Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all 2021 articles
Browse latest View live

Lagi, Satu Ramadhan Berlalu

$
0
0
Lagi, satu Ramadhan berlalu. Entah tahun depan akan berjumpa Ramadhan lagi.

Teringat begitu banyak kekurangan dalam beribadah. Begitu banyak kemungkinan dosa terbuat.

Teringat sudah begitu banyak tulisan yang saya buat. Begitu banyak lisan yang terkatakan. Entah sudah berapa banyak hati yang tergores karenanya.


Teringat sejumlah kritik yang telah terlontar melalui blog ini, pun melalui media-media sosial sementara diri ini sama sekali bukanlah sosok yang sempurna.

Teringat janji yang pernah terucapkan entah sudahkah atau belumkan saya tepati.

Oh, Allah ... berdosanya saya.


Teringat entah berapa banyak permintaan yang tak bisa saya penuhi. Teringat rasa gerah ketika dituntut bahkan diajari oleh mereka yang merasa lebih tahu daripada saya. Sementara pihak sana juga mungkin merasakan kesebalan yang sama dengan saya. Teringat interaksi dunia maya dengan begitu banyak kawan yang mungkin saja menggoreskan kekecewaan di pihak sana.

Ya, Allah, semoga mereka mau memaafkan saya.

Karib dan kerabat, jika saya pernah menorehkan rasa tak enak ketika berinteraksi dengan kalian. Mohon supaya dimaafkan. Kalau tak ikhlas memaafkan saya, mohon dikabari apa yang harus saya lakukan agar dirimu ikhlas.

Taqabbalallahu minnaa wa minkum
Mohon maaf lahir dan batin.

Makassar, 5 Juli 2016




Pemanasan Dulu, Setelah 12 Hari

$
0
0
Ini “liburan” terpanjang bagi saya. Saya benar-benar kesulitan meluangkan waktu untuk menulis akhir-akhir ini. Hari-hari saya penuh kesibukan dengan keluarga besar. Namun demikian menyenangkan, sih sebenarnya. Kapan lagi momennya bisa dekat dengan keluarga kalau bukan saat (libur) lebaran?

Ada banyak peristiwa yang tak/belum terekam di blog ini. Seperti perpisahan SMP-nya si sulung,  pengalaman menjadi nara sumber di DiLo Makassar, keadaan beberapa tempat di Makassar menjelang lebaran, shalat Id di lapangan masjid dekat rumah, pengalaman menghadiri reuni SMA dan kampus, menjadi nara sumber di Kompas TV Makassar, dan yang terakhir: mappettuada’[1]-nya keponakan. Selain itu, ada lomba yang tak sempat saya ikuti dan beberapa ide yang kini telah menguap entah ke mana.

Lapak Rian, di Pasar Got
Bersamaan dengan itu, semangat menulis saya sedang berada di titik mendekati nadir. Saya kira, saya perlu memberi waktu sedikit untuk mengistirahatkan diri. Nyatanya tak sedikit. Ini sudah 12 hari sejak saya posting tulisan terakhir.

Saat ini, sepertinya saya butuh pemanasan dulu. Sekadar menuliskan beberapa hal yang melintasi benak dan perasaan.

Kemarin, saat belanja sayur di lapak langganan di Pasar Solongang (Pasar Got), saya terkesan untuk yang ke sekian kalinya dengan perilaku Rian yang memberikan banyak bonus tomat kepada kami. Ketika terjalin interaksi"suka sama suka", Rian akan berbaik hati memberikan bonus tanpa diminta.

Lelaki muda berputeri satu yang hampir selalu ditemani istrinya berjualan ini pun selalu ramah menegur para pembelinya dan mengajaknya bercakap-cakap tanpa canggung.

Mulanya saya kira dia akan berbaik hati pada semua orang yang sudah terhitung lama berbelanja di lapaknya. Namun tidak demikian juga. Suami saya bercerita suatu kali ia mendengar seorang pembeli menawar harga. Rian tak mau turunkan harga. Kata orang itu, "Kan langganan maki'[2]."

"Siapa bilang langganan. Kalau datang ke sini pakomengaku langganan[3]," dengus Rian ketika orang itu pergi.

Saya tercenung. Secara tak disadarinya, Rian memahami prinsip jual beli dalam Islam, yaitu: SUKA SAMA SUKA. Maksudnya, dalam interaksi jual-beli, pembeli dan penjual haruslah sama-sama rela dengan harga yang disepakati. Jangan sampai ada salah satu dari mereka yang merasa berat atau ter-zhalimi.
“Bila dua orang telah berjaul-beli, maka masing-masing dari keduanya memiliki hak pilih, selama keduanya belum berpisah dan mereka masih bersama-sama (satu majlis).” (Riwayat Al Bukhary no: 4917, dan Muslim no: 1531, dari hadits riwayat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu)
Biasanya kan pembeli memaksa-maksa minta bonus sementara pedagangnya tak rela. Atau pedagang dengan semena-mena menetapkan harga dan melakukan segala cara agar pembeli mengambil barang dengan harga yang telah dia tetapkan.

Tetapi tidak demikian dengan Rian. Di mata saya, ia terlihat berusaha untuk ikhlas dengan cara yang sederhana.

Makassar, 17 Juli 2016






[1] Prosesi pelamaran resmi, keluarga calon mempelai laki-laki ke keluarga calon mempelai perempuan dalam adat Bugis.
[2]Kan langganan maki’ = Kan kita sudah langganan (Makassar).
[3] Kalau datang ke sini pako mengaku langganan = Hanya saat datang ke sini baru kamu mengaku langganan (Makassar).

Ikan Murah ... Ikan Murah ...

$
0
0
Saya beruntung, bersuamikan orang yang sudi berlelah-lelah menemani istrinya ke pasar ikan lalu setelah itu sudi membantu membersihkan ikan atau mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Inilah keberuntungan yang sekaligus hal yang romantis bagi saya.

Pasar ikan di jalan Rajawali, Makassar
Sejak tahu, harga ikan di pasar ikan di jalan Rajawali jatuhnya bisa lebih murah di siang hari, saya lebih suka ke sana pada siang hari. Ba’da zuhur, malah. Suami saya pun asyik-asyik saja meladeni kemauan istrinya ini. Kan tidak tiap hari juga. Keterlaluan kalau beliau nolak kemauan istri yang lagi berusaha berhemat ini.

Alasan mengapa harga ikan bisa lebih murah – bahkan jauh lebih murah, adalah karena si pedagang sudah mau pulang dan ingin menghabiskan dagangannya secepat mungkin. Bukan itu alasan utamanya, sih. Alasan utamanya adalah karena ia sudah untung. Modalnya sudah balik. Jadi, dijual dengan teramat murah pun tak mengapa. Daripada balik lagi ke rumah dengan sejumlah ikan, kan?

Lantas, apakah ikan yang saya beli di jam segitu masih bagus? Masih segar? Masihlah. Walaupun tak sesegar jika dibeli saat ikannya baru saja naik, jam segitu ikan-ikan yang dijual di pasar ikan masih cukup segar. Masih enak.

Lumayan kan, kalau bisa dapat ikan katamba sebelas ekor seharga tiga puluh ribu rupiah?

Tidak percaya? Buktikan saja sendiri! J


Makassar, 18 Juli 2016

Menjelang Lebaran Ini ...

$
0
0
Beberapa ruas jalan di kota Makassar lengang. Saya mengamatinya saat berkendara di siang dan sore hari, pada sehari sebelum lebaran.


Beberapa kendaraan yang akan berkonvoi untuk takbir keliling
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, saya mengambil pesanan burasa’ (makanan khas Bugis yang terbuat dari beras, dimasak dengan santan dan dibungkus daun pisang) di Pasar Baru. Di perjalanan pergi, kami (saya dan suami) berpapasan dengan kendaraan hias dari kelurahan Rappocini yang hendak ikut takbiran keliling kota Makassar.

Kendaraan hias itu bergerak menuju samping kiri Fort Rotterdam. Di sinilah kendaraan-kendaraan hias dari seluruh kelurahan yang ada di kota ini berkumpul lalu kemudian bergerak bersama-sama keliling kota sembari mengumandangkan takbiran.

Sisi kiri Fort Rotterdam letaknya berhadapan dengan Pasar Baru. Saat tiba di Pasar Baru, baru sedikit kendaraan yang berkumpul di situ.

Saya mengambil pesanan burasa’ dan ketupat hasil masakan istri Pak Irfan di warung pasangan suami-istri itu. Sudah beberapa tahun terakhir ini kami berlangganan pada Pak Irfan. Masih sama seperti tahun lalu, tahun ini harga ketupat dan burasa’-nya lima ribu rupiah per buah dan per ikat.

Sebenarnya di Pasar Maricaya ada juga yang jual dua jenis makanan pokok dalam daun itu. Harganya lebih murah. Namun dari segi rasa dan ukuran, masih lebih menonjol bikinan Bu Irfan. Makanya kami kembali lagi membeli kepadanya di tahun ini. Dibela-belai, meski jaraknya dari rumah tidak bisa dibilang dekat.

Sekelompok pengemis di jalan Arief Rate
Menuju Pasar Baru, kembali rasa miris menyeruak. Sejumlah pengemis berjajar di jalan Achmad Saleh (eks jalan Durian), jalan Arief Rate, dan di sekitar taman kota di jalan Sultan Hasanuddin. Ini juga merupakan pemandangan yang sama seperti tahun-tahun lalu. Untungnya sampah sudah tidak sebanyak beberapa tahun lalu.

Kalau di jalan Achmad Saleh, para pengemis kelihatannya sudah menetapkan ruas jalan itu sebagai tempat mangkal sehari-harinya. Selain hari itu, saya sering melihat mereka di tempat itu. Yang di jalan Arief Rate dan jalan Jendral Sudirman maraknya menjelang lebaran ini.

Entah, ya, apakah mereka masuk ke dalam 3 golongan yang disebutkan dalam hadits berikut ini ataukah tidak:
“Meminta-minta tidaklah halal kecuali untuk tiga golongan : Orang fakir yang sangat sengsara, orang yang terlilit hutang, dan orang yang berkewajiban membayar diyat” (HR Abu Dawud no 1398).

Mudah-mudahan saja di tahun mendatang masalah pengemis sudah bisa benar-benar diatasi oleh pemerintah kota. Data terakhir menyebutkan, jumlah gelandangan, pengemis, termasuk anak jalanan di Makassar adalah sekira 42.986 orang (dari antarasulsel dot com). Orang-orang yang meminta-minta di antara mereka ini bukan hanya menimbukan masalah perkotaan. Bukan hanya bikin hati dilema, antara menolong (yang katanya membiarkan mereka terus menjadi pengemis) atau menolak (yang bikin rasa berdosa muncul), mereka juga bisa menyebabkan pendermanya mendapatkan hukuman kurungan atau denda yang besar jika ketahuan.


Makassar, 18 Juli 2016

Catatan:
Diyat (Arab) adalah denda yang diwajibkan kepada pembunuh yang sengaja/ merusak anggota badan seseorang dan dimaafkan. diyat merupakan denda berupa materi (pengertiandiyat.blogspot.com/).

Catatan dari Perpisahan SMP Si Sulung

$
0
0
Dejavu.

Itu yang seolah-olah saya rasakan ketika menyaksikan tarian Saman dibawakan oleh adik-adik kelas dari anak sulung saya – Affiq pada “Tasyakuran dan Pelepasan” SMP-nya. Pasalnya, 27 tahun yang lalu, saya juga membawakan tarian ini di gedung yang dulu bernama Gedung Manunggal ini. Bedanya, 27 tahun yang lalu itu perpisahan SMP saya, kini saya menghadiri perpisahan SMP sulung saya. Ah, waktu begitu cepat berlalu.


Ingatan saya menerawang kepada diri saya dan teman-teman perempuan yang tampil polos seadanya dengan pakaian khas ABG kala itu, terkecuali mereka yang mengisi acara. Kini zaman sudah berubah. Anak-anak perempuan – kelas IX, kawan-kawan Affiq tampil modis dengan balutan kebaya dan banyak di antara mereka yang ber-make up.

Lagu Indonesia Raya di awal acara, menggugah semangat kebangsaan. Berwibawa sekali lagu kebangsaan kita. Rampak gendang Makassar yang ditabuh sebelumnya, sudah menaikkan semangat saya. Tak ketinggalan, paduan suara membawakan “lagu kebangsaan” sekolah, yang bertempo mars.

Tiga orang MC menarik perhatian saya. Mereka membawakan acara dalam 3 bahasa berbeda: Indonesia, Arab, dan Inggris. Namun yang paling menarik hingga menggetarkan relung hati saya adalah lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an yang dibawakan oleh seorang siswi bernama Nur Insani. Nur Insani yang pernah mengikuti MTQ tingkat Sulawesi Selatan ini membaca ayat-ayat suci dengan sangat indah. Tak terasa air mata saya menitik menyimaknya.


Kemudian, berturut-turut memberikan sambutannya:
  • Bapak Zakir Sabara – ketua panitia pelaksana, salah satu orang tua siswa.
  • Bapak Abdul Rafik – kepala MTsN Model Makassar.
  • Bapak Samsir Rahim – ketua majlis MTsN Model Makassar.
  • Bapak Abdul Wahid Thahir – kepala kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan.
  • Bapak Agus Arifin Nu’mang – wakil gubernur Sulawesi Selatan selaku tamu kehormatan.

Bapak Zakir, Pak Rofik, dan Pak Samsir menjelaskan kalau acara ini diselenggarakan oleh para orang tua murid. Bapak Rofik mengatakan, patut disyukuri pelepasan kelas IX kini. Tahun ini jumlah siswa yang tamat sebanyak 451 orang. Kejujuran diupayakan dalam pelaksanakan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer). “Kalau butuh kualitas, harus jujur,” pungkas Pak Rofik.

