benarkah demikian?). Sudah tentu, saya log out dulu dari akun Google saya, dong. Ngecek yang seperti ini kan tidak boleh saat kita sedang log in di akun Google kita. Karena dalam keadaan akun Google kita sendiri yang aktif, yang tampil di halaman pencarian adalah postingan kita sendiri. Saat membuatnya, saya hanya mengira-ngira kata kunci “tas jaman now” bisa digunakan dan ternyata memang ada yang menggunakannya untuk mencari referensi tas model terkini.

10 Tulisan Terpopuler Pekan Ini

  1. Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital
  2. Mau Sama Kakak
  3. Syarat dan Ketentuan Menulis di Rubrik Opini Harian Fajar
  4. Pengalaman Tak Terlupakan di Masa Pengantin Baru
  5. Menangkap Ikan Gabus Menggunakan Kaki Ayam ?
  6. Tips Memilih Tempat Duduk Kereta Api yang Nyaman
  7. Atmaji Sapto Anggoro, Sosok di Balik Tirto.id
  8. Beda Usia Sama Cantiknya
  9. Resolusi Sehat: Agar Sakit Jangan Kelamaan
  10. Tas Remaja Jaman Now Seperti Ini!


Di pekan ini, tulisan Menangkap Ikan Gabus Menggunakan Kaki Ayam ?– satu-satunya tulisan yang dibuat oleh suami saya di blog ini naik daun lagi padahal tulisan itu diposting tahun 2011. Begitu pun tulisan Atmaji Sapto Anggoro, Sosok di Balik Tirto.id naik daun lagi. Nah, terbukti lagi kan kalau mesin pencari menjadi faktor penentu datangnya pengunjung ke blog kita?


Lalu, apa kesimpulan dari tulisan ini? Hm, saya kira kita sepakat. Sudah terang-benderang adanya bahwa mesin pencari berperan penting. Lalu setelah itu apa? Hm, simpulkanlah sendiri. Lho? 😜 Haha, ya gimana, ini berarti kalau mau makin banyak pengunjung maka SEO harus diterapkan secara optimal. Agak miris saya menuliskan kenyataan ini heuheu soalnya saya agak-agak malas berurusan denga SEO walaupun saya mempelajarinya sedikit-sedikit, sih.


Page views Mugniar's Note hingga pukul 9.24, 31 Desember 2017.

Etapi, satu hal lagi bisa disimpulkan yaitu bahwa secara organik atau alami, sebenarnya kita bisa berharap menulis konten yang bagus juga membuat blog kita berpeluang didatangi pengunjung entah dari belahan dunia mana gitu walaupun tak kita buat SEO friendly. Seperti tulisan-tulisan saya di atas yang saya katakan tak pernah saya sengajai menuliskannya dalam kaidah SEO. Bisa jadi, si Paman Google berbaik hati padamu dan mereferensikan tulisanmu kepada orang-orang yang mencari kebenaran informasi, kan? Eh, abaikan paragraf terakhir haha soalnya butuh waktu lebih panjang. Ngeblog sajalah, dengan niat terbaik demi memperoleh hasil terbaik.

Makassar, 31 Desember 2017

Twins Pizza, Pizza Rumahan yang Sehat dan Enak di Makassar

$
0
0
Jaman now, pizza di Makassar makin dikenal saja. Mulai dari anak kecil hingga kakek-nenek tahu apa itu pizza. Menyebut brand terkenal, terlebih lagi. Malah lokasi restorannya dijadikan warga kota sebagai penanda lokasi. Misalnya, “Di jalan anu yang dekatnya Pizza itu.”


Saya tak ketinggalan, jadi ikut-ikutan suka juga. Apalagi jika pizzanya berlumuran keju. Mau itu ada di adonan pizzanya atau di topping-nya, atau di pinggirannya selalu saja menarik buat saya. Alapagi kalau ada di ketiga bagiannya. Sejak jaman old, saya memang nge-fans berat dengan rasa keju. Mau diapakan pun, keju selalu saja enak.

Makin lama, seiring dengan bertumbuhnya UMKM di kota ini, usaha kuliner rumahan bertumbuh pesat. Beberapa yang saya tahu –yang menjual berbagai jenis makanan sudah pernah saya ulas di blog ini. Yang khusus pizza, baru saya temukan satu di kota ini – namanya Twins Pizza. Twins Pizza ini milik Endang Mokoginta– istri dari adik iparnya adik saya (yang bingung, skip saja ya ke bagian berikut, tidak usah diusut-usut nanti makin bingung hehehe). Pokoknya saya ada hubungan kekerabatanlah dengannya.

Pizza Daging Asap

Oya, sekilas mengenai nama Twins Pizza – mengapa dinamai demikian (siapa tahu ada yang bertanya, kan jadi saya jelaskan memang mi di sini), adalah karena putra sulung Endang dua jejaka kembar: Fakhru dan Fakhri.

Mengenai rasa, bagi saya pizza rumahan ini rasanya enak walaupun adonannya dibuat tanpa campuran telurdan tanpa penyedap rasaplus tanpa pengawet. Ini pulalah keunggulan Twins Pizza yang membedakannya dengan pizza-pizza lain di luar sana. Cocoklah, ya bagi mereka yang sedang menjalankan pola hidup sehat. Sehat untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga mereka yang berusia lanjut.

