Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all 2017 articles
Browse latest View live

Dwi Puspita: Tentang Impian Menjadi Ibu dan Surabaya Masa Kini

$
0
0
Sudah cukup lama saya “mengenal” Dwi Puspita, mom blogger beranak satu ini. Saat saya sering blog walking ke blognya, ia masih pengantin baru dan berstatus karyawan di sebuah perusahaan. Dulu, kisah-kisah personal yang saya baca di blognya adalah seputar kisah jalan-jalannya bersama sang suami. Membaca kisah-kisah tersebut, membuat saya mengingat kisah saya dulu ketika belum punya momongan (baca dua kisah saya Bandung dan Gorden dalam Kenangan Pengantin Baru dan Pengantin Baruan di Rantau).



Cukup lama lifestyle bloggerini menantikan kehadiran anak. Ada satu tulisan di blognya yang layak menjadi referensi bagi mereka yang sedang menanti momongan, yaitu Pengalaman Cek Sperma di Laboratorium Klinik Pramita HR Muhammad Surabaya. Mungkin ada yang menanyakan “Pentingkah menuliskan pengalaman itu?” Saya jawab: penting! Saya teringat sewaktu masih pengantin baru dulu, saya dan suami juga menjalani rangkaian pemeriksaan karena saya jarang haid tapi tak jua kunjung hamil. Saya dan suami harus memeriksakan kesuburan kami. Bagi suami, yang diperiksa tentu saja spermanya (baca kisah saya tentang kesuburan di Dari Tidak Subur Menjadi Subur (Tidak Ada yang Mustahil Bagi Allah).
Sudah hampir 3 tahun menantikan momongan, duh rasanya sedih banget. Sudah cukup kami pacaran, kami ingin memomong anak sekarang. Kami ingin repot dengan anak, kami ingin dengar tangisannya, kami ingin menjadi orang tua rempong dengan anak. Ulala... alangkah bahagianya. Dulu. Iya...dulu. Kami sangat menanti titipan yang sangat berharga itu, berharga dari segi apapun (curhat Dwi).

Bukan hanya itu, Dwi menuliskan pengalaman-pengalaman seputar program hamil dan cerita seputar kehamilannya di blognya. Pengantin baru layak berburu ilmu di blognya. Salah satu tulisan Dwi yang saya rekomendasikan adalah 9 dari 10 Perjalanan Progam Kehamilanku dan Pengalaman Senam Hamil di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran Surabaya.

Pada tulisan berjudul 9 dari 10 Perjalanan Progam Kehamilanku ada 9 tips “menanti momongan” yang dilakukan Dwi sampai akhirnya berhasil mengandung. Di antaranya adalah minum susu persiapan kehamilan, pengobatan alternatif, dan cek kesuburan di laboratorium dan dokter. Kalau ingin tahu tips lainnya, silakan klik link di atas, yaa.

Kisah personal lain yang banyak ditulisnya adalah tentang kucing-kucing peliharaannya. Perempuan berkaca mata ini memang sangat suka kucing. Klik saja tabulasi “KUCING” di blognya untuk membacanya. Tabulasi itu terhubung ke blog lain milik Dwi yang berisi 49 cerita tentang kucing (kebayang ya seperti apa kecintaan Dwi pada hewan lucu ini, sampai dibuatkan blog khusus).


Tiga tahun semenjak nikah, pada tahun 2016, Dwi Puspita baru merasakan kehamilan. Betapa bersyukurnya ia dan suaminya. Saya melihat perbedaan ritme ngeblognya yang sekarang dibanding dulu. Sekarang tak “selincah” dulu karena sudah ada buah hati mewarnai hari-harinya yang butuh perhatian lebih. Namun demikian, Dwi tak membiarkan blognya berdiam.