Tahun ini, untuk pertama kalinya MTsN menyelenggarakan UNBK. Penerimaan siswa baru pun demikian, pertama kali menggunakan komputer – sistem online. Namun tetap ditekankan uji kompetensi pengetahuan umum agama dan qira’ah.


Menurut Pak Samsir, MTsN bukanlah sekolah unggulan atau populer, melainkan SEKOLAH YANG DIUNGGULKAN MASYARAKAT. Tahun lalu, hampir 2.000 pendaftarnya namun MTsN Model hanya menerima 300 siswa dengan standar nilai 8.

Bapak Abdul Wahid mengungkapkan bahwa MTsN Model sekarang sudah bagus, posisi ranking 1 di Makassar bahkan pernah diraihnya. Ia berharap MTsN Model di Sulawesi Selatan ditambah mengingat animo masyarakat yang sangat besar (untuk menyekolahkan anaknya di MTsN Model).

Selanjutnya, diumumkan siswa-siswi berprestasi. Merinding rasanya mendengar nilai-nilai mereka disebut. Cetar sangat! Affiq bagaimana? Dia tak masuk di antara nama-nama yang disebutkan. Tapi saya tak mempermasalahkannya. Saya yakin tiap anak punya keunggulan masing-masing. Kecerdasan mereka tidak bisa dipatok dengan angka dan ranking. Sebagai ibu, saya tahu kelebihan anak-anak saya. Sayangnya, kurikulum sekolah tak menguji sisi kelebihan mereka padahal pada sisi kelebihan itu, saya berani mengatakan merekalah salah satu yang terbaik di kota ini!

Para lulusan terbaik
Bapak Agus Arifin Nu’mang menyinggung dalam speech-nya, mengenai ini, “Anak yang berhasil di dunia kerja bukannya karena IQ tinggi, melainkan karena kejujuran dan kedisiplinan.” Pak Agus berharap MTsN membina karakter anak didiknya. Terlebih karena anak-anak kita sekarang bersaing dalam era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan generasi ke depan (akan lebih) kompetitif.

Pak Agus menyampaikan bahwa IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Sulawesi Selatan berada di urutan 24 (dari 30) pada tahun 2000. Hal inilah yang mendasari gagasan pendidikan dan kesehatan gratis karena variabel IPM adalah pendidikan dan kesehatan. Untuk gagasan tersebut, Sulawesi Selatan (Sul Sel) merupakan provinsi pertama yang melaksanakannya di Indonesia. Bersyukur, IPM Sul Sel meningkat, menjadi 15 (dari 34) di tahun 2013.

Ngomong-ngomong, salah satu wujud kepedulian dalam bidang pendidikan, pemerintah provinsi mempersiapkan beasiswa, lho ... untuk tamatan SMA. Diberikan selama 2 semester di PTN dan PTS.

Kelas IX-8
Kata pak wagub, pertumbuhan ekonomi Sul Sel besarnya 7,15. Angka ini masuk dalam kategori 3 besar di negara kita. Sementara secara nasional hanya 4 koma sekian. Menurutnya lagi, situasi kita sangat kondusif untuk membangun.

Serangkaian proses berlangsung kemudian: menyanyikan Himne Guru, pembacaan do’a, dan foto bersama. Selanjutnya sambutan dari perwakilan siswa yang meninggalkan adik-adiknya dan dari siswa yang ditinggalkan – ini juga merupakan bagian menarik bagi saya. Kedua anak itu begitu percaya diri membawakan pidatonya.

Acara dilanjutkan dengan suguhan Himne Madrasah, sebelum masuk ke acara pamungkas: pemberian medali kepada semua anak kelas IX. Yeayy, alhamdulillah ...




Makassar, 20 Juli 2016

Terima kasih kepada semua panitia yang sudah bekerja keras menyelenggarakan acara tasyakuran yang berlangsung tanggal 1 Juni 2016 lalu ini. Terima kasih kepada semua guru yang telah membimbing putra saya. Semoga MTsN Model sukses menanamkan karakter baik bagi anak-anak didiknya.

Catatan:

Untuk penyelenggaraan tahun depan, ada baiknya hidangan bagi orang tua murid dibagikan dalam bentuk nasi dos atau kalau mau prasmanan, harap disediakan 3 meja makan. Sekadar saran, no heart feeling yaa

Menuju Reuni Perak SMAku

$
0
0
Dapat kabar ada reuni anak SMAN 2 Makassar yang tamat tahun 1992, saya pun janjian dengan Rina. Hampir saja kami tak jadi datang karena satu dan lain hal. Reuni diselenggarakan tanggal 8 Juli lalu, bertempat di sebuah rumah makan, tidak jauh dari pantai Losari.



Yang datang banyak juga, sepertinya lebih dari 50 orang. Dari luar sudah terdengar riuh suara teman-teman yang berada di lantai dua. Saya pikir, hanya kumpulan anak-anak saja yang terdengar bising. Kumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak usia kepala 4 juga bisa bising ternyata, hehehe.

Tiba di lantai 2, saya bisa mengenali wajah-wajah anak 92, terutama teman sekelas saya, anak Fisika 2. Saya tidak mengenal semua anak 92, jadi tidak semuanya saya tahu namanya. Tapi sebagian besar masih bisa saya kenali wajahnya sebagai orang-orang yang dulu sering saya lihat wajahnya. Ada yang terlihat tidak jauh berbeda dibandingkan dulu. Ada yang sudah agak berbeda. Biasalah, faktor “U” mudah mengoprek-oprek bentuk fisik J.

Usai makan malam, ada yang naik ke atas meja untuk menyampaikan pesan dan kesan. Weits, atas meja? Haha iya. Seakan-akan podium, begitu. Dimulai oleh “Bento” Bernanto yang menyampaikan rencana-rencana untuk reuni perak, lalu diikuti Ridwan yang dulu menjabat sebagai ketua OSIS, menambahkan tentang data base. Aqsha – sang pelopor pengumpul angkatan 92, tidak ikut-ikut naik ke atas meja.

Yang tengah itu foto bersama anak-anak eh bapak-bapak dan ibu-ibu yang dulu duduk
di kelas Fisika 1 dan Fisika 2. Hasil jepretan Pak Kole.
Hm, REUNI PERAK. Kesannya berharga, menyandingkan sesuatu dengan nama logam berharga. Tapiiii, berasa, deh tuanya. Dua puluh lima tahun!

Lalu terjadilah diskusi mengenai rencana pelaksanaan reuni perak. Teman-teman sepakat membuat acara inti di gedung SMAN 2 dan beberapa acara kecil lainnya. Bukan hanya kumpul-kumpul tanpa makna, akan ada acara sosial juga. Untuk memudahkan koordinasi, ditunjuk secara aklamasi koordinator masing-masing kelas, ketua koordinator, dan bendahara reuni perak.

Acara terakhir: foto-foto. Mana lengkaplah reuni tanpa foto-foto. Kata orang, hoax namanya kalau reuni ndak ada ki foto-fotonya. Untuk bagian ini, anak 92 punya fotografer andal – Kole. Kole memotret foto bersama untuk tiap kelas. Untuk anak Fisika, Fisika 1 dan Fisika 2 digabung karena jumlahnya tidak banyak.

Semoga sukses rencana rangkaian acara reuni perak ta’, kawan-kawan.


Makassar, 22 Juli 2016

Rindu Kampuz: Cerita dari Gelanggang Futsal

$
0
0
Setiap momen dalam kehidupan punya cerita begitu pun setiap momen reuni. Satu lagi acara reuni tahun ini yang bisa saya ikuti adalah reuni yang bertajuk Rindu Kampuz. Kali ini unik karena ada beberapa kegiatan di dalamnya yang tentunya lebih dari satu cerita. Masalahnya, apakah saya bisa menuangkan semuanya ke dalam tulisan? Entahlah, saya mencoba saja. Beberapa hari ini sikon saya riweuh sekali. Banyak tamu dan aktivitas rumah yang menyebabkan saya benar-benar kesulitan menulis sampai-sampai sempat vakum selama 12 hari dari dunia blogging.


Baiklah, saya mulai dari cerita saat datang ke pertandingan Futsal di Gelanggang Olahraga Indoor Telkom Makassar, yah.

Waktu itu, tepatnya tanggal 9 Juli sekira jam 2 siang, saya bersama pak suami (yang juga alumni, masuk kuliah 4 tahun sebelum saya) dan dua anak terkecil kami pergi ke lokasi untuk nonton futsal. Sayangnya kami salah waktu, makanan sudah habis bis bis. Ndak seperti tahun lalu jam segitu masih banyak makanan.

Tapi tak mengapalah kan tujuan utamanya bukan makanan. Tapi hanya sekadar mengisi perut. Eh. Maksudnya, kan tujuan utamanya bertemu teman-teman lama, begitu.

Di dekat pintu masuk, saya berpapasan dengan Khuldiah, anak Sipil. “Angkatan 92 juga, toh?” sapanya. Kami bersalaman dan ber-cipika-cipiki. Aih, senangnya sekarang ia mengenali saya. Saya pernah bertemu dengan Khuldiah beberapa tahun lalu dan ia tak mengenali saya.

Bungsuku menikmati pemandangan di Gelanggang Olahraga Indoor Telkom. Ia menjelajah bersama papanya. Saat kembali ke tempat saya menunggu dan melihat ada peserta kompetisi futsal membuka baju, seketika itu juga dia membuka kemejanya. Hhh, untungnya dia masih memakai baju kaos oblong kalau tidak pasti perut gendutnya bakal terekspos dengan gagahnya.

Namun tak demikian dengan si tengah. Saat sedang asyik ngobrol dengan seorang kawan sembari nonton futsal, Athifah terlihat bosan. Lalu, perlahan tapi pasti posisinya kepalanya turun hingga menggeletak di pangkuan saya. Daaan, ia tertidur dengan pulasnya selama lebih dari 10 menit! Ya ampun, anak ini mirip papanya, bisa-bisanya tidur dalam keadaan seperti itu.

Angkatan 87 vs angkatan 97
Satu hal yang paling seru di acara ini adalah melihat para senior angkatan 87 main futsal. Wuih, keren staminanya, terutama stamina bagian lutut. Di usia mereka, sudah banyak, lho orang yang bermasalah dengan “stamina lututnya” karena berbagai sebab. Kata seorang kawan yang lebih dulu datang daripada kami, para kakanda itu bermain utuh satu tim, tanpa pernah diganti oleh pemain lain! Bahkan saat bertanding melawan angkatan 93, tim lawan sudah pada ganti pemain, mereka tidak. Standing ovation, senior!

Saya kira ini perkara konsistensi. Kakak-kakak angkatan 87 sepertinya memang sering berlatih futsal. Tim lainnya ka iya belum tentu. Ada tim-tim peserta kompetisi yang para anggotanya “dikandangpaksai” atau dapat sumbangan pemain yang berasal dari angkatan lain.

Saya duduk tepat di depan lapangan 1 yang menampilkan pertandingan semi final antara angkatan 87 dan angkatan 97. Melihat mereka bermain, kelihatannya mereka seperti sebaya, lho. Sayangnya, tim angkatan 87 harus mengaku kalah dari tim yang usianya 10 tahun lebih muda daripada mereka. Eh, jangan tanya skor pada saya, yah. Saya tak menyimak. Nonton sambil ngobrol dan mengamati anak-anak membuat saya tak konsentrasi pada skor pertandingan. Pokoknya, setahu saya, angkatan 97 menang, itu saja. Tim 87 kalah dengan terhormat.  Sebagai penonton, saya merasa bangga pada para kakanda bermain dengan bagus dan imbang. Bravo senior! Semoga tahun depan bisa tanding lagi.

Makassar, 25 Juli 2016

Bersambung

Baca juga: 



Rindu Kampuz: Menapaktilasi Kampus Tamalanrea

$
0
0
 Tulisan kedua tentang event Rindu Kampuz yang saya hadiri. Tak ada angka berupa fakta dan data karena ini hanya berupa tulisan ringan.

Inginnya menghadiri Napak Tilaz, ke kampus Tamalanrea yang sekarang bisa disebut “kampus lama” karena kegiatan belajar-mengajar sudah pindah ke kampus Gowa namun apa daya, sesampainya di Tamalanrea, para peserta sudah bergerak menuju sekitar Gedung Pertemuan Alumni (GPA), di dekat danau UNHAS. Saya masih ingat, GPA ini dulu sering ditempati sebagai lokasi pelaksanaan seminar.


Gambar berasal dari flyer acara
Napak Tilaz ini masih rangkaian dari event Rindu Kampuz– ajang reuni nasional Ikatan Alumni Teknik (Ikatek) UNHAS. Saya datang bersama pak suami, dan Nino (Bu Hasniati), ikut di mobilnya Ida (Bu Idah Ohan). Sebelumnya, pagi-pagi sekali ada acara di Pantai Losari. Mumpung hari Ahad (10 Juli), pak suami membawa anak-anak ke sana. Di sana mereka bertemu dengan banyak om dan tante yang baik hati. Saya tidak ikut karena harus menyelesaikan “segala urusan rumah di pagi hari” dulu. Setelah itu gantian, anak-anak pulang lantas mamak dan bapaknya yang pergi. Kali ini anak-anak tidak bisa mengharap diajak lagi karena pada pagi harinya sudah diajak ke pantai.

Pas di jalan masuk ke lokasi acara ada tenda-tenda yang menggelar berbagai makanan di bawahnya. Ada makanan khas Bugis/Makassar seperti palumara. Tak berapa jauh ada tenda-tenda yang menaungi kursi-kursi tempat duduk para peserta Napak Tilaz.