Pizza Ayam Cincang
Twins Pizza Ayam Jamur Ekstra Nenas Paprika Pinggiran Nugget. Foto: Twins Pizza

Eh, saya belum membahas mengenai jenis-jenisnya, ya? Oke, kita lanjut ke varian Twins Pizza. Yang paling penting itu kan varian pizzanya berdasarkan topping dan extra topping. Oke, Twins Pizza ini terdiri atas 6 jenis: sosis ayam, sosis sapi, daging asap, jamur, ayam cincang, dan tuna. Untuk topping ekstranya, bisa memilih mau yang mana: paprika, nenas, jagung, kentang, keju leleh, atau mayonais (original/pedas).

Masih ada lagi. Boleh pesan pinggirannyadengan sosis sapi, sosis ayam, atau nugget. Plus extra pinggirannya, apakah mau pakai sosis ayam, sosis sapi, nugget, atau keju. Pinggirannya bisa minta di-mix, misalnya sosis dengan keju. Ukuran diameternya pun bisa memilih dari 3 jenis ini: pan kecil 24 cm (harga Rp. 30.000), pan sedang 28 cm (harga Rp. 50.000), dan pan besar 30 cm (harga Rp. 70.000).

Untuk hasil dan rasa terenak mengenai topping dan pinggiran, silakan negosiasi setuntas-tuntasnya dengan Bu Endang, yah.


Keunggulan lain dari Twins Pizza selain tanpa pengawet, tanpa penyedap rasa, dan harganya yang amat terjangkau adalah tetap empuk jika dimakan dalam suhu ruang. Nah, ini juga merupakan pembedanya dengan pizza-pizza lain. Kalau pizza-pizza yang terkenal itu, hanya enak dimakan saat sedang hangat-hangatnya. Begitu suhunya sudah mendingin, menyesuaikan dengan suhu ruang maka akan terasa alot. Jadi, kalau misalnya makannya di malam hari dan sudah merasa kenyang, mau disimpan dulu baru dimakan besok, tanpa dihangatkan pun masih berasa enaknya.

Saya pribadi, paling menyukai kejutan rasa pada extra topping dari Twins Pizza ini. Ada sensasi tersendiri saat mengunyah pizza ketika tiba-tiba yang tergigit adalah jagung atau paprika, atau nenas. Kalau berminat, bisa pesan via WA di nomor: 082350721977. Nanti pengantarannya dengan ojek online, ya jadi sediakan ongkos ojeknya. Sayang sekali, Twins Pizza belum memiliki akun-akun media sosial. Andaikan ada, bisa lebih mudah dan cepat pemasarannya, ya. Ayo Fakhru dan Fakhri, buatkan Ummi akun-akun jualan di media sosial, Nak supaya Twins Pizza makin dikenal warga Makassar. 


Makassar, 3 Januari 2017

Merawat Cinta dengan Kencan Khusus

$
0
0
Merawat Cinta dengan Kencan Khusus - Ibu-ibu, setuju kan kalau merawat cinta dengan suamiitu perlu? Misalnya, dengan sekali-sekali kencan? Kencannya bisa ke kafe atau nonton film di bioskop berdua saja. Nah, kencan kali ini menarik, saya dan pak suami mendatangi tausiyah yang diisi oleh ustadz Syafiq Basalamah. Temanya seputar hubungan suami-istri, bahwa surga dan neraka istri adalah pada suaminya.


Saat saya menceritakan informasi penyelenggaran tausiyah, suami saya langsung menyatakan setuju mengantar dan ikut kajiannya. Senangnya, berarti pak suami sepemahaman dengan saya, dia merasa perlu untuk merawat cinta kami dengan cara ini. Saya berharap, tausiyah ini akan menasihati kami berdua, tidak hanya berat di satu pihak (seperti kebanyakan materi seperti ini). Singkat cerita, pada sore hari tanggal 31 Desember,kami pun tiba di salah satu area di kediaman wali kota Makassar Pak Danny Pomanto, di jalan Amirullah.

Sudah banyak peserta kajian ketika kami tiba namun tampaknya belum terlalu lama acaranya berlangsung sebab saya masih bisa menyimak banyak hal selama berada di sana.
“Jangan sampai Kau nikahkan putrimu tanpa izinnya sebab jangan sampai dia nikah dan masuk neraka nantinya karena tak jalankan kewajibannya sebagai istri!”
Ini adalah hal pertama yang saya simak. Oke, NOTED.

Penuturan ustadz Syafiq menggambarkan bahwa tidak ada pelajaran bagaimana menjadi suami/istri yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya. Ketika seorang ibu mengatakan, akan mengajarkan putrinya dengan mengatakan, “Patuhlah kepada suamimu”, ustadz bertanya balik apakah ibu tersebut yakin anaknya akan menjadi istri yang patuh pada suami?

Beruntung masih bisa dapat tempat duduk di antara padatnya peserta.
“Anak perempuan, kuliah empat tahun, apakah dia belajar jadi istri dan ibu? Yang ada di (kuliah) adalah pelajaran untuk cari duit. Yang laki, belajar jadi suami dan bapak?” pak ustadz menjawab sendiri pertanyaannya dengan kata “TIDAK”.

Padahal, baik laki-laki maupun perempuan, perlu belajar supaya tahu hak dan kewajibannya. Di sini saya menyadari, secara perlahan saya harus dengan sengaja menyelipkan materi pelajaran menjadi istri, ibu, suami, dan bapak kepada anak-anak dalam keseharian kami. NOTED.