Aktivitas ngeblog masih berusaha dijalaninya. Yang juga banyak ditulis oleh blogger Surabaya ini adalah hal-hal menarik yang ada di Surabaya masa kini. Ada satu label khusus yang dibuatnya, yaitu “Surabaya”. Klik saja tabulasi SURABAYA dan temukan hal-hal menarik kekinian terkait kota pahlawan itu. Nih, saya kasih bocoran beberapa judul tulisan Dwi:
  • 5 Tempat Kongkow Asik di Surabaya Barat
  • Surabaya North Quay, destinasi kongkow baru di Surabaya
  • Kuliner Surabaya - Bakso Rindu Malam
  • Kuliner Surabaya-Sambel Uleg Kaki Lima Lidah Kulon

Bukan hanya itu, masih banyak lagi cerita tentang Surabaya. Salah satu yang menarik adalah cerita tentang Masjid Nasional Al Akbar Surabaya yang memiliki menara setinggi 99 meter! Wuih, tinggi sekali! Seru juga berwisata “menara” di masjid seperti itu. Sembari dzikir dari atas tanah sampai pada ketinggian 99 meter sepertinya seru juga, ya. Mengingat kebesaran-Nya jugalah yang bisa mengantarkan kita naik meter demi meter sampai ke bagian paling atas menara. Kalau suatu waktu berkesempatan ke Surabaya, Mbak Dwi harus menemaniku berwisata menara, ya. Siapa suruh buat tulisan yang membuat saya penasaran!

Makassar, 4 April 2017

Catatan: foto-foto berasal dari blog Mbak Dwi.



Arisan link putaran ke-20 Grup 4 Komunitas Blogger Perempuan 



Lele yang Menular

$
0
0
Ini adalah salah satu keseruan yang saya alami, dianugerahi Allah tiga orang anak:

Dua dari tiga anak ini sering berkolaborasi melawan yang satunya. Entah itu Athifah dengan Afyad atau Afyad dengan Affiq. Yang tidak pernah terjadi adalah Athifah berkolaborasi dengan Affiq hahaha. Mungkin karena Afyad yang paling kecil, masih asyik diperebutkan sebagai anak bawang.

Gara-gara kakak-kakaknya yang bergantian, Afyad pun jadi manipulatif. Kalau dia ingin mengambil keuntungan dari Affiq maka yang dia dekati Affiq. Sebaliknya, kalau dia hendak mengambil keuntungan dari Athifah maka dia membuat kakak perempuannya itu menentang Affiq.


Hampir setiap hari mereka heboh. Saling berbisik, “Api’ lele.” Atau “Athifa lele.” Api’ itu sebutan Afyad untuk Affiq. Kepada kakak sulung yang usianya berselisih lebih dari 8 tahun ini, Afyad tak mau memanggilnya “kakak”. Yang dipanggilnya “kakak” hanya Athifah yang berselisih 3 tahun usia darinya.

Lalu apa itu lele? Lele itu pelesetan dari JELEK hahaha. Pertama kali mengucap kata JELEK, dengan lidah cadelnya, Afyad menyebutnya LELE.

Suatu ketika, saya lupa apa kejadian yang melatar belakanginya, namun saat itu Athifah hanya bermaksud menggoda Afyad. Dia mengajukan pertanyaan kepada saya dengan sengaja memperdengarkannya kepada Afyad, “Mama, siapa lele, Api’ atau Afyad?”

Mendengar pertanyaannya, saya berusaha menghentikan perseteruan “melele-lelekanini, “Sudah ah. Berhenti bilang lele.Kalau Affiq lele, Afyad lele, berarti Mama dan Papa lele. Kita semua lele. Kita keluarga lele dong!”

Nona mungil itu menyimak dengan seksama perkataan saya lalu bertanya, “Kenapa? Karena tertular?

Sungguh, saya tak sanggup menahan tawa. Sembari menatap wajah polos nona mungil ini, dengan tawa berderai-derai saya katakan, “Menular? Hahaha. Bukan menular istilahnya. Ya kalau mama dan papanya jelek, anak-anaknya jelek juga, dong. Begitu!”

Makassar, 4 April 2017


By the way, berhenti saling menjelekkan, ya Nak. Kalian ganteng-ganteng dan cantik, koq. Paling ganteng dan cantik sedunia.

Catatan: 
Gambar berasal dari pixabay.com

Ajakan untuk Mewujudkan Generasi Literer

$
0
0
Saya datang agak terlambat ke acara Sosialisasi Perpustakaan Bersama Sastrawan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional di Hotel Sahid pada tanggal 30 Maret lalu. Makin terlambat lagi karena saya harus mengambil jalan memutar. Pintu yang biasanya terbuka saat ada acara seperti ini ditutup, jadi saya harus mengambil jalan memutar agar bisa masuk. Saat saya tiba di meja registrasi, terdengar musik tradisional sedang dimainkan di dalam ruangan. Sepertinya sedang ada sajian tari tradisional.