Ustadz Das’ad tampil memberikan tausiyah-nya di atas panggung. Ustadz asal Sulawesi Selatan yang sudah go national ini membuat saya mengurungkan niat mencatat poin-poin tausiyah-nya di HP. Pasalnya, ia mengatakan bahwa sering kali di tempat ramai seperti ini, ada setan di antara hadirin. Apa itu? Gadget. Orang-orang sibuk sendiri dengan gadget-nya sementara acara berlangsung. Sedikit-sedikit memelototi SMS. Begitu katanya. Beuh, kontan HP saya simpan dan mengeluarkan pulpen dan note book mungil dari dalam tas. Kalau saya pakai HP, bisa-bisa si pak ustadz memelototi saya karena dikira sedang SMS-an dengan seseorang.

Para peserta memasuki lokasi di pelataran GPA UNHAS
Tausiyah dari ustadz Das’ad dibawakan dengan amat menarik, menyentuh, dan menyentil. Ia memberikan pemahaman mengenai makna halal bi halal (HBH)istilah yang hanya terdapat di Indonesia. HBH bermakna merekatkan ukhuwah, di mana kita bisa saling meminta maaf dengan teman-teman lama. Juga bisa saling silaturahim (menyambung persaudaraan yang pernah putus). Tentang istilah silaturahim, kata ini dipergunakan ketika tali persaudaraan pernah terputus. Kalau tidak, kata tersebut tidak tepat dipergunakan. Nah, apa yang bisa memutus silaturahim? Jawabannya adalah kesombongan dan keserakahan.

Pak ustadz juga mengajak untuk mensyukuri segala anugerah gratis, berupa anggota tubuh yang Allah berikan. Tak ada gunanya HP terbaru, atau kamera dan mobil mahal kalau anggota tubuh yang paling berperan menggunakannya invalid.

Mari makaaan ...
Beliau juga menghimbau untuk menyambung silaturahim dengan meminta maaf. Minta maaf dengan menyebutkan apa kesalahan yang pernah dilakukan dulu. Namun kalau pengakuan dosa bisa menimbulkan kemudharatan atau membahayakan jiwa pengakunya, lebih bijak untuk tak menyebutkannya.

Pak ustadz lalu menyebutkan sebuah hadits. Saya hanya mencatat poin-poinnya dan mencarinya kembali saat hendak menuliskan ini. Sepertinya di bawah ini hadits yang dimaksudkannya:
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: ‘Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.’ Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.’ (HR Muslim)

Na’udzubillah. Saya tertunduk mendengar dan merenungi hadits ini.

Barangkali saja ada orang-orang yang tak ikhlas dengan kesalahan yang pernah saya lakukan dulu dan saya tak mengetahuinya? Kelak ia akan mengambil amalan baik saya atau ia akan memikulkan dosanya kepada saya!

“Ngerinya, di’?” Ida menoleh kepada saya. Saya mengangguk.
Kami memikirkan hal yang sama.

Ustadz Das'ad
Adem, di bawah pohon, di bawah tenda pula
Selain ustadz Das’ad, banyak hal lain lagi yang ditampilkan di atas panggung. Di antaranya, Kak Aca Wawo menyampaikan mengenai program IKA UNHAS Jabodetabek dalam bidang maritim, energi, dan pangan. Dan pengenalan nama-nama pengurus IKATEK UNHAS yang hadir untuk Napak Tilaz.

Tak ketinggalan penampilan band oleh Surya dan kawan-kawan yang membawakan lagu-lagu nostalgia anak Teknik, seperti Mars Teknik dan Himne Teknik, serta lagu-lagu tempo doeloe. Terlihat kelompok-kelompok orang berfoto bersama. Beberapa dari mereka berfoto angkatan. Beberapa dari peserta berkeliling membawa anak-anak mereka. Di antara mereka ada yang merupakan pasutri alumni FT.

Pendeknya, ajang seru ini berhasil membuat kami-kami yang hadir bisa merenung, ber-halal bi halal, dan sekaligus bernostalgia.
Menyimak berlangsungnya acara
Futu-futu duluuuu, Bu Ida :)

Makassar, 26 Juli 2016
Bersambung

Baca juga: 


Rindu Kampuz: Lautan Putih dalam Gala Dinner

$
0
0
Tulisan ringan ketiga tentang event Rindu Kampuz yang saya hadiri. 

“Lautan putih” tampak di sekitar dan di dalam Sandeq Room, sebuah ruangan besar di sebuah hotel yang berlokasi di jalan A. P. Pettarani Makassar pada malam tanggal 10 Juli itu. Malam itu diselenggarakan Gala DinnerHalal bi Halal alumni Fakultas Teknik UNHAS. Putih adalah dress code-nya. Di meja registrasi, setiap pendaftar mendapatkan stiker yang ditempelkan di baju, sebagai tanda pengenal. Usai mendapatkan tanda pengenal, saya dan pak suami bergegas ke mushallauntuk menunaikan shalat isya sebelum masuk ke ruangan. Lebih tenang rasanya jika sudah menunaikan shalat isya saat menghadiri acara malam.


Saat kembali ke Sandeq Room, acara sudah dimulai. Penyampaian kata sambutan demi kata sambutan sedang berlangsung. Pemandangan berbeda terlihat di bagian kiri, meja dessert sedang diserbu sejumlah (yang cukup besar) pemakai baju putih. Hoho, saya dan pak suami tak mau ketinggalan dong (panitia kalau membaca ini, bisa membelalak matanya).  

Lumayanlah, perut sudah diisi sedikit kue. Rasanya menjadi lebih bertenaga mengikuti lagu-lagu kebangsaan fakultas dinyanyikan. Bukan hanya lagu kebangsaan fakultas, lagu-lagu kebangsaan (berupa himne dan mars) jurusan pun membahana di ruangan yang dipadati sekira 2.000 orang ini.

Aih, enaknya kalau bisa dapat tempat duduk. Mata saya menyapu pandangan ke sekeliling. Dari sisi kiri ruangan, di tempat kami berdiri tak terlihat ada tempat kosong. Saya dan pak suami bergerak ke arah sisi kanan ruangan Sandeq. Di bagian agak ke tengah terlihat sebuah meja yang dikelilingi teman-teman dan senior sejurusan (Elektro). Saya mendapat tempat di antara A. Icha dan Ani – teman angkatan saya. Ah, senangnya, ketemu teman-teman perempuan seangkatan.



Asyik ngobrol dengan A. Icha dan Ani, membuat saya tak menyimak sepenuhnya apa yang disampaikan oleh ibu rektor Prof. Dwia Aries Tina pada sambutannya di atas panggung di depan sana. Sekilas saja yang saya bisa tangkap, yaitu harapan ibu rektor akan keikutsertaan alumni Teknik UNHAS dalam mengembangkan UNHAS dan ajakannya untuk turut meramaikan reuni alumni UNHAS yang akan dilangsungkan bulan September nanti.

Foto-foto yang ikut kontes Foto Selfie dan Antek Memories ditayangkan di dua layar besar di bagian depan sana, sejajar dengan panggung. Kedua layar itu letaknya di sebelah atas, kanan dan kiri. Dua foto saya dan dua foto suami tampil di sana. Kami mengikutkan 4 foto itu untuk kontes Antek (Anak Teknik) Memories. Kontes foto-foto usang yang memiliki kenangan.

Saat hadirin dipersilakan makan, saya tak berminat ikut ngantri karena melihat betapa banyaknya alumni yang hadir. Lagi pula sebenarnya saya sudah makan malam dari rumah dan sebelumnya sudah ikut mencicipi dessert di meja yang diserbu duluan oleh pasukan berbaju putih, jadi tak mengapa kalau saya tak makan malam itu.  

Sumber foto: Kak Marwan
Namun A. Icha berbaik hati, ia berinisiatif mengambilkan makanan, air minum, dan pencuci mulut untuk kami bertiga. Aah, terima kasih ya Icha. Kalau ngantri saya malas tapi kalau ada yang berbaik hati mengambilkan, ndak nolak, dong saya, haha.

Oya, acara Gala Dinner ini bukan sekadar makan-makan dan ngumpul-ngumpul saja, lho. Sebanyak 107 orang dosen purna bakti di Fakultas Teknik mendapatkan penghargaan, masing-masing berupa sebuah pin emas seberat 5 gram. Alhamdulillah, moga berkah buat para bapak dan ibu. Saya dan pak suami juga dapat berkah. Satu foto yang saya ikutkan lomba dan dua foto yang dimasukkan suami mendapatkan hadiah hiburan. Untuk kenang-kenangan, foto-foto yang menang itu saya tayangkan di sini:

Foto Opspek Teknik ‘92

Foto ini diambil pada tanggal 31 Agustus 1992, saat OPSPEK angkatan 92 sedang berlangsung. Kalau tidak salah ingat, saya bergabung dengan GB 4 atau GB 5, dengan Kak Sinta (A ’89) sebagai pendampingnya. Kak Sinta mengatur saat berbaris saya, Khuldiah (S ’92), dan Silvia “Meme” (Arsitektur ’92) harus selalu berada di paling depan. Kenangan yang amat membekas karena usai OPSPEK, di dalam dada saya bergemuruh semangat “We Are the Champion”.  Meski di penghujung OPSPEK ada peristiwa Black September, hal itu tidak mematikan semangat yang membuat saya siap mengikuti perkuliahan di tahun pertama. 

Catatan: saya memberi bunga di foto itu karena saya berjilbab sejak tahun 1994 dan setahu saya, Khuldiah juga sudah berjilbab. 

Foto Peringatan Black September ‘93


Black September, sepahit apapun itu membuat FT UNHAS “berbalik” dari organisasi yang tidak mempunyai struktur dan pola pengkaderan yang jelas menjadi organisasi yang memiliki aturan tertulis dan pola pengkaderan yang utuh dan lebih terstruktur.

Foto Kongres I SEMA FT UNHAS (1993)


Kongres I SEMA FT UNHAS, tahun 1993 merupakan tonggak bersejarah terbentuknya OK (Organisasi Kemahasiswaan) FTUH kemudian diikuti dengan terbentuknya OKJ (Organisasi Kemahasiswaan tingkat Jurusan) di FT UH. Banyak pelajaran yang dipetik oleh para mahasiswa FT UH pada waktu itu.

***



Seperti pada saat acara di Tamalanrea, di ruangan Sandeq ini sejumlah pasangan alumni Teknik membawa anak-anak mereka. Ada beberapa spot yang dimanfaatkan untuk berfoto-foto sesama kawan ataupun foto angkatan. Dalam pandangan saya, serangkaian acara sejak sehari sebelumnya berlangsung dengan sukses hingga malam gala dinneritu. “Tongkat estafet” pelaksanaan reuni tahun depan diberikan oleh wakil Ikatan Alumni Teknik Elektro UNHAS kepada wakil Ikatan Alumni Teknik Geologi diserahkan pada malam itu juga. Semoga tahun depan reuni yang seru bisa terlaksana lagi.

Makassar, 27 Juli 2016

Demikian catatan saya dari ajang Gala Dinner Rindu Kampuz. Ketiga tulisan yang saya buat dari ajang ini hanyalah berupa tulisan ringan dari acara-acara yang saya hadiri saja, dari serangkaian acara yang telah dikemas dengan apik oleh panitia. Terima kasih kepada senior yang memotret OPSPEK '92. Terima kasih pula kepada panitia dari IATEL UNHAS yang telah bekerja keras dan para donatur serta sponsor acara. 


Rangkaian acara HBH alumni FT UNHAS 2016


Selesai

Baca juga: 

Tulisan Reuni yang Bikin Iri

$
0
0
Cerita lebaran saya pas di hari lebaran dan beberapa hari setelahnya, masih sama dengan tahun-tahun lalu. Lebaran di rumah orang tua, kedatangan adik dengan keluarganya, menyiapkan makanan seisi rumah, menjamu tetamu yang datang, hingga mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti biasa.


Tahun ini sama saja Yang sedikit berbeda adalah pada waktu shalat Id di pekarangan masjid sebelah, lantunan ayat-ayat suci yang diucapkan imam shalat begitu menyentuh hati. Membuat air mata mengalir tak terbendung lagi. Entah apa arti ayat-ayat yang dibacanya. Saya yakin ia membacanya dari lubuk hati yang paling dalam, hingga bisa menyentuh hati makmum-nya.

Satu hal lagi yang sedikit berbeda adalah kali ini kedua adik saya datang bersama keluarganya. Juga adik ipar beserta keluarganya, dan ibu mertua. Mereka tak datang dan pulang bersamaan tetapi ada sejumlah hari yang penghuni rumah ini jumlahnya mencapai 17 orang. Keloter terakhir baru balik hari Senin, tanggal 25 lalu. Wuih seru. Anak-anak saya senang sekali kedatangan sepupu-sepupunya.

Di sela-sela kesibukan dengan berbagai urusan rumah tangga, saya masih sempat menyambangi acara reuni SMA(tanggal 9 Juli) dan reuni fakultas (tanggal 9 – 10 Juli). Sayang sekali, saya tidak bisa datang di acara reuni teman-teman seangkatan di kampus (11 Juli) karena tiba-tiba sakit.

Seperti biasa, saya mendokumentasikan acara-acara yang saya hadiri di blog ini. Saya membuat 1 tulisan tentang reuni SMA dan 3 tulisan tentang reuni fakultas. Mengapa sampai 3 tulisan? Karena event yang digelar berisi serangkaian acara seru dan saya sempat menghadiri 3 acaranya.

Seperti biasa pula, tulisan-tulisan yang saya upload di blog, saya share di media-media sosial dengan nge-tag teman-teman.

Suasana dalam sebuah acara reuni yang saya hadiri
Sampai suatu ketika, seseorang yang membaca tulisan-tulisan saya mengatakan, “Tulisanmu ini bikin iri.”

“Kenapa?” saya keheranan menanggapi pernyataannya.

“Iya, bikin iri. Karena semua orang punya kenangan tersendiri tentang reuni tetapi cuma dirimu yang menuliskannya. Mereka tak bisa menuliskannya seperti ini. Mereka hanya bisa menikmati pengalaman pribadimu.”