Hak dan kewajiban. Baiklah, kita tahu bahwa masing-masing suami dan istripunya keduanya. Ustadz Syafiq berpindah pada kutipan sebuah hadits:
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tentang istri yang seperti ini, saya pernah mendengar dengan telinga sendiri. Sebagai perempuan, saya sendiri tidak setuju dan tidak suka sifat istri yang demikian. Tentunya, tidak lantas semua perempuan seperti ini. Banyak juga yang sangat nrimo dengan keadaan suami. Contoh yang masyhur adalah Khadijahradhiyallahu ‘anha, istri pertama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Khadijah adalah perempuan yang tidak pernah mengungkit kebaikannya dan tidak pernah mengungkit kesalahan suaminya. “Sampai-sampai Allah mengirim salam kepadanya,” pungkas ustadz Syafiq.

Tidak bisa mengambil gambar dari dekat
Selanjutnya, ustadz Syafiq banyak menyebut-nyebut tentang kewajiban istri dan tentang bagaimana istri menyenangkan suami. Misalnya tentang bersolek, tentang bagaimana menghadapi tabiat suami yang pemarah, tentang urusan “khusus” yang sama sekali tidak boleh ditolak istri. Bukan sekadar memenuhi hak suami, jugauntuk menjaga kehormatan suaminya– mengingat di luar rumah banyak pemandangan yang sewaktu-waktu bisa menggerakkan nafsu. Maka bahkan sedang memasak, hentikan ketika urusan yang satu itu mendesak. Atau kalau sudah hendak keluar rumah, urungkan dulu untuk memenuhi hajat suami. Mamak-mamak yang sudah belajar Islam pasti pahamlah, ya apa yang saya maksud.

Oke, saya menerima dengan baik tentang ketentuan kewajiban saya sebagai istri. Saya berusaha menjalankannya dan menjalani kompromi yang manis dengan pak suami. Namun saya tetap menunggu-nunggu giliran suami saya “dinasihati” oleh ustadz. Hingga berakhir acara, hanya sedikit disinggung bahwa hak dan kewajiban itu berimbang pada istri dan suami.

“Istri punya kewajiban yang setara haknya maka seharusnya suami pun memenuhi kewajibannya. Istri yang tidak layani suami – tidak apa-apa selama suaminya tidak marah. Suami pun tidak boleh beribadah semalaman lalu tidak memenuhi hak istrinya,” tutur ustadz Syafiq.


Suami/istri harusnya fokus kepada kelebihan pasangannya, bukan kepada kekurangannya sebab tidak ada manusia yang sempurna. Jangan sembarangan mengucapkan kata “CERAI”. Harus paham hukumnya. Sebab cerai-rujuk hanya dua kali dalam Islam. Kalau suami sudah berkali-kali mengucapkan kata CERAI atau me-lafaz-kan kata-kata yang berarti TALAK telah jatuh, dianjurkan untuk berkonsultasi kepada ahlinya, apakah memang telah jatuh talak. Jangan sampai talak 3 telah jatuh. Dan itu berarti perpisahan yang tidak mudah disatukan kembali.

Kencan kali ini me-refresh saya untuk mengingat kembali peran saya sebagai istri. Seperti yang sudah saya bilang di atas, saya menerima hokum Islam mengenai apa dan bagaimana seorang istri. Namun tetap saja saya tergelitik untuk mengatakan hal ini dalam perjalanan pulang kepada pak suami, “Lebih berat untuk istri, ya pembahasannya. Saya menunggu sampai jam lima lewat. Ternyata suami tidak disinggung secara khusus.”

“Saya sudah duga kita’ akan berpikir begitu. Saya juga tunggu-tunggu, kapan dibahas tentang suami,” ungkap pak suami. Mengetahui hal ini, saya senang. Perjalanan sederhana ini jadi kencan yang indah bagi saya. Mengingatkan saya lebih 18 tahun yang lalu ketika biduk ini baru ditegakkan. Ketika kekasih hati ini memberikan buku berjudul Bagaimana Membahagiakan Suami. Saat itu tak tahan saya katakana, “Kenapa, ya selalu ditekankan kepada istri. Kan suami juga punya kewajiban?” – sebenarnya tidak persis seperti itu, sih kata-katanya, tapi kurang lebih begitulah. Lalu pak suami memperlihatkan buku “tandingan”-nya. Sembari tersenyum lebar, dia memperlihatkan sebuah buku berjudul Bagaimana Membahagiakan Istri. Ah, kencan yang so sweet. Isn’t it?

Makassar, 11 Januari 2017

Keterangan:
Gambar paling atas dan paling bawah berasal dari Pixabay.com

Baca juga tentang buku duet saya:



Cara Menggunakan dan Merawat Bor Bosch untuk Keperluan Rumahtangga

$
0
0
Pekerjaan yang saya hindari di rumah adalah mengerjakan pekerjaan pertukangan seperti membuat lubang di dinding untuk mempermudah pemasangan furniture atau sejenisnya yangkesemuanya mengandalkan alat bernamabor. Alat yang satu ini memiliki fungsi yang bisa melubangi benda kerja atau sebuah media, baik itu kayu, kaca maupun tembok. Biasanya yang menggunakannya adalah pekerja bangunan untuk menunjang kebutuhan mereka. Namun tidak dipungkiri,di dalamlingkup rumahtangga,kita kadang-kadang membutuhkan alat tersebut. Misalnya untuk memasang kipas angin di dinding, memasang paku di dinding, dan untuk melubangi pintu. Yang terakhir ini, pernah dilakukan di rumah, ketika si sulung masih sangat kecil dan terkunci sendiri di dalam kamar. Untungnya pak suami memiliki bor listrik yang digunakan melubangi daun pintu. Tidak sulit mendapatkannya di pasaran. Pilihan mereknya banyak, salah satunya adalah bor Bosch.