Prolog: Sedikit Insiden


Petugas registrasi memperlihatkan daftar nama di mana tertera nama-nama anggota IIDN Makassar yang sudah saya daftarkan sejak tanggal 14 Maret lalu. Satu nama tercoret dan digantikan nama seorang lelaki. Anggota IIDN Makassar tidak ada lelaki, nama juga “Ibu-Ibu Doyan Nulis”. Pengganti nama kawan yang dicoret itu ... seharusnya kawan saya dari organisasi yang sama, kan? Saya harus membereskan insiden ini. Kasihan kalau kawan saya yang menjadi pengganti tak boleh masuk ke dalam ruangan!

“Kenapa nama teman saya diganti, Bu? Saya sudah kordinasikan supaya teman saya bernama Evi yang gantikan teman yang tidak hadir! Saya ketua IIDN Makassar, Bu. Dan saya sudah koordinasikan teman pengganti itu!” protes saya kepada panitia.

“Tadi Pak ............. yang coret, Bu,” ibu itu menyebut nama seseorang yang saya tahu berpengaruh pada acara tersebut.

Saya menghela napas lalu mencoba menelepon teman yang sedianya menggantikan teman yang berhalangan hadir.

“Saya sudah ada di dalam ruangan, Kak. Tadi saya mau mendaftar sebagai pengganti nama yang kita’ bilang itu tapi sudah ada yang gantikan ki,” kawan yang saya telepon menjelaskan.

Fiyuh, syukurlah. Untungnya dia diperbolehkan masuk, dengan menggantikan nama lain yang ada di daftar nama. Eh, kasihan juga nama yang dicoret itu. Kalau dia datang, bagaimana? Ah sudahlah, itu urusan panitia. Maka saya melangkah masuk ke dalam ruangan dengan perasaan lega.


Tentang Literasi


Tidak berapa lama,  Syarif Bandu, MS naik ke atas panggung untuk membuka acara. Beliau adalah putra daerah Sulawesi Selatan yang menjadi Kepala Perpustakaan Nasional. Menurutnya, ada korelasi antara perdamaian dunia dan kesetaraan pemahaman, “Mustahil ikut perdamaian dunia tanpa kesetaraan pemahaman!” Melalui apa kesetaraan pemahaman diperoleh? Melalui membaca! Syarif menerangkan tentang pentingnya buku. Semua profesi dibentuk oleh kekuatan buku. Buku yang kuat membentuk opini dan pemahaman. “Malu mengaku sastrawan kalau tidak bisa memahami nilai-nilai dalam masyarakat,” pungkasnya.

Saat acara inti, yaitu talkshow hendak berlangsung, Syarif kembali naik ke atas panggung bersama 3 nara sumber lain (seorang ba yang mewakili Kepala Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan, Ajiep Padindang (anggota DPD RI), dan novelis Tere Liye) dan Nur Fitri Ishak sebagai moderator.

Tidak mungkin perpustakaan tidak relevan lagi,” penuh percaya diri Syarif mengatakan hal ini saat menjelaskan mengenai paradigma perpustakaan. Selanjutnya ia menekankan pentingnya bagi perpustakaan menerapkan teknologi informasi bagi masyarakat.

Masuk kepada pengertian literasi,  Syarif mengatakan, “Literasi adalah kemampuan menelusuri informasi-informasi yang relevan agar seseorang eksis dalam bidangnya.”

Ada 5 tingkatan literasi yang disampaikan  Syarif:
  • Kemampuan anak pra sekolah (saya tidak bisa mencatat detailnya).
  • Tingkat kemampuan kenal kata, kelas 1 – 3 sekolah dasar.
  • Kemampuan mengenal hubungan sebab-akibat (SMP).
  • Mengaplikasikan ilmu (SMA).
  • Menerapkan literasi sesuai bidang masing-masing. Berbeda antara satu dengan lainnya. Misalnya literasi untuk penyelam berbeda dengan literasi untuk marinir.