“Hahaha, itulah salah satu alasan mengapa saya suka menulis. Karena dalam berbicara, saya sering kalah pamor. Siapa pun bisa menghentikan saya berbicara sebelum selesai. Tetapi melalui tulisan, tak ada orang yang bisa menginterupsi saya. Pembaca ‘terpaksa’ membaca tulisan saya sampai selesai dan ‘terpaksa menerima’ ide saya. Kalaupun mau menanggapi, baru setelah membacanya bisa mereka tanggapi.”

Begitulah kenyataannya. Seperti saat dalam membaca tulisan ini, Anda mungkin penasaran dengan judul tulisan ini lalu mencoba mencari tahu tentang tulisan reuni yang bikin iri di dalam tulisan ini. Lalu, setelah membacanya sampai di sini, Anda mengerti apa yang saya maksud dengan judul di atas. Lantas, mudah-mudahan Anda menyelesaikan membacanya.

Well, melalui tulisan saya bisa mengajak Anda menikmati hal-hal menarik yang saya temui dalam hidup ini tanpa batas wilayah dan waktu. Anda pun masih bisa membacanya kelak, di masa depan – insya Allah.

Nah, salah satu kenangan reuni yang ingin saya ceritakan adalah momen ketika di reuni fakultas lalu saya memenangkan satu hadiah hiburan pada kontes foto Antek Memories. Kontesnya mengenai kenangan pada foto-foto jadul yang dimiliki.

Sebelumnya, kepada panitia saya mengajukan dua foto untuk lomba. Saya memenangkan hadiah untuk foto OPSPEK yang dibidik tanggal 31 Agustus 1992 (buat yang penasaran, silakan dibaca di tulisan berjudul Rindu Kampuz: Lautan Putih dalam Gala Dinner). Di foto itu, saya menutupi bagian rambut dengan gambar bunga-bunga karena saya memutuskan berjilbab pada tanggal 17 Maret 1994, so, tidak ada lagi yang boleh melihat foto tak berjilbab saya. Sekali berkomitmen untuk menutup aurat, insya Allah tidak boleh dibuka/dilihat oleh yang bukan muhrimnya meskipun melalui foto, kan?

Ah iya, berbicara tentang jilbab. Buat kalian yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya, akan ada upcoming event dari Diaryhijaber yaitu Hari Hijaber Nasional, yang akan dilaksanakan pada:
Tanggal: 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016
Tempat: Masjid Agung Sunda Kelapa,  Menteng, Jakarta Pusat


Barangkali kalian bisa meluangkan waktu ke sana untuk memantapkan berhijab dan menggali wawasan seputar hijab. J

Makassar, 30 Juli 2016

Silakan dibaca tulisan-tulisan tentang reuni lainnya:


Kenapa Bapakmu Tidak Merokok?

$
0
0
“Kenapa bapakmu tidak merokok?” sudah beberapa kali Wahyu – teman mengaji Athifah menanyakan hal ini kepada Athifah.

Wahyu punya kelebihan dibanding anak-anak lelaki lainnya. Ia sangat care. Pernah ia main ke rumah saat Afyad sedang demam. Kepada Athifah dia bertanya apakah boleh ia mendo’akan Afyad supaya sembuh. Beberapa kali Afyad ikut Athifah mengaji ke TPA, Wahyu yang senantiasa menemani Afyad sehingga Afyad tak bosan selama berada di sana. Jarang, lho anak lelaki yang punya sifat ngemong seperti Wahyu ini.


“Saya sudah jawab, Ma tapi dia tanya lagi,” Athifah menjelaskan lagi mengenai pertanyaan Wahyu kepadanya.
“Kamu bilang apa?” saya bertanya balik.
“Saya bilang, orang tidak boleh merokok. Berbahaya.”
“Cocok mi. Kalau dia tanya lagi, bilang ki supaya membaca di bungkus rokoknya kalau rokok itu bisa membunuh.”
“Iya, Ma, saya lihat di jalan-jalan, ada tulisan kalau rokok itu membunuh,” yang dimaksudkan nona mungil ini adalah iklan rokok yang dilihat terpampang di pinggir-pinggir jalan kota ini.
“Iya, berbahaya toh, makanya orang tidak boleh merokok.”

Pertanyaan yang diberikan Wahyu ini adalah pertanyaan teraneh yang saya dengar, ditanyakan oleh kawan Athifah kepadanya. Wahyu, bocah lelaki kelas 3 SD heran mengapa ayah Athifah tak merokok padahal dalam kesehariannya, lelaki dewasa biasanya merokok.

Sebuah artikel[1] menyebutkan bahwa ada kurang lebih 600 kandungan berbahaya di dalam rokok. Saat disulut, 7000 lebih zat kimia berbahaya dihasilkan oleh asap rokok. Selain itu, ada 69 zat yang menjadi penyebab berbagai penyakit kanker.

Nah, yang seharusnya Athifah yang bertanya “kenapa bapakmu merokok?” kepada Wahyu. Karena merokok bukanlah kebiasaan baik meskipun itu dilakukan sebagian lelaki. Di sisi lain, saya juga merasa prihatin kepada Wahyu yang melihat kelaziman mengenai kebiasaan merokok padahal seharusnya pikiran dan kondisi kesehatan anak-anak sepertinya dijauhkan dari benda berbahaya itu. Wahyu adalah salah satu dari sekian anak yang menjadi perokok pasif di negeri ini. Semoga saja dengan seringnya ia melihat bungkus rokok, dia membaca juga tulisan di bungkus rokok itu mengenai bahayanya merokok agar kepasifannya dalam “merokok” tak berubah menjadi aktif. Semoga.

Makassar, 15 Agustus 2016




[1]Dari: http://halosehat.com/gaya-hidup/gaya-hidup-buruk/74-bahaya-merokok-bagi-kesehatan-tubuh-yang-mematikan

Mengobati Kangen Pekanbaru dengan Menyimak Blog Mutia

$
0
0
Andai sejak saya masih tinggal di Riau, saya kenal blogger Pekanbaru seperti Mutia Nurul Rahmah, mungkin saya akan menjadikan tulisan-tulisannya sebagai referensi. Gadis yang masih berstatus sebagai mahasiswi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska Riau ini senang menuliskan tentang tempat-tempat asyik di Pekanbaru dan sekitarnya.


Misalnya saja pada tulisan-tulisan berjudul Reflexy Di OXY Family Reflexy & Facial (Perawang), Festival Kampung Senapelan 2014, Mengenal Budaya Melayu Lebih Dekat, Mal Pekanbaru – Tempat Asyik Biar Ga Gaptek, Pekanwak!, dan Piknik Hore Di Pusat Pelatihan Gajah Minas.


Hm, Piknik Hore Di Pusat Pelatihan Gajah Minas ... waaah, saya dulu pernah tinggal di Minas tapi tidak pernah piknik hore ke Pusat Pelatihan Gajah. Argh baru, deh nyesal sekarang. Dulu pernah dengar tapi entah kenapa koq tidak tertarik. Mungkin beda halnya kalau sudah pernah baca tulisan tentang blogger Pekanbaru ini. Tapi sayangnya, Mutia kenapa tidak menampilkan foto gajahnya, ya? J

Saya memang masih terkenang-kenang akan daerah seputar Minas – Rumbai, daerah yang pernah saya tinggali dulu. Waktunya sangat singkat, sih. Total hanya selama 2 tahun lebih. Tapi momen-momen selama berada di sana masih terngiang-ngiang karena saya menjalani masa pengantin baru di sana. Jauh dari keluarga besar di Sulawesi. Melihat-lihat blog Mutia, saya merasa didekatkan kembali dengan Riau.

Mutia terlihat menjaga konsistensi ngeblognya sejak tahun 2009. Keren, sudah selama 7 tahun ini dia ngeblog. Mutia menuliskan manfaat ngeblog yang dirasakannya pada tulisan berjudul Kenapa Saya Ngeblog?sebagai berikut:
Berkat ngeblog saya bisa memperluas pertemanan, mengubah pandangan ke arah yang lebih baik, melatih kepenulisan dan menambah pengalaman.

Insya Allah, dengan memegang ini, saya merasa yakin kalau Mutia akan terus menjaga konsistensi ngeblognya hingga seterusnya. Sejak tahun 2009 – sejak masih memakai seragam putih abu-abu, tak putus Mutia belajar ngeblog hingga saat ini. Terlihat perkembangan yang signifikan pada gaya menulis dan bobot tulisannya sejak tahun 2009 hingga saat ini.

Menelusuri tulisan-tulisan Mutia, saya makin yakin kalau mau ngeblog, kita bisa mengerjakannya dengan pengetahuan yang kita punya dulu. Mulai dari apa adanya. Jangan tunggu sampai benar-benar tidak gaptek lagi. Banyak blogger yang memulai ngeblog dengan gaptek. Saya juga dulu gaptek. Yang bikinkan blog suami. Tapi saya perlahan-lahan belajar. Bahkan sampai saat ini pun masih terus belajar. Mutia pun demikian. Kita bisa membaca proses pembelajaran di blog Mutia yang membagi tulisan-tulisannya ke dalam 5 kelompok besar (Culinary, Review, My Friends, dan Tips) ini.

Oya ada satu hal keren lagi dari Mutia. Mahasiswi yang masih berakrab-akrab ria dengan skripsinya ini aktif di 3 komunitas, yaitu: Kaskus Regional Riau Raya, Akademi Berbagi Pekanbaru, dan KongkowNulis.

Komunitas pertamanya itu membuat saya terkejut. Soalnya setahu saya yang biasanya aktif sebagai kaskuser itu cowok, hehehe. Ayo, Mutia diceritakan lebih banyak lagi mengenai kegiatannya bersama para kaskuser, ya. Siapa tahu dengan banyaknya tulisan yang Mutia share, makin banyak anak gadis yang bergabung jadi kaskuser. Saya pun sebenarnya penasaran berat, kaskuser itu ngapain saja, ya. Saya hanya tahu kalau kaskus itu tempat orang bertanya-jawab. Apakah ada kegiatan selain bertanya-jawab itu dan selain mengisi booth di Pekanwak, Mutia?

Mutia bersama para kaskuser
Hm, selalu menarik menelusuri blog teman-teman grup Arisan Blogger Kelompok 4 di Komunitas Blogger Perempuan, termasuk blog Mutia. Ada saja hal menarik yang saya temukan. Yang paling menarik adalah, menemukan bagaimana ngeblog menjadi begitu asyik bagi mereka. Seperti juga di blog Mutia ini. Mau melihat bagaimana Mutia menemukan keasyikan dalam aktivitas ngeblognya? Cus, langsung ke http://www.mutmuthea.com.


Makassar, 15 Agustus 2016

Selamat Nak, Satu Pelatihan Kehidupan Telah Kau Lalui

$
0
0
Beruntungnya Athifah, sekarang banyak lomba yang bisa diikutinya. Banyak pula kesempatan tampil di depan orang banyak yang dimanfaatkannya. Bukan sekadar beruntung, sih. Dia memang senang. Dia senang berbicara di depan orang (biasanya membawakan cerita) dan berlomba. Kadang-kadang, belum mendengar instruksinya, baru ditanya oleh gurunya, “Siapa yang mau ikut lomba?” – dia langsung tunjuk tangan. Belakangan urusan dia bisa melakukan yang disuruh atau tidak.


Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ini, banyak lomba yang diselenggarakan. Ada di sekolahnya, ada pula di sekitar lingkungan kami. Hari Ahad kemarin, dia mengikuti lomba antar TPA semakassar di masjid yang berada di lorong (gang) sebelah. Event-nya dilaksanakan oleh persatuan remaja masjid IMMIM. Ada dua lomba yang diikutinya, yaitu lomba tadarrus dan Ranking 1. Lomba masih berlanjut hingga Senin kemarin, ada lomba makan kerupuk dan tusuk jarum tapi Athifah tidak bisa ikut karena sekolahnya masuk siang.

Pengalaman seru yang dialami Athifah adalah ketika mengikuti lomba Ranking 1. Lomba Ranking1 itu seperti nama acara di salah satu stasiun televisi swasta. Semacam cerdas cermat begitu. Lombanya berlangsung cukup alot, selama kira-kira lebih dari sejam.

Mulanya banyak anak bersiap mengikuti lomba. Athifah gugur pada pertanyaan pertama. Dia lupa nama walikota Makassar, yang ditulisnya malah nama gubernur Sulawesi Selatan. Sesi lomba itu tidak meninggalkan 3 anak di detik-detik terakhir. Hanya ada satu anak yang tersisa, yang menulis jawaban benar. Dialah juara satunya.

Lalu semua yang sudah gugur dipanggil lagi untuk mengikuti lomba sesi berikutnya, untuk mencari juara dua dan tiga. Athifah lolos sampai beberapa pertanyaan dan kembali gugur lagi hingga pada detik-detik terakhir bukan dua anak yang tersisa, melainkan hanya satu anak. Satu anak itulah yang menjadi juara duanya.

Lalu semua yang gugur dipanggil kembali untuk mengikuti sesi lomba untuk mencari juara tiganya. Kali ini Athifah beruntung, bisa masuk sampai 4 besar. Lalu masuk 3 besar. Lomba berlangsung alot di sini karena sering kali ketiga anak menjawab sama-sama benar hingga kemudian satu anak gugur. Tinggallah Athifah bersama seorang anak yang badannya jauh lebih besar daripadanya, bernama Dila. Pada sesi Athifah dan Dila, lomba berlangsung alot lagi. Banyak pertanyaan yang bisa mereka jawab dengan benar dan ada beberapa pertanyaan yang mereka sama-sama tidak tahu jawabannya. Saya senang sekali melihat wajah Athifah yang semringah ketika ia mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Ketika wajahnya mendung karena tak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diberikan, saya diam saja memperhatikannya. Dalam hati saya berujar, “Tidak apa, Nak. Proses adalah hal penting dalam sebuah perlombaan.” Kalau tatapan mata kami bertemu, saya tersenyum menyemangatinya.