Saya kira banyak yang mengenal Bosch. Saya saja ngeh dengan merek yang satu ini. Pernah beberapa kali tertangkap oleh mata saya tulisan BOSCH, lalu masuk ke dalam memori karena eye catching. Kata pak suami, merek ini memang termasuk yang terbaik. BorBosch memang tawarkan banyak sekali nilai lebih dibandingkan dengan yang lainnya, diantaranya adalah:
  1. Jaminan kualitas. Mesin bor dibekali dengan bahan yang berkualitas makanya bisatahan lama. Sangat cocok untuk Anda yang mempertimbangkan kualitas dalam memilih produk.
  2. Bor terdiri atas dalam 2 pilihan yang lengkap. Ada seri bor duduk maupun tangan. Tinggal memilihnya sesuai kebutuhan.
  3. Bor dari brand ini mudah digunakan, cara kerjanya atau pakainya tergolong cukup mudah, sehingga memungkinkan Anda melubangi benda kerja secara cepat di rumah.
Mungkin sesekali ibu-ibu perlu menggunakan bor listrik, ya. Boleh-boleh saja, dengan catatan perhatikan keselamatan ketika menggunakannya. Misalnya, usahakan mata Anda terlindungi dari percikan serpihan saat menggunakannya. Selain itu, jangan langsung mengebor dengan kecepatan tinggi – mulailah dari kecepatan terendah yang dinaikkan secara perlahan (ini tips dari pak suami). Selain keselamatan saat menggunakannya, harus pula diperhatikan perawatannya agar bisa tahan lama.

Pegang bornya dengan kedua tangan

Berikut ini ada beberapa tips dalam merawat bor listrik, yaitu:

  1. Bersihkansegera setelah digunakan. Kenapa? Karenasetelah dipakai biasanya mata bor akan penuh dengan serpihan dari benda kerja yang dilubangi tersebut. Misalnya serbuk kayu dan yang lainnya. Agar tahan lebih lama, maka lakukan perawatan. Caranya mudah, koq. Yaitu dengan cara membersihkan bagian mata bor tersebut. Cukup dilap saja menggunakan kain kering, tak perlu menggunakan lap basah.
  2. Simpan dengan tepat. Proses penyimpanan dan tempatmenyimpannya amat sangat mempengaruhi kondisi mesin bor. Nah, bagi Anda yang punya anak kecil, pastikan tempat penyimpanannya aman dan bebas dari jangkauan buah hati. Simpanlah mesin tersebut di dalam sebuah lemari khusus yang terkunci rapat bersama perkakas lain yang sejenis agar mudah mencarinya.
  3. Pakai mesin bor sesuai dengan kebutuhan. Proses pemakaian juga harus dilihat, ada kalanya menggunakan mata bor yang tidak sesuai dengan fungsi, misalnya saja ingin melubangi sebuah tembok, namun yang dipakai adalah mata bor untuk pelubang kayu, hal ini akan membuatnya jadi mudah tumpul dan juga rusak, jadi pastikan selalu memakai secara tepat.
  4. Setelah digunakan, lepaskanlah mata bor dengan benar. Kemudian simpan di tempat berbeda, hal ini juga sering kali dilupakan oleh banyak orang, dimana mereka hanya sebatas memasang tanpa mau mencopotnya kembali. Jangan sembrono karena akan berdampak pada pemasangan mata bor yang lainnya kemudian. Mata bor yang tidak segera dibuka, kelak bisa sulit dibuka ketika hendak menggantinya dengan yang lain.
  5. Jika ada masalah dengan bor Anda, jangan asal memperbaikinya sendiri.  Serahkan kepada ahlinya untuk menghindari terjadinya kerusakan yang lebih parah.
Setidaknya itulah langkah sederhana dalam perawatan mesin bor Bosch (dari berbagai sumber) agar bor tidak mudah rusak dan bisa dipakai untuk waktu yang lama untuk keperluan rumahtangga Anda. Jangan lupa,beli produk yang asli di situs belanja onlineterpercaya, ya.


Makassar, 14 Januari 2018

Keterangan: 
Kedua gambar berasal dari www.bukalapak.com

Camilan Manis Kesukaan Anak, Amankah?

$
0
0
Sebagai salah satu dari 10 negara penghasil pisang terbesar di dunia sejak dulu wajar jika di Indonesia kita selalu melihat buah pisang ada di pasaran. Beruntung sekali kita, ya, efeknya beragam camilan pisang, mulai dari yang segar sampai yang kering, mulai dari kue basah hingga es krim mudah sekali ditemukan di Indonesia. Kandungan antioksidan, ditambah aneka vitamin dan nutrisi lainnya seperti magnesium, vitamin C vitamin B6, protein, serat makanan, riboflavin, niasin, zat besi, dan lain-lain menjadi salah satu alasan mengapa pisang perlu kita konsumsi.

Senang sekali saya menyaksikan si bungsu mengonsumsi buah pisang dengan lahapnya. Suatu ketika dia menghabiskan 6 buah berturut-turut dan bersiap melahap 8 buah lainnya. Dengan paniknya, saya menahannya karena dia belum makan siang. Takutnya dia tidak makan nasi lagi setelah itu dan takut ada reaksi negatif pada tubuhnya karena kelebihan pisang.


Tapi saat adik ipar dari Sorowako datang, dia mengatakan justru itu bagus buat putra saya itu karena pisang menghasilkan energi yang besar, membuat orang kenyang tetapi tidak bikin gemuk. Dia juga menceritakan kawannya yang kuat berenang berkilo-kilometer jauhnya setelah mengonsumsi buah berwarna kuning ini.