Paradigma perpustakaan yang lainnya adalah bahwa buku membentuk opini dunia. Para pustakawan bukan hanya sekadar ahli menjajarkan buku.

Tak berpanjang kata lagi, giliran panelis berikutnya, bapak yang mewakili Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Sulawesi Selatan. Ia menjelaskan mengenai keseriusan Sulawesi Selatan dalam mengelola dan merawat perpustakaan. Misalnya pada zaman gubernur A. Pangerang Pettarani, dia membangun gedung perpustakaan negara yang waktu itu bertempat di Gedung MULO, sampai tahun 1980-an. Perpustakaan kemudian pindah ke Benteng lalu ke Tala’ Salapang (jalan Sultan Alauddin). Selain itu, di Makassar ada universitas yang membentuk jurusan Ilmu Perpustakaan. Alumninya dimanfaatkan di seluruh Indonesia. Sekarang ini, di UIM ada S2 Ilmu Perpustakaan.

Dr. Ajiep Padindang memaparkan tentang budaya lisan di Sulawesi Selatan. Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, Sulawesi Selatan menganut tradisi lisan. Pada abad XVII muncullah kebiasaan menulis, seperti menulis silsilah atau pesan di atas daun lontar dengan aksara Lontarak. Sementara dalam Islam, perintah yang pertama turun adalah “iqra’” (membaca).

“Mendengar itu ujungnya imajinasi dan ingatan. Sementara membaca ujungnya adalah berpikir,” tandas Ajiep.

Sampai di sini saya berpikir kalau Pak Ajiep meminta hadirin menghubungkan sendiri apa-apa yang dituturkannya.

Ia kemudian menjelaskan mengenai apa yang dilakukannya terkait pelestarian bahasa daerah di Indonesia sebagai anggota DPD dari Sulawesi Selatan (yaitu dengan merancang UU Pelestarian Bahasa Daerah).

Sayangnya Ajiep terburu-buru. Sepertinya ada agenda berikut yang harus ia hadiri. Dalam hati saya menyayangkan karena saya sebenarnya berharap ia hadir sampai acara selesai. Mana tahu dari acara ini ada usulan mengenai RUU yang patut dibuat terkait literasi, perpustakaan, penerbit, atau penulis di Indonesia. Tapi, yaah mau bilang apa.


TERE LIYE, nara sumber terakhir pada acara ini adalah yang paling saya tunggu-tunggu. Sebuah kesempatan emas hadir di acara yang ada penulis terkenal! Tere berbicara data, untuk kepandaian membaca 93,9% masyarakat kita pandai membaca (data Unesco). Namun literasi tidak hanya tentang membaca. Berdasarkan survei CSU, Indonesia berada pada ranking 60 sebagai “Most Lierate Nation”.

Terkait hal ini, jika ditanya bagaimana minat baca di Indonesia, Tere Liye akan menjawab, “Selalu baik.” Saya menangkapnya, dengan demikian kesan optimis akan terjejak. “Kalau tidak (menjawab demikian), masa depan Indonesia suram sekali,” Tere Liye tertawa getir.

Tere sepakat dengan Syarif Bandu saat mengatakan, “Jangan sampai pustakawan mengatakan bahwa minat baca orang Indonesia rendah!” Dia melanjutkan, “Kita punya metode mengajarkan generasi berikut tentang apa itu literasi. Literasi sangat penting untuk jadikan masyarakat terdidik!”

Mengapa literasi penting?
  • Lebih dari 6 juta orang menjadi buruh migran. Mereka melakukan pekerjaan yang tidak butuh literasi.
  • Kualitas dan daya saing lulusan sekolah dibanding negara lain.
  • Yang bisa menyaring kabar hoax adalah mereka yang literasinya tinggi.




Jika ada yang mengatakan bahwa gadget itu mengancam literasi, Tere Liye tak sependapat. Gadget itu hanyalah benda mati. Yang berbahaya adalah gadget illiterate. Nah, semua orang bertanggung jawab atas rendahnya tingkat literasi di Indonesia:
  • Penulis. Maka produktiflah menulis. Berilah masyarakat alternatif bacaan yang baik. Di Indonesia sedikit penulis yang menulis 1 buku dalam satu tahun.
  • Pemerintah. Berilah insntif buku. Perlu diketahui bahwa pajak penulis itu tinggi sekali. Dua kali lipat dari profesi lain.
  • Komunitas. “Jadilah komunitas yang tahan banting, buktikan kalian melakukan sesuatu,” kata Tere Liye.
  • Warga. Biasakan anak-anak membaca. Orang tuanya juga. Guru, juga berperan dalam hal ini.