Lomba Ranking 1
Seorang ibu – mungkin saja dia ibunya Dila mengatakan kepada Dila, “Malu-malu ko kalau kalah sama anak TK.” Hahaha, Athifah dikira anak TK. Memang badan Athifah jauh lebih kecil daripada Dila. Athifah duduk di kelas 4 sekarang sementara usia Dila, kira-kira 2 atau 3 tahun di atasnya. Tiba waktunya lomba harus di-pending karena sudah masuk waktu ashar. Dan ketika mulai lagi, juri memberikan 3 pertanyaan pemanasan berturut-turut. Terlihat wajah Athifah yang kelelahan. Dia makin tegang.

“Siapa yang mendukung Athifah?” tanya seorang juri. Tak ada yang bersuara padahal ada teman-teman Athifah, yang sama-sama mewakili TPA Babul Jannah di sekitarnya.

“Siapa yang mendukung Dila?” tanya juri itu lagi. Riuh anak-anak bertepuk tangan. Jelas saja, Dila berasal dari TPA yang berkedudukan di masjid itu, pendukungnya tentu saja banyak. Namun yang agak “menyakitkan”, teman-teman Athifah malah mendukung Dila. Mereka bertepuk tangan untuk Dila. Wohoo, masih kecil begini ternyata sudah bisa dilihat, ya mana yang benar-benar kawan dan mana yang bukan.

Saat pertanyaan terakhir diberikan, Dila bergegas menuliskan jawabannya. Athifah tak berkutik. Dia blank. Jelas saja, Dila dinyatakan sebagai pemenang.

Wajah Athifah suram tetapi dia masih memberikan ucapan selamat kepada Dila. Saya merangkulnya, “Tidak apa-apa. Dalam berlomba itu, tak penting menang atau kalah. Yang penting, Athifah sudah berani berlomba. Menang atau kalah sama saja, bukan masalah. Athifah sudah bagus bisa sampai ke tahap ini. Dila menang karena dia jauh lebih besar daripada Kamu.” Dengan badan yang jauh lebih besar, jelas saja, pengetahuannya jauh lebih luas daripada Athifah, kan? Hehehe.

"Capek, Ma," keluhnya.
"Memang capek, Nak. Berlomba itu capek. Mama saja yang menunggu capek, Apalagi Athifah," jawab saya.
Kami lalu membicarakan mengenai soal-soal yang diberikan tadi.

“Masa, teman-temanku tidak ada yang mendukung, Ma?”
“Tidak apa-apa, Nak. Tidak penting itu dukungan orang-orang. Yang penting dirimu yang berlomba, berusaha dengan baik.”

Lomba adzan
Lomba kali ini melelahkan. Saya saja yang mengantar Athifah berlomba, sembari menjaga Afyad yang tak bisa diam merasa sangat lelah. Apalagi Athifah yang energinya terkuras selama berlomba.

Tetapi saya bahagia, Athifah belajar banyak hal kali ini. Tentang sportifitas, tentang proses, tentang perjuangan, tentang dukungan, dan lain-lain. Saya bahagia karena, dengan demikian dia bisa belajar untuk berproses menjadi perempuan tangguh. Karena, kehidupan yang akan dihadapinya kelak bisa jadi merupakan kehidupan keras yang membutuhkan pribadi tangguh untuk menjalaninya. Ketangguhan itu membutuhkan latihan. Bukan sesuatu yang tiba-tiba turun dari langit ketika dibutuhkan.

Selamat, Nak. Satu pelatihan kehidupan telah kau lalui.


Makassar, 16 Agustus 2016

Talkshow di Televisi dan Radio di Bulan Juli

$
0
0
Hal menarik yang tak pernah terduga sebelumnya selama saya ngeblog adalah diundang talkshow di stasiun televisi dan radio. Kali ini saya mau share mengenai kedua hal tersebut. Tepatnya ketika saya diundang Kompas TV Makassar pada tanggal 12 Juli lalu dan radio SCFM, 90.9 FM, pada tanggal 19 Juli lalu.



Pertanyaan yang diberikan Edwin – host Kompas TV dan Wulan – penyiar radio SCFM adalah seputar kegiatan menulis dan manfaat yang saya rasakan. Tentunya, ketika menulis diseriusi, rezeki adalah salah satu “efek” yang bisa diterima. Namun saya menekankan, pentingnya konsistensi di sini. Selain itu, menulis sebaiknya dijalani dengan hati senang. Kita menulis karena memang senang menulis, bukan karena ingin mengejar materi.

Buat saya pribadi, menulis adalah cara yang termudah dan termurah untuk menebar kebaikan. Tanpa ada “penghasilan” pun saya akan tetap menulis karena sudah jatuh cinta dengan dunia ini – khususnya dunia blogging. Saya telah menemukan passion dalam dunia ini ketika saya tidak berusia muda lagi. Saya mulai menyeriusi menulis ketika usia saya memasuki angka 37. Sekarang, menulis bukanlah “sekadar menulis” lagi bagi saya. Setiap hari, menulis menjadi kebutuhan dan mendatangkan banyak sekali manfaat bagi saya.

Namun sekali lagi, satu hal yang saya jaga, yaitu KONSISTENSI. Apapun kesibukan dan kendala di dunia nyata, insya Allah saya akan berusaha kembali menulis. Dan menjalaninya dengan sepenuh hati. Mencoba mengais rezeki berupa materi tetapi tidak ngotot. Ada, alhamdulillah. Tak ada pun alhamdulillah karena rezeki pun sebenarnya tak selalu berbentuk materi. Ada banyak tambahan wawasan dan jaringan pertemanan yang saya peroleh selama ini. Juga pengembangan diri.


Nah, semoga saja video talkshow ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin belajar menulis dan ngeblog. Semoga kalian bisa menjadi lebih bagus daripada saya, yaa.


Makassar, 16 Agustus 2016

Ketika Butuh Pulsa di Malam Buta

$
0
0
Beberapa hari yang lalu, menjelang pukul sepuluh malam, tiba-tiba ada SMS masuk. SMS itu memberitahukan suksesnya pengisian pulsa sebesar Rp. 25.000. Olala, pucuk dicinta ulam pun tiba. Pas pulsa HP sekarat, pas ada pulsa masuk.


Siapa pula yang terlah berbaik hati dengan salah mengirimkan pulsa ke nomor saya?

Pasti salah kirim, nih. Soalnya tidak ada orang yang mengatakan hendak menghadiahi saya pulsa. Lalu tiba-tiba saja ada pulsa masuk. Bisa saja ini terjadi karena ada yang khilaf, salah masukkan nomor. Seseorang itu membuat saya yang ketiban rezeki. Lumayaaan hehehe.

Esoknya, masuk e-mail yang memberitahukan kalau pulsa yang ditransfer malam itu adalah hadiah sebagai 100 orang pertama pengirim tulisanpada sebuah lomba. Bukan hadiah lomba. Seratus pengirim pertama, dijanjikan akan mendapat pulsa, ternyata. Aish, saya malah tidak ingat ada pemberitahuan itu di info lomba. Well, inilah salah satu berkah ngeblog, dapat rezeki tak terduga.


Zaman sekarang ini, kan, hidup tanpa pulsa itu mengenaskan. Ada orang yang bahkan berani bilang, “Lebih mendingan ke mana-mana tidak bawa uang, daripada tidak punya pulsa.” Sampai segitunya.

Anda bagaimana? Kalau saya, belum sampai segitunya, sih. Cuma, tidak enak sekali kalau tiba-tiba ada yang harus dihubungi, pas sudah malam, warung sebelah sudah tutup pula. Tinggal di dalam gang sini, urusan pulsa sebenarnya mudah saja buat saya. Warung sebelah itu, biar dikata warung kecil ji, bukanya bisa sampai 17 jam. Buka sekira jam setengah tujuh pagi. Tutupnya jam 12-an malam. Yang bikin malas keluar hanyalah kalau pintu pagar dan pintu rumah sudah tergembok semua.

Haha, alasan, yah. Jadi sebenarnya untuk mendapatkan pulsa dari rumah aman-aman saja sampai jam 12 malam. Yang sulit, adalah jika pemilik warung kehabisan pulsa juga. Saya pernah terpaksa membeli di luar sana karena selama beberapa hari – entah kenapa – si empunya warung tidak bisa mendapatkan pulsa.

Bukan hanya itu, di zaman sekarang, banyak sekali kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Tidak seperti waktu awal-awal tahun 2000-an. Sejak kira-kira 10 tahun lalu ada perusahaan yang menawarkan untuk menjadi agen pulsa. Kita tinggal datang ke kantornya untuk menyetor sejumlah deposit, pulang dari situ sudah bisa, deh  berjualan pulsa.

Bahkan ada yang lebih canggih lagi, menawarkan kemudahan melalui internet. Contohnya, bisa beli pulsa online di Tokopedia. Selama 24 jam, kita bisa mendapatkan pulsa di sini. Cara bayarnya bagaimana? Ada banyak cara yang ditawarkan. Sekali lagi, teknologi di zaman ini sangat memudahkan kita untuk melakukan pembayaran meskipun kita harus berbelanja di malam buta.

Ada tawaran dua metode pembayaran, yaitu secara manual dan otomatis. Secara manual, bisa melalui transfer ATM, setoran tunai, internet banking, atau mobile banking. Sedangkan metode pembayaran instan bisa melalui: Mandiri Clickpay, Mandiri E-cash, BCA KlikPay, KlikBCA, E-Pay BRI, Indomaret, 7-Eleven, Pos Indonesia, kartu kredit, Alfamart, cicilan, atau Saldo Tokopedia.

Yaah, begitulah. Beli pulsa onlinedi zaman ini tidak ada susahnya. Yang susah hanyalah ketika mau beli pulsa tak punya duit. Iya, kan?


Makassar, 18 Agustus 2016

Delapan Hotel Murah di Pekalongan

$
0
0
Pernah lihat kota atau daerah yang disemarakkan oleh kalong atau keluang[1]? Saya pernah. Kota asal ayah saya, kota Watansoppeng (ibu kota kabupaten Soppeng, kira-kira 180 kilo meter debelah utara Makassar) dulu banyak didatangi kalong pada subuh hari. Kalong-kalong itu meninggalkan kota pada waktu maghrib. Keesokan harinya, kalong-kalong itu berdatangan lagi. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak lagi karena pohon-pohon asam tempat kalong-kalong bergelantungan sudah pada ditebang.



Walau (dulu) banyak kalongnya, bukan Watansoppeng yang memakai nama Pekalongan. Nama Pekalongan justru disematkan pada sebuah kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Konon, asal kata “kalong” pada “Pekalongan” berarti "kelelawar" dalam bahasa Jawa. Legenda setempat menyebutkan, Raden Bahu (bupati Kendal I), seorang abdi dalem Sultan Agung, diberi perintah oleh Sultan Agung untuk membangun sebuah daerah di sebelah barat Kota Kendal, Raden Bahu pun melakukan tapa ngalong (bertapa seperti kelelawar) di daerah ini[2].

Pekalongan populer dengan sebutan  “the world’s city of batik”. Ah iya, sejak saya duduk di bangku sekolah dasar (tahun 1980-an), yang akrab dengan kata batik adalah kata “Pekalongan”. Sering sekali kedua kata itu disandingkan. Kota ini memang memiliki berbagai jenis batik yang menjadi daya darik bagi wisatawan yang berkunjung. Bukan hanya batik, dari aspek wisatanya, Pekalongan memiliki berbagai macam objek wisata mulai dari pantai hingga sejarah. Salah satu objek wisata yang paling populer di Pekalongan berkaitan dengan batik adalah Museum Batik Indonesia, museum yang menyimpan berbagai jenis batik yang ada di seluruh kawasan Indonesia.

Anda penasaran, tidak dengan Museum Batik Indonesia ini? Saya penasaran. Namun, yang lebih membuat saya penasaran adalah wisata mangrove (bakau)-nya! Saya rindu dengan tanaman ini. Dulu, tahun 1980-an, di pesisir Makassar hingga Parepare, masih banyak pohon bakau. Akibat eksploitasi berlebihan, sekarang tidak terlihat lagi. Sayang sekali. Mangrove kan penting untuk menahan abrasi. Nah, hebatnya, di Pekalongan ada “Taman Mangrove”, lho.

Taman Mangrove Pekalongan terletak di Kelurahan Kandang Panjang, kecamatan Pekalongan Utara, kota Pekalongan. Kawasan ini dulunya merupakan lahan tambak udang milik Dinas Pertanian Perikanan dan Kelautan kota Pekalongan yang sudah tak produktif lagi dan akhirnya dikembangkan sebagai kawasan konservasi sekaligus tempat edukasi dan wisata alam. Wuih, keren.

Well, dua hal itu bikin saya penasaran dengan Pekalongan. Dari seseorang, saya mendapatkan kabar bahwa kalau ingin berlibur ke sana, kini tak perlu khawatir lagi jika memiliki budget pas-pasan namun butuh tempat untuk bermalam. Ia memberi saya solusi daftar hotel dengan harga murah yang bisa dijadikan tempat bermalam yang nyaman. Wow!

Berdasarkan informasi darinya, ada 8 hotel yang bisa dipilih sebagai tempat menginap asyik di Pekalongan. Hotel di Pekalongan yang dia rekomendasikan ini menawarkan harga kurang dari 500 ribuan. Saya diberikan informasi juga mengenai beberapa hotel terbaik yang cukup populer di kalangan pengunjung. Nah, ini dia beberapa hotel yang populer di Pekalongan: Hotel Dafam Pekalongan, Hotel Horison Pekalongan, Namira Syariah Hotel Pekalongan, Hotel Sahid Mandarin Pekalongan.