Wah justru cocok buat si bungsu ternyata, ya supaya dia tidak sering-sering makan nasi. Soalnya sekali makan nasi (di waktu siang atau malam), dia bisa melakukannya dalam 2 – 4 sesi. Seiring pertambahan usianya, kalau tidak dibatasi, dia akan menggemuk dan sangat gemuk nantinya. Saya pun pernah mengikuti parenting talkshow yang nara sumbernya – seorang ahli gizi mengatakan bahwa konsumsi gula, minyak, dan garam pada anak harus dibatasi supaya anak tidak mudah obesitas dan terkena penyakit-penyakitberbahaya seperti diabetes dan tekanan darah tinggi yang nantinya bisa memicu stroke, misalnya. Terbayangkan, kan kalau orang dewasa bisa makan nasi 5 – 8 piring sehari karena terbiasa sejak kecil? Makanya saya waswas dengan kesukaannya ini dan berusaha mencegahnya supaya tidak obesitas dan mudah kena penyakit degeneratif.

Karena kesadaran ini, khusus untuk olahan pisang, saya lebih memilih camilan pisang kepok rebus untuk anak-anak. Kalo pisang kepoknya plain saja, mereka tidak suka. Berbeda ketika dilumuri susu kental manis (SKM) lalu ditaburi keju parut, maka dengan cepat sajian pisang rebus ludes.

Seperti dengan jenis makanan lainnya, makanan olahan pisang memang berjodoh dengan SKM, ya. Jenis-jenis camilan pisang seperti pisang goreng nugget dan pisang epe’ (makanan khas Makassar, berupa pisang kepok yang dipanggang lalu dipipihkan) pun menggunakan SKM sebagai garnish (hiasan)-nya. Jangankan anak-anak, saya pun suka sekali camilan seperti itu dilumuri SKM dan keju banyak-banyak. Bukan hanya tampilan makanannya yang cantik, rasanya pun mampu menggoyang lidah.

Pisang epe', nikmat dengan susu kental manis.

Rasanya yang manis membuat anak-anak menyukai SKM. Menjadi bagian dari makanan saja enak, terlebih jika diminum. Kalau minumnya tidak berlebih ya tidak mengapa sesekali saja, asalkan tidak rutin. Saya menghindari SKM ada di dalam rumah karena ketiga anak saya penyuka susu. Susu apapun itu, bisa diminum berkali-kali dalam sehari. Untuk susu bubuk saja perlu ada batasannya. Terlebih lagi untuk SKM. Mengapa? Karena kandungan gulanya yang tinggi sekali!  

Saya teringat beberapa bulan lalu, sangat ramai di media sosial dan media online pembahasan mengenai ketidaktepatan SKM dijadikan konsumsi rutin anak-anak, apalagi bayi dan anak yang berusia di bawah 3 tahun. SKM mengandung 90% gula[1]. Beredar pula di media-media itu keprihatinan SKM dikonsumsi rutin sebagai alternatif pengganti ASI dan susu bubuk karena harganya yang murah, mengingat masih banyaknya masyarakat kita yang tergolong miskin.

Seperti yang kita ketahui, saat ini gizi balita di Indonesia berada di bawah standard yang ditetapkan World Health Organization (WHO), yaitu di bawah 10%[2]. Menyedihkannya, angka kemiskinan yang dicatat melalui indeks kedalaman kemiskinan atau poverty gap dan indeks keparahan kemiskinan atau poverty severity index meningkat pada tahun 2017[3]. Konon, faktor kurangnya pengetahuan ibu dari latar belakang keluarga miskin membuat banyaknya balita mengonsumsi SKM setiap harinya. Tidak mengherankan, saya pernah berbincang dengan seorang nenek yang memberikan SKM kepada cucunya yang masih berusia 1 – 2 tahun. Padahal untuk anak usia itu, ASI adalah susu yang terbaik baginya.

Iklan SKM yang gencar di televisi, dengan bintang iklan anak-anak mengesankan susu jenis ini memang cocok untuk anak-anak[4], ditambah dengan makin mudahnya mendapatkan SKM dalam bentuk sachet di warung-warung membuat masyarakat kita hingga yang bermukim di pelosok makin mudah mendapatkan susu ini. Hal ini memprihatinkan namun semoga saja masih ada harapan untuk menggencarkan edukasi bahwa SKM tidak cocok dikonsumsi setiap harinya, kalau diminum hanya sesekali dan dijadikan garnish, oke tapi bukan untuk diminum berkali-kali setiap hari.

Sumber: https://tirto.id/berapa-banyak-gula-dalam-susu-kental-manis-cw6V

Penelitian Laureane N. Masi yang dipublikasikan pada tahun 2017 menunjukkan betapa berbahayanya dampak SKM bagi tubuh bila banyak dikonsumsi. Laureane membandingkan 6 mencit yang diberi susu tinggi lemak, susu kental manis, dan susu kental tidak manis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dibandingkan susu jenis lain, susu kental manis cenderung meningkatkan insulin lebih tinggi, selain berpotensi meningkatkan berat badan[5]. Nah, potensi mendatangkan penyakit diabetes besar kan, ketika kadar insulin dalam tubuh meningkat? Bisa bayangkan masa depan bangsa kita jika anak-anak bangsa yang hidup dalam garis kemiskinan dengan mudahnya terdampak penyakit ini? Yuk, ah batasi anak-anak kita konsumsi susu kental manis seperlunya saja. Jangan menjadikannya kebiasaan.