Saat ada yang menanyakan tips menulisnya, Tere Liye mengatakan, “Pastikan niatnya!” Dengan niat baik, tugas penulis adalag fokus produktif menulis. Mengenai pengertian literasi secara sederhana baginya, Tere Liye mengatakan, “Berapa banyak buku atau berapa ribu kata yang dibaca setahun terakhir.” Saya suka dengan pendapatnya. Sebab membaca di zaman ini tak selalu harus buku yang menjadi obyeknya.

Epilog: yang Tak Kesampaian


Sayang sekali saya tidak kebagian giliran bertanya. Padahal saya ingin beruneg-uneg, siapa tahu bapak Kepala Perpusnas atau Pak Ajiep bisa memberikan solusinya. Ini, nih yang mengganjal di pikiran saya:
  • Begini, saya ingat ketika masih mahasiswa (tahun 90-an), dulu banyak buku bacaan berukuran saku. Harganya murah, amat ramah dengan kantong mahasiswa. Buku ukuran kecil seperti itu saya pikir cukup ampuh untuk memancing minat baca. Soalnya sekarang ini, penerbit mempersyaratkan buku yang terbit minimal sekian ratus halaman. Tebal-tebal euy.
  • Penerbit sebenarnya banyaaak sekali. Tapi tidak semuanya produknya masuk Makassar. Saya tahu karena saya berteman dengan banyak sekali penulis dan mengamati banyak penerbit. Banyak sekali buku bagus yang tidak masuk ke Makassar. Di toko buku Gramedia, yang paling banyak dijual adalah buku-buku terbitan Gramedia dan penerbit-penerbit dalam kelompoknya. Kalau akan memiliki buku yang tidak masuk Makassar, ongkos kirim yang ditanggung pembeli terbilang mahal. Asyiknya kalau bisa seperti di Amerika Serikat, distribusi buku di sana gratis. Pesan buku, dari satu wilayah ke wilayah lain ongkos kirimnya gratis. Kebijakan di negara kita seharusnya mempermudah distribusi buku.
  • Menulis adalah perkara kemauan keras untuk terus menulis. Di zaman ini, teknologi sangat memudahkan untuk belajar maupun mempunyai wadah. Seperti blog yang saya gunakan ini. Kalau sulit pakai laptop, ada koq kawan-kawan saya yang pakai gadget untuk upload tulisan. Ada pustakawati yang menjadi blogger. Keren sekali, dia. Namanya Luckty Giyan Sukarno. Andai banyak pustakawan(wati) seperti dia, betapa menyenangkannya dan cerdasnya sosok pustakawan(wati) itu. Yang ingin tahu sosoknya silakan langsung ke blognya: https://luckty.wordpress.com/. Luckty ini suka bagi-bagi buku, dari penerbitnya langsung tentu saja, dengan mengadakan giveaway di blognya. Saya pernah memenangkan salah satu giveaway yang diselenggarakannya. 

Berfoto bersama Pak Syarif Bandu, Kepala Perpusnas

Ah puas, bisa menuliskan uneg-uneg saya di sini meski tempo hari tak bisa mengucapkannya di forum. Inilah beruntungnya menulis di blog. Bisa dibaca orang kapan saja. Walaupun ada sedikit yang tidak enak yang baru saya ketahui usai makan siang, yaitu teman saya yang lain hampir tidak bisa masuk ke tempat acara berlangsung karena namanya sudah dicoret dan digantikan nama lain. Setidaknya, terlihat kerja keras panitia menyelenggarakan acara ini. Selain ada goodie bag dan snack pagi serta makan siang, panitia membagikan lembar review untuk penilaian oleh hadirin. Untuk hal ini saya harus mengucapkan terima kasih sebagai pribadi. Dan mengucapkan terima kasih mewakili kawan-kawan saya dari komunitas IIDN Makassar. Semoga di kegiatan berikutnya kami masih diundang lagi.