Selengkapnya, inilah 8 hotel di Pekalongan dengan harga murah.

1. Hotel Indonesia Pekalongan


Sumber : Traveloka.com
Hotel Indonesia Pekalongan merupakan hotel bintang 1 yang berlokasi di Jalan Gajah Mada 27-31, Pekalongan. Jika ingin bermalam di hotel tersebut, anda perlu menyiapkan budget sebesar Rp.421.074. Harga yang cukup terjangkau bukan?

2. Horison Pekalongan Hotel


Sumber : mgmcenter.blogspot.com
Horison Pekalongan Hotel merupakan hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan Gajah Mada 11 A, Pekalongan. Jika anda ingin bermalam di hotel tersebut, anda perlu menyiapkan budget sebesar Rp. 427.405. Harganya masih terjangkau kan untuk hotel berkelas bintang 3? Selain harganya yang terjangkau Hotel Horison juga terletak di dekat beberapa tempat wisata, seperti Museum Batik Pekalongan, Agrowisata Tambi, dan Pusat Batik Internasional.

3. Hotel Dafam Pekalongan


Sumber : Traveloka.com
Hotel Dafam Pekalongan merupakan hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo No.53, Pekalongan. Hotel Dafam dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis di setiap ruangannya. Jika ingin menginap di situ, anda hanya perlu menyiapkan budget sebesar Rp.392.562. Harga yang cukup terjangkau bukan?

4. Hotel Sahid Mandarin Pekalongan


Sumber : Traveloka.com
Hotel Sahid Mandarin Pekalongan merupakan hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan Dr. Sutomo, Dupan Square Complex, Pekalongan. Jika memilih hotel tersebut, anda hanya perlu menyiapkan dana sebesar Rp.392.562 per harinya. Hotel ini juga dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis.

5. Marlin Hotel


Sumber : Traveloka.com
Marlin Hotel merupakan hotel bintang 2 yang berlokasi di Jalan Raya Wiradesa 25, Pekalongan. Jika anda ingin bermalam di hotel tersebut, anda hanya perlu menyiapkan budget sebesar Rp.263.802. Hotel ini juga dilengkapi fasilitas wifi gratis. Harga yang terjangkau bukan bagi pengunjung dengan budget pas-pasan?

6. Namira Syariah Hotel Pekalongan


Sumber : Traveloka.com
Namira Syariah Hotel Pekalongan merupakan hotel bintang 3 yang berlokasi di Dr. Cipto No.70, Pekalongan. Jika berminat dengan hotel ini, cukup siapkanbudget sebesar Rp. 239.669. Hotel ini dilengkapi fasilitas wifi gratis, lho. Harga yang terjangkau,kan bagi pengunjung dengan budget pas-pasan?

7. Hotel Istana



Sumber : Traveloka.com
Hotel Istana merupakan hotel bintang 1 yang berlokasi di Jalan Gajah Mada 23-25, Pekalongan. Jika ingin bermalam di hotel ini, siapkandana sebesar Rp. 204.132. Hm ... harga yang terjangkau bagi yang budget-nya pas-pasan.

8. Dian Candra Hotel


Sumber : Traveloka.com

Dian Candra Hotel adalah hotel bintang 2 yang berlokasi di Jalan Mayjend S.Parman no.69 Wiradesa Kab. Pekalongan, Pekalongan. Jika berminat, cukup siapkanuang sebesar Rp.174.298 per harinya. Hotel ini juga dilengkapi fasilitas wifi gratis. Wuih, harga yang sangat terjangkau bukan dibandingkan harga hotel-hotel lainnya?

Nah, tertarik tidak untuk mengisi liburan bersama keluarga atau kawan-kawan tercinta dengan berwisata dan bermalam ke Pekalongan? Anda sudah bisa explore Pekalongan dan menginap di hotel berkelas hanya dengan budget kurang dari 500 ribu, dengan rata-rata hotel telah difasilitasi akses wifi gratis yang membuat anda bisa lebih berhemat tanpa harus menggunakan pulsa anda untuk berkomunikasi dan upload momen bahagia anda saat berwisata di Pekalongan ke berbagai akun media sosial.

Makassar, 19 Agustus 2016



[1]Kalong: kelelawar besar yang makan buah-buahan pada waktu malam, pada siang hari tidur dengan menggantungkan diri pada dahan kayu (KBBI)
[2]Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pekalongan

Tarrasmart: dari Makassar, Go International

$
0
0
Menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, peran radio cukup signifikan. Sutomo atau Bung Tomo, lelaki kelahiran Surabaya 3 Oktober 1920, adalah orang yang pertama kali mewacanakan radio untuk mengumandangkan pekik kemerdekaan.


Mengenang Peran Radio Dahulu


Bung Tomo yang juga merupakan wartawan ANTARA ini senantiasa mengumandangkan pidato-pidato perjuangan melalui siaran radio yang diberi nama Radio Repoeblik Indonesia (RRI). Melalui RRI, di-relay siaran dari Sabang hingga Merauke. Namun sayang, perjuangan tersebut tidak mendapat dukungan semua orang Indonesia. Saat mendatangi Jakarta, Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin tidak memberikan izin atas usulnya mendirikan stasiun radio khusus.

Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, berita disiarkan dari sumber Domei (Kantor Berita Jepang). Sekira pukul 17.30, ketika pegawai bersiap-siap berbuka puasa, seorang wartawan kantor berita Jepang Syachruddin berhasil menyusup ke gedung radio dan ke ruang pemberitaan dengan membawa teks proklamasi yang diterimanya dari Adam Malik untuk menyiarkannya melalui radio. Pada pukul 18.00 petugas pemberitaan, siaran dan teknik berunding di ruangan pemberitaan untuk mencari kesempatan menyiarkan teks proklamasi. Petugas teknik menginformasikan bahwa studio luar negeri yang tidak mengudara, berada dalam keadaan kosong. Studio itu dapat dipergunakan dan petugas teknik mengatur teknis dari sana sehingga bisa langsung ke pemancar yang terletak di Tanjung Priok

Tepat pukul 19.00 teks proklamasi dibacakan secara bergantian dalam bahasa Indonesia oleh Jusuf Ronodipoero dan dalam bahasa Inggris oleh Suprapto. Penyiaran teks proklamasi tersebut melalui radio di Jakarta berlangsung berkali-kali selama 15 menit dan pembacaan yang sama dilakukan juga oleh Radio Bandung.

Saat kedatangan pasukan sekutu bersama tentara Belanda di Jakarta pada 30 September 1945, Bung Tomo yang belum kembali ke Surabaya mendengar peristiwa perobekan bendera belanda di Hotel Yamato. Bung Tomo lantas kembali ke Surabaya dan mendirikan “Radio Pemberontakan” yang pemancarnya masih meminjam milik RRI Surabaya.

Melalui radio pemberontakan yang mulai mengudara 16 Oktober 1945 inilah, Bung Tomo menyiarkan pesan-pesan perjuangan. Namun, lagi-lagi cara Bung Tomo tidak disukai Jakarta karena dianggap terlalu menghasut rakyat untuk berperang dan melupakan jalan diplomasi. Meski begitu, pemerintah tetap diam dan membiarkannya terus mengudara.

Demikianlah sekilas peran radio dalam perjuangan kemerdekaan RI. Selanjutnya, lebih 30 tahun setelah masa itu, radio merupakan alat komunikasi dan hiburan yang penting di negara ini. Pada masa kecil dan ABG, saya menjadi salah satu pendengar radio yang setia. Di kala itu stasiun televisi hanya satu. Itu pun jarang sekali menayangkan acara untuk anak-anak dan ABG. Melalui radio, saya bisa mendengarkan sandiwara radio. Ada kisah anak lelaki bernama Si Unyil yang dijahati ibu tirinya. Kemudian ada kisah drama radio berseri Saur Sepuh yang menyita perhatian anak-anak hingga dewasa di kota ini.

Di usia remaja, ensiklopedia lagu pop dan barat di memori saya sebagian besar berasal dari radio-radio swasta. Ketika itu masih banyak stasiun radio menggunakan gelombang AM. Acara request lagu menjadi favorit saya. Ketika satu per satu stasiun radio di Makassar beralih ke gelombang FM, saya tidak menjadi pendengar radio lagi. Dikarenakan, pesawat radio milik ibu saya tidak memfasilitasi siaran radio FM. Namun saya tahu, fans dari stasiun-stasiun radio FM banyak dari kalangan muda Makassar.

Tarrasmart, Radio di Era Digital


Seiring perkembangan zaman dan maraknya jenis hiburan, kini radio tidak menjadi primadona lagi. Melihat adanya masalah dalam hal ini, lima anak muda asal kota Makassar mengembangkan startup bernama Tarrasmart (Transformation Radio for LifeSmart)sejak 2 tahun lalu. Tarrasmart.Com adalah aplikasi website dan android kompilasi streaming radio. Saat ini sudah sekira 1000-an stasiun radio dari seluruh Indonesia yang bergabung dengan Tarrasmart. Sejak dua bulan lalu masuk Play Store, sekarang Tarrasmart telah mendapatkan 80.000 pengguna dan sudah 1000 kali di-download oleh peminatnya. Selain itu, ada sekira 100 hingga 200 pengguna aktif Tarrasmart setiap harinya. Wuih, keren, yah.

“Kami melihat suatu masalah yang sangat besar dan mungkin tidak pernah dipikirkan banyak orang, kita tahu bahwa pendengar radio sangat menurun kaerna keterbatasan area, sedangkan kita tahu di Indonesia jumlah perantau di dalam dan luar negeri sangat banyak. Dan para perantau yang rindu dengan kampung halaman akan mencintai siaran-siaran radio lokal sesuai dengan logat, bahasa, dan budaya masing-masing. Hal ini lah yang melatarbelakangi kami untuk membuat Tarrasmart. Kami ingin membuat transformasi radio dimana orang akan mencintai radio sehingga radio tetap berjaya mengingat radio sangat erat kaitannya terhadap kemerdekaan Indonesia,” Cristianto Rian (Tian) menjelaskan saat saya tanyakan latar belakang adanya Tarrasmart. Pertama kali bertemu dengannya di sebuah acara di DiLo Makassar dua bulan lalu, saya langsung tertarik untuk menuliskan tentang Tarrasmart di blog ini.

Cristianto Rian adalah founder dan CEO Tarrasmart. Bulan Juni lalu, Tian mengikuti program Bekraf for Pre-Startup (Bekup)[1] yang diselenggarakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)[2]. Bekup merupakan program penyiapan pre-startup pada subsektor aplikasi, games, animasi, desain, dan fashion. Program ini bertujuan menaikkan tingkat keberhasilan pre-startup pada periode awal pembentukannya dan diharapkan menjadi sebuah solusi efektif untuk mengurangi tingkat kegagalan yang mencapai angka 90 persen[3].

Berkompetisi di Ajang Internasional Berkat Dukungan Bekraf


Tak hanya sampai di situ peran Bekraf. Ada kabar baik lain lagi. Belum lama ini, Bekraf telah menyeleksi dan memilih sepuluh startup tanah air untuk menghadiri Startup Istanbul. Bekraf bahkan akan membiayai tiket dan akomodasi mereka sepanjang acara yang rencananya berlangsung pada tanggal 6 – 10 Oktober 2016. Dan kabar gembiranya, TarraSmart berhasil menjadi salah satu peserta kompetisi startup tingkat dunia ini sebagai startup ambassador dari Bekup, mengalahkan ratusan startup dari seluruh Indonesia. Tian dan timnya (Mohamad Taufik (Ipox) sebagai CBDO, Alfian sebagai CTO, Laura Fany sebagai CFO merangkap Digital Marketing, dan Briant Kevin sebagai COO merangkap Digital Marketing) patut berbangga karena merupakan satu-satunya startup asal Makassar, bahkan Indonesia timur yang berhasil masuk ke tahap ini. Menurut saya, inilah salah satu inovasi daerah, inovasi yang dilakukan oleh anak daerah.

Ipox (kanan) dan TIan (tengah) saat diwawancarai oleh Edwin (host Kompas TV
Makassar). Sumber foto: FB Tian
“Ajang ini merupaka acara startup terdepan yang menyatukan founder, investor dan eksekutif di regional Eurasia. StartupIstanbul merupakan perkumpulan dari pemimpin-pemimpin startup dan perusahaan internet, angel investors, dan pemodal ventura (VC) dari Asia dan Eropa. Istanbul adalah tempat yang sempurna untuk konferensi teknologi bagi perusahaan, pemodal, dan startup terdepan di industri digital dengan ambisi global. Inti dari acara ini adalah networking. Waktu disediakan untuk menjalin relasi dengan founder, eksekutif, pengusaha, dan investor terbaik regional. Acara tahun ini akan menghadirkan lebih dari 500 startups dan lebih dari 4000 peserta,” Tian menjawab pertanyaan saya mengenai Startup Istanbul.

Wow luar biasa, ya. Ajang ini akan sangat berarti bagi Tarrasmart yang memiliki visi menjadi perusahaan internet yang dapat menghubungkan pendengar, penyiar dan stasiun dari seluruh nusantara hingga manca negara.

Perjuangan Tim Tarrasmart


Kalau bicara tentang apa yang telah diraih Tian (alumni STMIK Dipanegara), Ipox (alumni STMIK Dipanegara), Laura (mahasiswa Universitas Fajar), Alfian (alumni STMIK Dipanegara), dan Briant (mahasiswa STMIK Akba) pastilah kekaguman dan rasa bangga yang hadir di dalam hati kita. Namun saya tertarik menggali mengenai perjuangan mereka dan bagaimana mereka menghadapi tantangan selama ini. Berikut kutipan percakapan saya dengan Tian dan Ipox:

Bisa diceritakan kesulitan-kesulitannya dan bagaimana mengatasinya (saat pembuatan dan dalam mempromosikan Tarrasmart)?