Makassar, 16 Januari 2018


Catatan kaki:



[1] Lihat https://www.jawapos.com/read/2017/07/31/147787/kandungan-gula-susu-kental-manis-tinggi-produsen-diminta-beri-edukasi dan https://bolehkah.com/206/bolehkah-anak-1-tahun-minum-susu-kental-manis.html.

[2]Lihat http://www.mediaindonesia.com/news/read/85547/gizi-anak-indonesia-masih-di-bawah-standar-who/2017-01-02.

[3]Lihat https://www.viva.co.id/berita/bisnis/995859-indeks-kedalaman-kemiskinan-ri-meningkat-pada-2017 dan http://bisnis.liputan6.com/read/3025513/bps-tingkat-kemiskinan-di-ri-makin-parah-selama-6-bulan.

[4] Lihat https://www.jawapos.com/read/2017/09/20/158239/berkaca-iklan-susu-kental-manis-ylki-ada-misleading-informasi dan https://news.detik.com/kolom/d-3577544/susu-kental-manis-yang-bukan-susu.

[5] Lihat: https://tirto.id/berapa-banyak-gula-dalam-susu-kental-manis-cw6V

Rumahtangga: Kompromi Atau Masalah

$
0
0
Rumahtangga: Kompromi Atau Masalah - Banyak hal yang harus ditimbang-timbang setiap harinya dalam kehidupan berumahtangga. Salah satunya adalah bagaimana bersikap kepada suami, sekaligus mengatasi ketakutan akan pandangan orang lain.

Saya kasih tahu sama para perempuan lajang, ya, biar siap. Menikah itu bukan yang enak-enaknya saja. Salah satu yang tidak enaknya adalah ketika penampilan suami dan anak-anakmu berantakan maka istri/ibu yang akan disoroti oleh masyarakat. "Ih, tidak diperhatikan sama istri/ibunya!" (hayo yang baca, ada yang suka berprasangka begitukah? 😁)


Orang-orang berkicau saja padahal di belakang itu, mereka tak tahu usaha sang ibu/istri seberapa kerasnya agar tak muncul suara sumbang macam itu.

Kalau suamimu sangat kompromi dan mau saja diatur semua penampilannya olehmu, bersyukurlah. Tapi kalau dia terlalu cerdas dengan memberikan jawabannya sendiri maka kau yang harus berkompromi.

Berkali-kali saya protes kepada pak suami, "Nanti orang bilang saya yang tidak perhatikan ki', Kak!"

"Biar saja, mereka yang berdosa, bukan saya," jawabnya sembari nyengir.

Maka berkali-kali pula saya terdiam dalam senyum. Apa yang dikatakannya benar, soalnya. Dan kalau saya ngotot, dia akan mengeluarkan kisah anak - bapak - keledai yang berjalan dan bergantian naik di atas keledai lalu memanggul keledainya gegara mereka sibuk memperhatikan pendapat masyarakat:


"Anak keterlaluan, tak kasihan ayahnya"à maka gantian ayah yang naik.

"Ayah keterlaluan, tak kasihan anaknya"à maka gantian mereka berdua naik.

"Manusia macam apa, tak kasihan pada keledainya"à maka mereka memanggul keledainya.

Inti kisah ayah – bapak – keledai ini adalah: tak ada habisnya kalau mendengarkan apa kata dunia! 😅

Alhamdulillah, saya menemukan kompromi yang manis. Karena saya memang jauh lebih menghargai otak dan hati suami saya maka saya tak terlalu cereweti beliau soal penampilan. Saya pun lebih menghargai figurnya sebagai nonstop learning man yang memicu saya untuk berusaha tak berhenti belajar pula.

Semua itu jauh lebih penting daripada penampilan, bukan? Tak banyak sosok sepertinya di muka bumi ini – dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya yakin. Saya pun tahu persis bahwa suami saya juga sudah berkompromi sedemikian rupa dengan segala kekurangan saya. Yeah, pernikahan itu usaha baik dari kedua belah pihak, kan? Suami-istri bergerak ke arah (tujuan) yang sama, kan?

So, jika kalian menikah nanti saudara-saudariku, temukan terus kompromimu karena seumur hidupmu akan bergelut dengan kompromi yang memaksamu never stop learning. Kalau berhenti belajar, niscaya masalah besar mengguncang bahteramu!

Dari: https://tafsirq.com/24-an-nur/ayat-26

Yang muslim wajib meyakini ayat ini:
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). - Q. S. An-Nur: 26

Maka mari memantaskan diri untuk menjadi yang terbaik agar mendapatkan yang terbaik dan ketika berkompromi – mudah menemukan kompromi yang manis, bukan yang pahit. Percayalah, selama hidup, masalah tidak pernah berhenti mengujimu.

Yang suka berprasangka, mari menjauhi prasangka sebab penampilan seseorang bukanlah urusan kita dan penampilan kita pun belum tentu layak pula di mata orang lain (ini catatan buat saya juga). Sesungguhnya, yang jauh lebih penting adalah memperbaiki softwarediri sendiri.

Semoga #JumatBerkah bagi semua.


Yervi Hesna: Secuil Kisah Tentang ASI dan Perjuangan Melawan Kanker Payudara

$
0
0
Dua hal yang mengingatkan saya tentang Yervi Hesnablogger Padang yang juga berprofesi sebagai dosen jurusan Teknik Sipil di Universitas Andalas ini adalah: sosoknya sebagai pejuang ASI dan pejuang kanker payudara. Mengapa demikian?



Pejuang ASI


Karena kami pernah berinteraksi perihal tulisan tentang ASI. Mom blogger yang juga menjadi sekretaris di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) cabang Sumatera Barat ini menghubungi saya dan bertanya tentang tulisan perjuangan memberikan ASIkepada anak-anak yang pernah saya tulis di blog. Waktu itu dirinya sedang berusaha menyusun antologi tentang ASI untuk AIMI Sumatera Barat.