Kesulitan-kesulitan yang sering dialami adalah dalam hal dana pada awal-awalnya sehingga kami mengatasinya dengan cara melalukan bootstrapping atau bisa di sebut mengumpulkan dana milik pribadi untuk biaya produksi dan marketing.

Apa perubahan Tarrasmart sewaktu baru ikut lomba Bekraf dan sekarang? Saya menebak adanya penyempurnaan-penyempurnaan. Bisa ceritakan bagaimana kalian berjuang menyempurnakan Tarrasmart?


Betul adanya bahwa kami melakukan penyempurnaan untuk Tarrasmart dari segi tampilan atau user interface dan kenyamanan user atau user experience. Jika dulu kami memaksa user untuk menyukai apa yang kami buat, saat ini kami melakukan penyempurnaan agar user dapat menggunakan aplikasi dan layanan kami dengan nyaman sehingga user dapat mencintai produk kami dengan sendirinya (Tian).

Kami setiap hari bekerja dengan melihat produk kami setiap jam. Mulai dari radio A smpai Z. Kami bekerja dengan semangat. Ada adu argument juga, yang mana yang bisa di terima dan yang mana harus dibuang. Untuk membangun ini semua, saya dan kawan-kawan tidak ada istilah egois karena akan menghacurkan tim. Jadi, kami selalu bekerja dengan hati untuk produk. Tapi tidak dengan individu. Kalau salah, ya tetap salah. Nah, ketika mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Bekraf, kami optimis menang. Betullah kami memang menang karena pengorbanan besar yang kami lakukan. Dan TUHAN pun tentu terlibat di dalam ini smua. TUHAN tidak tidur (Ipox).


Ipox dan Tian saat diwawancarai di Celebes TV
Sumber: channel Youtube Tian

Apa yang kalian unggulkan dari Tarrasmart dalam mengikuti kompetisi di Istanbul?


Kami akan mengembangkan fitur ke depannya agar pengguna Tarrasmart dapat melihat penyiar radio melalui video streaming yang sedang dikembangkan Tarrasmart. Serta dengan fokus di pasar Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga Tarrasmart akan menunggulkan akses informasi lokal yang lebih cepat melalui seluruh stasiun radio yang ada di Indonesia.

Cerita, dong tentang kesulitan-kesulitannya, misalnya dalam mendapatkan ilmu atau software untuk menyempurnakan Tarrasmart. Dan bagaimana menemukan solusinya?


Untuk kesulitan ... kami sekarang ini aman-aman saja karena kami sudah expert dalam hal pengembangan software dan ilmu IT. Tapi masalah yang kami alami sekarang ini adalah bagaimana cara mendapatkan investor. Jadi, kalau untuk solusi menemukan investor: kami berupaya terus pada perbaikan produk, strategi marketing yang baik, dan tim yang kuat. Serta membangun networking ke pelaku kreatif industi laiann yg punya link kuat ke investor (Ipox).

Sebenarnya kalau dalam ilmu dan software bukan masalah lagi buat kami, Kak, karena kami memang base-nya IT, jadi bukan hal sulit membuat aplikasi. Saya sendiri merupakan lulusan terbaik Teknik Informatika tahun 2014 pada wisudah pertama. Kesulitannya adalah saat anak Teknik harus dipaksa untuk bisa berbisnis, karena ilmu ini yang tidak pernah kami dapatkan di perkuliahan dulu. Jadi harus belajar banyak dari buku dan Internet (Tian).

Setelah menyadari perlunya ilmu bisnis, apa yang dilakukan?


Kebanyakan dengan belajar lewat online dan buku-buku bisnis.

Mari Dukung Tarrasmart Go International


Ipox & Tian  saat diwawancarai di radio Christy. Sumber foto: FB Tian
Demikianlah bincang-bincang dan hasil penelusuran saya mengenai Tarrasmart. Senang sekali saya mengenal anak-anak muda Makassar yang luar biasa ini. Walaupun belum mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah ini, dukungan moril dari kita semua, insya Allah bisa menyemangati tim Tarrasmart yang akan berangkat ke Istanbul dua bulan ke depan. Kita patut mendukung upaya positif ini mengingat misi yang dibawa Tarrasmart berikut: memudahkan masyarakat Indonesia mendengarkan radio melalui Internet dan membentuk jaringan kerja sama dengan seluruh stasiun radio di Indonesia.

Melalui Tarrasmart, saya berharap orang Indonesia, walau di mana pun berada tetap bisa mengobati kerinduannya akan tanah air dan daerah asal tercinta melalui siaran radio lokal yang bisa di dengar secara real time. Bukan tidak mungkin semangat kebangsaan bisa tetap terjaga melalui siaran radio yang bisa didengar setiap hari.

Sukses, ya buat Tian, Ipox, Alfian, Laura, dan Briant Kevin. Semoga kalian bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia di kancah internasional sebagaimana Owi dan Butet saat menyumbangkan medali emas untuk Indonesia beberapa hari lalu. Semoga kejayaan radio bisa "dikembalikan" melalui Tarrasmart. Semoga pula berkat kalian, semakin banyak anak-anak muda Makassar yang termotivasi untuk melakukan hal-hal positif di dalam dunia IT.

Makassar, 20 Agustus 2016


Catatan:
  • Download Tarrasmart di Play Store untuk gadget Anda.
  • Atau dengar radio via www.tarrasmart.com.



Tulisan ini bukan tulisan berbayar. Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku



Referensi:

  • Wawancara via inbox Facebook dengan Cristianto Rian (Tian) dan Mohamad Taufik (Ipox) sebagai CEO dan CBDO Tarrasmart.
  • http://www.redio.in/colorsfm/article/sejarah-radio-dan-peranannya-dalam-kemerdekaan-ri
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Radio_Republik_Indonesia
  • http://makassarterkini.com/startup-lokal-tarrasmart-menjuarai-lomba-starup-yang-digelar-bekraf/
  • https://id.techinasia.com/startup-indonesia-siap-berlaga-di-startup-istanbul-2016
  • https://id.techinasia.com/bekup-program-pendidikan-calon-founder-startup
  • https://www.codepolitan.com/bekraf-luncurkan-program-bekup-upaya-meningkatkan-keberhasilan-pre-startup-indonesia


Catatan kaki:




[1]Bekup diselenggarakan di Digital Innovation Lounge (DILO) yang bekerja sama dengan Telkom yang ada di berbagai kota, seperti Bogor, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Medan, Makassar, Bekasi, dan Depok. Setiap peserta akan menjalani beberapa workshop yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas teknis dan kelas bisnis (https://id.techinasia.com/bekup-program-pendidikan-calon-founder-startup).

[2]Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) adalah lembaga pemerintah non-kementerian yang bertanggung jawab di bidang ekonomi kreatif. Saat ini, Kepala BEKRAF dijabat oleh Triawan Munaf. BEKRAF mempunyai tugas membantu Presiden RI dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio (https://www.codepolitan.com/bekraf-luncurkan-program-bekup-upaya-meningkatkan-keberhasilan-pre-startup-indonesia).

[3]Majalah Forbes mengungkapkan bahwa dari 10 startup yang didirikan, hanya akan ada satu yang berhasil. Menurut Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), fenomena tersebut disebabkan karena kurangnya pengalamanfounder, minimnya keterampilan manajemen yang mereka miliki, serta jaringan bisnis mereka yang terbatas (https://id.techinasia.com/bekup-program-pendidikan-calon-founder-startup).

Tips Belanja Asyik di Toko Swalayan

$
0
0
Walau keberatan dengan pengidentikan oleh sebagian orang terhadap perempuan dengan kata “suka belanja” namun saya tidak menafikan kalau kata “belanja” saja memang tidak jauh-jauh dari perempuan.
Pekerjaan berbelanja sehari-harinya dalam sebuah rumah tangga biasanya memang merupakan urusan ibu rumah tangga. Mulai dari urusan mengatur apa-apa saja yang harus dibeli sesuai kebutuhan dengan mengesampingkan kepentingan, hingga berpikir belanja mana yang harus hemat dan belanja mana yang “tidak apa-apa” bila tidak hemat.

Iya, toh. Kan ndak mungkin juga kalau harus berhemat di semua lini kehidupan. Dalam urusan kesehatan, kalau mau menghemat – yang dihemat adalah kesehatan dengan gaya hidup sehat tetapi tidak boleh menghemat pengeluaran yang urgent dalam hal kesehatan. Kalau ada anggota keluarga yang sakit misalnya, mau tidak mau tetap harus keluar uang untuk melakukan hal yang terbaik. Atau paling tidak, mempersiapkan diri dengan membayar asuransi terlebih dulu.

Contoh promo JSM Alfamart
Nah, ngomong-ngomong tentang tempat belanja, walau suka berbelanja di warung, pedagang keliling, dan pasar tradisional, saya tak menampik pasar modern alias super market alias toko swalayan. Kenapa? Karena sesekali memang ada barang yang harus dibeli di sana.

Nah, ketika keadaan membuat kita pergi berbelanja di toko swalayan, perhatikan hal-hal berikut ini. Jadikan sebagai tips belanja asyik:

1. Perhatikan promo yang sedang berlangsung.

Manfaatkan promo-promo yang diselenggarakan oleh toko swalayan. Contohnya adalah promo JSM Alfamart. Promo JSM Alfamart ini adalah jenis promo di website milik Alfamart. Selain itu ada pula bentuk promo di aplikasi gadget, spanduk, dan flyer. Flyer biasanya diletakkan di dekat pintu masuk toko swalayan atau di dekat kasir. Barang-barang yang sedang promo, biasanya harganya memang benar-benar murah. Oya, teliti juga tanggal pemberlakuan promo lho, ya. Jangan sampai tanggalnya sudah lewat tapi flyer-nya masih diletakkan di dalam toko. Saya pernah hampir terkecoh karena lupa memperhatikan tanggal masa promo.

2. Perhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Perhatikan dengan sekasama syarat dan ketentuan yang berlaku bagi barang-barang yang sedang promo. Dulu, saya pernah terjebak dengan promo tanpa memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku. Duh, konyol sekali rasanya. Ternyata dalam hal berbelanja, butuh ketelitian tingkat tinggi juga. Syarat dan ketentuan biasanya mencakup pemberitahuan mengenai kondisi yang membolehkan membeli barang tertentu dengan harga murah. Jarang-jarang, tuh barang murah yang tidak diatur dengan “syarat dan ketentuan” ini.

3. Bila bawa anak, negosiasi terlebih dulu.

Ini sih pengalaman pribadi saya. Kalau bawa anak, biasanya dafar belanjaan bertambah panjang daripada yang dibawa dari rumah kalau tak pandai-pandai menyiasatinya. Anak-anak suka tergiur dengan barang-barang ngejreng untuk anak yang terpajang di toko swalayan. Jangankan di toko swalayan, belanja di warung saja butuh negosiasi dengan anak. Sebaiknya berunding dulu dari rumah, apa yang boleh dibeli anak dan apa yang tak boleh ia lakukan selama pergi berbelanja dengan kita. Ini yang saya lakukan kepada anak-anak bila mereka ingin ikut saya pergi berbelanja.

4. Cek harga dengan teliti.

Kadang kala, harga yang tertera di label harga pada rak pajangan/etalase berbeda dengan yang tersimpan dalam data base toko swalayan. Saya pernah dibuat kecele, nih gara-gara tidak teliti. Sudah senang saja dapat barang murah, eh nyatanya harga yang di mesin kasir sudah berubah ke harga normal. Ternyata pegawai di toko-toko swalayan, walaupun tokonya kecil, tidak selalu teliti mengganti harga.

5. Buat daftar belanjaan dari rumah.

Jangan lupa membuat daftar belanja dari rumah. Kalau tak punya daftar belanja, biasanya pengeluaran akan membengkak dari yang dibayangkan sebelumnya.

6. Dahulukan kebutuhan.

Dahulukan kebutuhan, bukan mendahulukan kepentingan. Bedakan antara kebutuhan dan kepentingan, ya teman. Kebutuhan adalah hal yang memang kita butuhkan. Kepentingan adalah hal yang kita pikir dibutuhkan padahal kita hanya “lapar mata” saja melihatnya. Misalnya nih, ada promo bedak murah langsung membeli padahal di rumah masih ada bedak. Ada promo pasta gigi berhadiah sikat gigi, langsung sambar saja padahal di rumah masih ada stok pasta gigi dan sikat giginya.

***

Misalkan mendapat informasi dari promo JSM Alfamart, nih ya. Carilah informasi mengenai barang yang memang sedang kita butuhkan. Abaikan saja godaan dari promo barang-barang lain yang sedang menebar pesona. Pasang “kaca mata kuda”.

Jadii, begitu, deh. Berbelanja selalu membutuhkan tips tersendiri supaya tak membuat kita mengalami lebih besar pasak daripada tiang. Selamat menerapkan tips belanja asyik. :)

Makassar, 25 Agustus 2016

Catatan dari Gathering Lintas Komunitas Kreatif

$
0
0
Very late post ini merupakan review dari kegiatan yang saya ikuti pada tanggal 30 Juli 2016 lalu. Saat itu, saya mengajak teman-teman IIDN Makassar untuk hadir di acara gathering lintas komunitas kreatif di Kafe Keiko yang diselenggarakan oleh DiLo Makassar.


Tampil sebagai nara sumber pertama adalah Ir. Arianto Burhan Makka – ketua Badan Pengusaha Pemuda Pancasila. Ia tak bisa lama-lama hadir di DiLo. Hm, mungkin saja karena acara ini mulainya mundur dari jadwalnya jadinya ia tak bisa lama-lama lagi. Pak Arianto hanya menyampaikan sedikit hal yang menekankan pada “intensitas pertemuan”.

Pak Arianto menceritakan bagaimana dulu ia “menimba ilmu bisnis” dari orang-orang yang lebih dulu berbisnis. Bagi siapa saja yang hendak konsultasi atau tanya-tanya mengenai bisnis, ia persilakan untuk menemuinya.

Adalah potensi besar, Sulawesi Selatan merupakan provinsi urutan ke-5 dalam bidang ekonomi kreatif. Semangat anak-anak muda di sini luar biasa. Komunitas memegang peranan penting untuk menjadi “penggerak”. Yang penting punya semangat wira usaha yang kuat dan bagus dalam berkomunikasi. Jika semangat bisnis naik-turun maka bergabunglah dengan komunitas yang punya semangat bisnis.

Pada tahun 1945, Hiroshima dan Nagasaki dibom. Roda perekonomian dan politik di Jepang mati. Yang kemudian muncul menyelamatkan Jepang adalah komunitas-komunitas kecilyang muncul dari kesadaran anak-anak muda Jepang, bukan pemerintah. Mereka bersaing dengan mengirimkan orang-orangnya untuk belajar ke luar negeri. Singkat cerita, Jepang bertumbuh karena kemampuan bersaing anak-anak mudanya yang positif tetapi tidak ada perkelahian.

Para narsum: atas: Duo Zul (Pak Zoel dan Pak Zul), kiri bawah: Pak Arianto.
Kanan bawah: Kasman Suherman
Pak Zulkarnain Basir tampil sebagai nara sumber kedua. Lelaki yang akrab disapa Pak Zoel ini berprofesi sebagai dosen. Pantasan saja penjelasannya menarik untuk disimak. Yang saya tuliskan berikut ini adalah apa yang bisa saya catat dari apa yang disampaikannya:

Dahulu, perekonomian Hongkong digerakkan oleh pelacuran dan perjudian namun sekarang tidak lagi. Sejak tahun 2015, ekonomi kreatif di Hongkong menguasai 40% perekonomian Hongkong. Ada 4 pilar ekonomi kreatif di Hongkong, yaitu: pemerintah, akademisi, komunita, dan user.

Ngomong-ngomong tentang kata “kreatif”, ada satu kota di negara kita pada tahun lalu dinobatkan sebagai “kota kreatif dunia”. Kota apa itu? Yup, Bandung! Tepatnya bulan Desember kemarin UNESCO mengumumkan kota Bandung tercatat sebagai salah satu dalam jaringan kota kreatif UNESCO Creative Cities Network (well, kalau yang ini, hasil cari-cari saya di internet[1]).

Nah, mengapa Bandung bisa berkembang dengan kreativitasnya? Jawaban yang diberikan oleh Pak Zoel adalah karena “ada kolaborasi” antar-komunitas. Makassar belum seperti Bandung. Mengapa? Karena ego sektoralnyamasih kuat. Masih ada semacam dinding yang membatasi antar komunitas-komunitas di Makassar sehingga belum pada terbuka pikirannya untuk bekerja sama.


Contohnya adalah dalam perkembangan IT, startup Makassar juga berkembang. Ada karya yang dihasilkan tapi user dan investor masih perlu dicari. Antar komunitas yang seharusnya bisa bekerja sama, tidak bertemu. Mereka hidup sendiri-sendiri. Sementara itu, pemerintah butuh tetapi tidak melihat kepada mereka. Karena alasan inilah dibentuk MCN – Makassar Creative Network[2]. Pak Zoel menekankan, pentingnya untuk bekerja samakarena kita tidak sendiri.

Satu lagi nara sumber bernama Zul sharing di depan hadirin. Nama lengkapnya Zulkifli AT – CEO dari Sahaba' Kreatif. Ia mengatakan banyak developer egonya tinggi tetapi tidak mengerti bisnis. Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) memperhatikan hal ini, dengan mengajarkan startup asuhannya membangun bisnis. Oya, Pak Zul yang ini pernah menjadi mentor di Bekraf.

Mirip-mirip dengan dikatakan Pak Zoel sebelumnya (perhatikan ya teman, ada "Zoel" dan ada "Zul" :)), Pak Zul juga mengatakan bahwa ia belum melihat semangat “untuk bersama-sama” di Makassar. Padahal di Sulawesi Selatan ada “SDM” (sumber daya masalah). Masalah, bagi orang kreatif adalah peluang bisnis. Dari masalah, bisa dicarikan beberapa alternatif solusi. Dari beberapa alternatif itu, pilih yang paling pas dan paling kreatif.

Menurutnya, perbedaan antara (orang) Makassar dan (orang) Bandung adalah, bagi orang Bandung “satu ide menghasilkan 10 eksekusi” sementara bagi orang Makassar “10 ide belum tentu tereksekusi”. “Beda orang sukses dan orang yang punya ide adalah action,” tandas Pak Zul.


Selain ketiga nara sumber tersebut, Kasman Suherman dari startup Tiketbusku.com juga sharing mengenai pengalamannya mengembangkan startup tersebut. Startup ini kini telah menghasilkan 18.000 user reservasi. Baru hari ini saya membaca kabar bahwasanya Tiketbusku.com masuk ke dalam 15 startup terbaik dalam sebuah ajang bergengsi. Nah, tentang ini akan saya tulis secara terpisah di blog ini. Startup keren begini tidak boleh ditulis secara sekilas saja. Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan kata-kata Kasman, “Kuncinya adalah yakin dengan apa yang kita punya.”

Makassar, 25 Agustus 2016


Catatan kaki:


[1]Tercatat kota yang masuk dalam Creative City Network untuk kategori kota selain Bandung adalah Singapore, Budapest, Kaunas di Lithuania), Detroit (AS), Puebla di Mexico (sumber: http://www.antaranews.com/berita/534718/unesco-umumkan-bandung-masuk-dalam-jaringan-kota-kreatif)

[2]Makassar Creative Network (MCN): Makassar Creative Network adalah Asosiasi Digital Kreatif yang merupakan wadah pelaku & pemangku aktivitas industri kreatif berbasis digital, perusahaan teknologi, dan perusahaan rintisan (startup) di Kota Makassar. MCN hadir mewakili pelaku industri yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan ekosistem industri kreatif digital di Kota Makassar. Dengan mengedapankan sinergitas komunitas kreatif, akademisi, praktisi dan pemerintah. Kemudian menjadi wadah penguatan konektivitas, kolaborasi dan berbisnis (sumber: grup FB MCN, lihat website MCN: www.mcn.or.id).

Ngobrol Bareng Blogger: Mengupas Aktivitas Selebgram Hingga Dompet Elektronik

$
0
0
Kalau bukan menghadiri acara Ngobrol Bareng Blogger, saya tidak update wawasan dan tidak tahu tempat yang bernama Bistropolis. Lumayanlah dapat pengetahuan “gaul”, berangkat bareng Ifa (Arifayani), yang masih anak muda, dan ketemu-ketemuan sama anak-anak muda blogger Makassar. Inilah asyiknya ngeblog, biar kata tambah umur, bisa tetap update banyak hal selain pengetahuan kekinian dan jadi tahu tempat ngopi-ngopi cantik ini.

Ngobrol Bareng Selebgram

Tanggal 9 Agustus kemarin, sekira 30 blogger Makassar menghadiri acara yang menghadirkan seorang selebgram Makassar – Alhafsi sebagai nara sumbernya. Alhafsi banyak membagikan cerita mengenai kegiatannya berinstagram ria. Anak muda yang masih kuliah semester 3 di UNHAS ini, sangat menyukai fotografi. Bukan hanya bergabung dengan komunitas Insta Makassar, dia juga menjadi salah seorang jurnalis di Harian Fajar. Wow ... ini nih contoh anak muda yang bisa memanfaatkan media sosial dengan positif.

Mengapa Alhafsi menyukai menjadi jurnalis? Lelaki ini membagi alasannya menjadi dua, yaitu ringan dan serius. Alasan ringannya, di antaranya adalah karena ia bisa jalan-jalan gratis dan bertemu banyak orang penting. Sementara alasan seriusnya adalah ia bisa belajar “kemanusiaan”, berkarir, dan menempa diri menjadi pribadi tangguh.

Selanjutnya, Alhafsi berbagi tentang kegiatannya menggunakan Instagram. Saat tulisan ini saya, buat, follower lelaki yang menggunakan akun @hhacii_ini sudah mencapai 15.600-an dengan post sebanyak 532 (makanya saya menyebutnya sebagai “selebgram” alias selebriti Instagram). Walau follower-nya tidak sebanyak nona Aw***** yang bikin geger para orang tua se-Indonesia raya itu, jumlah follower yang dimiliki oleh Alhafsi ini, buat saya sudah terbilang fantastis.

Tentunya bukannya secara asal-asalan ia menjaring follower demi follower, saya melihat konsistensi dari foto-foto yang ada di akunnya. Maka, belajar langsung dari apa yang di-share-nya kali ini, menjadi penting buat saya.

Selebgramnya sedang tidak diajak ngobrol sama duo MC ^_^

Nah, menurut lelaki yang senang bertemu orang yang berbeda setiap harinya (dalam kapasitasnya sebagai jurnalis) ini, ada 3 hal yang harus diperhatikan agar dapat mengambil foto yang bagus, yaitu: komposisi, pencahayaan(ambil gambar pada “golden hours”), dan angle.

Sementara tips yang diberikan Alhafsi agar “bermain” Instagram itu menarik adalah:
  • Konsisten dengan feed, dengan menciptakan style sendiri.
  • Buat jadwal post (jam 10 pagi, jam 5 sore, atau jam 10 malam).
  • Jangan sombong dengan followers.
  • Jangan lupakan penggunaan hash tag. Gunakan hash tag yang populer.

Setelah menemukan keasyikan bermain Instagram, Alhafsi merasakan 4 keuntungan: berkarya, nambah teman, menghasilkan uang, dan nge-hits. Di sisi lain, ada pula kerugian yang mungkin timbul, yaitu: pelanggaran hak cipta, pencemaran nama baik, dan bullying.

Menyimak materi dari Alhafsi, saya tergerak untuk bertanya. Begitu Edwin dan Ni Luh – duo MC malam itu memberikan kesempatan, saya langsung tunjuk tangan, “Share, dong ke kita-kita, apakah pernah Alhafsi mengalami kerugian bermain Instagram? Ya, siapa tahu saja kita bisa seperti Alhafsi, jadi selebgram. Dan ketika menghadapi masalah yang sama, cara Alhafsi bisa diterapkan.”

Hm, mamak-mamak jadi selebgram? It sounds an impossible mission.Ah, mana tahu nasib berkata lain, ya, hehehe.

Alhafsi bercerita, saat follower-nya berjumlah 7.000, ia mendapat like sebanyak 9.000. Ada yang menuduhnya sebagai “pembeli follower”. Alhafsi mencoba menjelaskan dengan menjawab komentar. Mengapa bisa demikian, karena post Instagramnya sering muncul “di permukaan Instagram” (kanal explore kalau ndak salah) sehingga dilihat oleh mereka yang bukan follower-nya. Dari situlah dia mendapat like banyak. Kalau komentar yang muncul buruk, Alhafsi memilih untuk cuek saja.

Ngobrol Tentang Dompet Elektronik


Dari obrolan seputar Instagram, topik berpindah pada produk teknologi yang lain. Kali ini dibawakan oleh Mbak Diandra dari BCA. Produk berupa “dompet elektronik” yang bisa diakses via smartphone  yang dijelaskan oleh mbak cantik ini bernama SAKUKU.

Cara mendapatkan aplikasiSAKUKU adalah:
  • Dengan men-download aplikasi Sakuku di Google Play atau App Store. Pastikan dulu smartphone Anda memiliki sistem operasi Android (OS 4.0 ke atas) atau iPhone (iOS 7.1 ke atas).
  • Isi data dan verifikasi.
  • Buat PIN Sakuku (dalam 6 digit numerik).
  • Bisa langsung Top Up/Cash In Sakuku dengan maksimum saldo Rp 1.000.000.
  • Kalau sudah aktivasi ke Sakuku Plus, saldo maksimum akan bertambah menjadi Rp 5.000.000.

Keramaian acara
Lalu, kalau punya dompet elektronik keuntungannya apa? Tentu saja, kita tidak perlu bawa banyak cash ke mana-mana. HP bisa sekaligus bertindak sebagai dompet yang isinya bisa di-top up denganbeberapa cara (melalui ATM BCA, KlikBCA, dan m-BCA pada BCA mobile). Nomor handphone kita bertindak sebagai nomor kepemilikan Sakuku.

Seperti dompet fisik, isi dompet elektronik bisa digunakan untuk bayar belanjadi merchant fisik/toko atau merchantonline/website Sakuku. Juga bisa isi pulsa dan melakukan transaksi perbankan lainnya seperti info saldo dan mutasi transaksi. Asyik, kan? Selain itu, Sakuku bebas biaya administrasi per bulan. Dengan Sakuku Plus, diri kita dan 9 orang lainnya bisa ber-split bill (patungan). Wuih, ini bikin hang out-nya orang-orang berjiwa muda makin all out. Oya, satu lagi, dengan Sakuku, kitabisa melakukan tarik tunai tanpa kartu (catat: tanpa kartu!) di ATM-ATM BCA yang bertanda Sakuku, lho.

Acara Ngobrol Bareng Blogger ini berlangsung seru. Aneka pertanyaan kuis dilontarkan oleh duo MC keren, Edwin dan Ni Luh. Hadiah-hadiah dibagikan kepada para pemenang. Manager Marketing Communication  BCA Pusat – Bapak Iwan Iswadarman menyampaikan perlunya keterlibatan blogger dalam mengedukasi masyarakat. Well, kurang lebih seperti itulah harapan saya sehingga tulisan ini tercipta. Mudah-mudahan saja bermanfaat bagi kita semua.


Makassar, 11 Agustus 2016


Viewing all 2021 articles
Browse latest View live