Saya senang dihubungi olehnya. Sebagai sesama ibu yang menyusui putra-putrinya dan berkeyakinan bahwa ASI adalah yang terbaik dari Allah untuk buah hati, kami sama-sama bersemangat menuliskan pengalaman, dengan harapan bisa bermanfaat bagi orang lain. Karena memberi ASI memang butuh perjuangan akibat aneka tantangan dan hambatan di sekitar kita.


Beberapa tulisan Yervi tentang ASI bisa dibaca pada bagian/label ParenThink di blognya, seperti: Booster ASI Itu Suatu Keharusan Atau Cuma Sugesti?, Ibu Indonesia, Please Say No To 'Dot', dan Menyusui Di Depan Umum, Kenapa Tidak?
Sebelum menjawab apakah Booster ASI itu perlu atau tidak, sebaiknya ibu menyusui/ibu hamil harus tahu dulu tentang hormon-hormon yang bekerja yang mempengaruhi mekanisme produksi ASI. Ada dua hormon yang bekerja dalam proses menyusui yakni hormon Prolaktin dan hormon Oksitoksin. Hormon Prolaktin diproduksi di kelenjar Pituitari Depan yang berfungsi untuk merangsang Alveoli di payudara memproduksi ASI. Isapan bayi saat menyusu menyebabkan sinyal dikirim ke Hipotalamus, selanjutnya Pituitari depan akan memproduksi hormone Prolaktin yang kemudian kan beredar di dalam darah. - Booster ASI Itu Suatu Keharusan Atau Cuma Sugesti?

Pejuang kanker payudara


Seingat saya, di tahun 2015 saya pernah membaca tulisan Yervi Hesna ketika divonis terkena kanker payudara. Waktu itu blog yang digunakannya berakhiran “ac dot id”. Setelah itu saya pernah melihatnya share link-link tulisan tentang kanker payudara di media sosial. Beberapa tulisan tentang kanker dibuat secara kolaboratif dengan Indah Nuria – blogger yang juga pejuang kanker payudara. Salah satunya bisa dibaca di tulisan yang ini: #WeTalkAboutCancer : First Time I Found Cancer In My Breast.


Di blog Yervi ada label Aku dan Kankeryang berisi tulisan-tulisan mengenai pengalamannya berjuang melawan kanker payudara. Saya merekomendasikannya buat Anda yang mencari bacaan tentang ujian yang menjadi momok bagi kaum perempuan sedunia itu. Di antaranya: 5 Facts About Breast Cancer You Have To Know, #WeTalkAboutCancer : Haruskah Anak-anak Tahu Tentang Sakit Ibunya?, Ketika Kemoterapi Harus Dihadapi, dan yang terbaru adalah Pasien Kanker, Dilarang Malu!

Oh ya sudah tahu istilah The Golden Hand ya. Jadi karena payudara saya yang di mastektomi adalah payudara kanan, maka tangan kanan saya dianggap sebagai golden hand. Artinya tangan kanan tidak boleh dibebani secara berlebihan dan tidak boleh dipergunakan sebagai jalur transfusi obat-obatan. Jadinya tangan kiri yang selalu diubek-ubek, baik untuk pemeriksaan darah, penggunaan injeksi obat dan sebagainya. Sayangnya tenaga medis di Padang, ketika saya operasi dulu, sama sekali tidak menginformasikan tentang Golden Hand ini. - Ketika Kemoterapi Harus Dihadapi

Sudah lama saya tak menyimak kisah-kisah Yervi dengan perjuangannya. Hingga baru-baru ini, dari tulisan berjudul Pasien Kanker, DIlarang Malu! yang baru tayang tanggal 20 ini, saya merasa senang membaca kalimat
Sebagai [mantan] pasien kanker payudara tentu saja menyarankan supaya teman tersebut segera menemui dokter bedah onkologi”.
Well, ada kata "mantan"ini berarti kabar baik, kan?  


Menyenangkan berkelana di blog Yervi. Banyak hal bermanfaat yang bisa diperoleh. Tak hanya soal perjuangan melawan kanker payudara dan perjuangan memberikan ASI. Ada pula bahasan lain seputar parenting, dunia kampus, pernikahan, review, sosok, plesiran, kehidupan, dan lain-lain. Coba saja, deh betandang ke sana untuk membuktikan perkataan saya.

Makassar, 23 Januari 2018

Keterangan:
Gambar paling atas diambil dari rockingmama.id. Gambar-gambar lainnya berasal dari www.yervihesna.com.

Tulisan ini dibuat untuk Arisan Link Grup 4 Blogger Perempuan



Baca juga:

Merindu Sang Pembuat Telur Mata Sapi Gepeng

$
0
0
Bulan ini tulisan di blog ini tak sebanyak bulan-bulan lalu. Adanya musibah di keluarga kami membuat saya harus jauh lebih banyak menyediakan waktu di dunia nyata ketimbang mengurusi blog dan media sosial. Ibu mertua saya, di penghujung tahun lalu mengalami serangan jantung ketiga (akibat kelelahan yang teramat sangat) hingga dari rumah sakit Pare pare harus dirujuk ke Pusat Jantung Terpadu di kawasan Universitas Hasanuddin. Beruntung beliau hanya 10 hari di rumah sakit. Tidak seperti kejadian di tahun 2016 lalu, saat terjadi serangan pertama dan kedua – saat itu beliau harus dirawat inap selama 40 hari.

Suami saya menjaga ibunya selama sakit di Pare pare hingga Makassar. Sudah kewajibannya demikian, seperti juga ketika 40 hari di tahun 2016 itu. Maka dari itu, waktu saya harus jauh lebih banyak dialokasikan ke dunia nyata karena pak suami yang biasanya bersama-sama bahu-membahu mengerjakan banyak hal di dalam rumah dan mengurusi anak-anak tidak ada. Seperti soal antar-jemput anak, harus saya kerjakan sendiri hingga memasakkan anak-anak. Kalau sesekali anak-anak meminta “telur mata sapi gepeng” pada ayahnya sehingga saya boleh berlega hati, kali ini tak ada Papa.


Si Papa menemukan formula telur mata sapi yang membuat dua anak terkecil senantiasa meminta dibikinkan. Buatannya memang berbeda dengan telur mata sapi yang biasa saya buat. Telur mata sapi buatannya pipih dan minim minyak goreng.

Suatu ketika saya pernah membuat Athifah marah. Ketika itu dia meminta papanya yang membuatkan telur mata sapi tetapi karena lupa, saya membuatkannya ala saya. Alhasil dia menolak memakan telur mata sapi buatan saya dan tetap meminta papanya membuatkan sembari ngomel-ngomel. Saat pak suami mengatakan supaya saya belajar, saya ogah. “Biar saja, supaya mereka punya hal yang dirindukan dari Papa, toh?” saya berkilah. Saya perlu dalih, dong supaya saya bisa sering-sering beristirahat. Jangan sedikit-sedikit harus saya yang melakukannya, iya kan? 😝

Namun saat ibu mertua dirawat di rumah sakit saya harus menerima kalau “semua harus Mama yang melakukan”. Anak-anak sesekali membantu, sih tapi tetap tak seperti kalau ayahnya yang membantu. Tapi, yah semuanya tetap harus diterima dengan lapang dada sembari mengingatkan diri untuk menjaga kesehatan dan mengingatkan pak suami akan kesehatannya pula.

Athifah yang paling lebay ketika tak ada papanya. Beberapa kali dia menangis. "Rindu papa", katanya. Bahkan suatu malam, dia membawa foto Papa di dekatnya sebelum tidur. Saya tertawa dan meledeknya, “Istrinya saja tidak begitu, masa’ Kamu begitu?” Namun demikian saya senang karena itu berarti ada Papa di hatinya. Keusilan pak suami kepada putri satu-satunya selama ini, tak membuatnya jauh dari putrinya. Athifah merindukannya hingga air matanya berlinang-linang! Kabar bagus, bukan?

Saya masih ingat ketika 40 hari pak suami nyaris tak pulang pada tahun 2016 lalu. Ketika itu ibu mertua 10 hari di rumah sakit di Pare pare, dirujuk ke RS Wahidin selama 30 hari di ICU jantung. Selama itu, hanya dua kali pak suami pulang, itu pun hanya sekira 1 – 2 jam saja. Bukan main merindunya si putri mungil. Saat kami ke rumah sakit menjenguk neneknya, setiap pulang pasti ada drama. Athifah akan memeluk erat papanya sebelum naik pete’-pete’ (angkot), berlanjut dengan dia menangis sesenggukan hingga beberapa saat setelah pete’-pete’ meninggalkan rumah sakit.

Berbahagialah ketika anak-anak menunggu kepulanganmu, wahai Ayah.
Si bungsu Afyad kali ini lebih menerima kalau papanya tak pulang karena menjaga Nenek di rumah sakit tapi setiap saat dia bertanya dengan cadelnya, “Jam belapa Papa pulang?” Si sulung Affiq sesekali menanyakan papanya. Dia tentu paham sekali dengan kondisi kami. Bagi saya, anak-anak menanyakan papanya itu pertanda bagus, bahwa ada Papa di hati mereka. Mengerikan kalau anak-anak kita tak hendak bertanya-tanya kita ke mana setelah sekian lama tak pulang-pulang, bukan? Jangan dikira tidak ada anak yang merindukan orangtuanya, lho. Anak-anak yang tak merindukan orangtuanya ada!

Lalu saya bagaimana? Tidakkah saya kangen? Tentu saja saya kangen. Mamak juga manusia, kan? Kami tak pernah berpisah lama selain karena pak suami harus menjaga ibunya di rumah sakit. Lha setiap harinya saja kalau pak suami pergi saya menanti kepulangannya dengan penuh harap dan baru tenang ketika dia sudah tiba di rumah. Tapi saya bukan tipikal orang yang memperlihatkan rasa kangen ... ehm kecuali saat sedang berdua saja. Ekspresi saya biasa saja tapi hati saya memendam rindu. Uhuy. Wajarkan, yah, namanya juga suami-istri.

Walau merindu, saya bahagia pak suami mau merawat ibunya. Dengan telaten beliau mengurusi makan ibundanya hingga buang airnya. Dengan cekatan mencari tahu perihal penyakit ibunya, hingga memberikan semua obatnya dengan takaran yang sudah ditentukan. Dengan cerdas mencari suplemen yang bisa membantu mempercepat proses pemulihan ibunya. Saat baginya untuk birrul walidain. Alhamdulillah-lah, masih diberi kesempatan berbakti kepada ibunda. Saya berharap, anak-anak menyerapnya sebagai pengetahuan dan sebagai “keharusan” bahwa seperti itulah seharusnya seorang anak kepada ibunya. Semoga.


Makassar, 23 Januari 2018
Viewing all 2044 articles
Browse latest View live
<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>