Makassar, 5 April 2017


Sayangnya saat sesi foto-foto, Tere Liye dengan lihai menghilang. Jadi kami tak bisa memamerkan kepada kawan-kawan yang tak hadir bahwa kami “bertemu” Tere Liye di acara itu.

Apresiasi Terhadap Upaya Kolektif Penyediaan Air Bersih untuk Indonesia

$
0
0
Sejak menjadi content writer untuk beberapa kegiatan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia), saya mengetahui beberapa program pemerintah yang sedang didukung oleh BaKTI. BaKTI adalah organisasi yang berfokus pada pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Salah satu program pemerintah yang didukung adalah AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan).


Delapan kementerian berkolaborasi. Delapan kementerian tersebut adalah Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pusat Statistik. Mereka membentuk lembaga adhoc Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional pada tahun 1997. Tujuan terbentuknya lembaga ini adalah agar menjadi wadah atau forum komunikasi dan koordinasi agar pembangunan air minum dan sanitasi di negara ini berjalan lebih baik.

Kegiatan yang pernah dilakukan BaKTI terkait hal ini adalah Provincial Coordination Meeting Pokja AMPL Provinsi Sulawesi Selatandi Hotel Remcy pada tanggal 6 Oktober 2016. Insya Allah, pada tanggal 11 April 2017 besok, BaKTI akan mengadakan Inspirasi AMPL yang menghadirkan dua nara sumber dari Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Sidrap yang akan berbagi mengenai usaha-usaha yang mereka lakukan di daerah menuju akses universal 2019.

Sesuai dengan amanat RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) tahun 2005–2025 dan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) tahun 2015-2019, pemerintah melalui program pembangunan nasional “Akses Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019”, dengan menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia[1].


Terkait hal ini pula, pemerintah mencanangkan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) melalui Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM[2]. STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku menjadi higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM terdiri atas 5 pilar:
  1. Stop buang air besar sembarangan.
  2. Cuci tangan pakai sabun.
  3. Pengelolaan air minum/makanan rumah tangga.
  4. Pengelolaan sampah rumah tangga.
  5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Buat warga kota besar, mudah saja melaksanakan kelima hal tersebut namun ternyata tak semua daerah mampu melaksanakannya dengan mudah, lho. Bukan hanya pemerintah saja yang harus berupaya keras. Butuh dukungan berbagai pihak, termasuk masyarakat itu sendiri (makanya dicanangkan gerakan berbasis masyarakat) dan komunitas/LSM. Bahkan sekarang, perusahaan melalui program CSR-nya sudah ada yang berinisiatif membantu penyediaan air bersih bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah Aqua, melalui gerakan Dari Kita untuk Indonesia sejak tahun 2014, lalu gerakan 1 untuk 10 pada tahun 2016.

#1untuk10

Maksud “1 untuk 10” adalah, dengan membeli Aqua berlabel khusus, setiap 1 liternya, AQUA akan menyediakan 10 liter air bersih untuk masyarakat yang membutuhkan. Programnya diselenggarakan di beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya di NTB dan NTT. Kalau yang saya baca di beberapa website (di antaranya di website MajalahKartini.Co.Id, program ini terselenggara dengan kerja sama bersama mitra AMPL untuk percepatan target akses universal.

Berikut ini saya kutipkan salah satu keberhasilan program 1 untuk 10:
Ellena Rachmawati, Direktur YMP-NTB, mengatakan bahwa masyarakat di Desa Beriri Jarak dan Kembang Kerang Daya, Lombok Dua dulu mengalami kesulitan mengakses air, terlebih saat musim kemarau.  “Dengan program yang didukung Aqua, masyarakat saat ini dapat mengakses air minum dan sanitasi dasar yang layak disetiap rumah. Keberhasilan program ini karena adanya kerja sama dan partisipasi yang kuat dari berbagai pihak.“ Program Peningkatan Akses Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di NTB ini merupakan bagian dari inisiatif Water Access Sanitation and Hygiene (WASH) yang dikembangkan Aqua. Program ini telah memberikan manfaat kepada lebih dari 130.000 jiwa penduduk di 17 Kabupaten/ Kota di Indonesia[3].

Kita patut mengapresiasi usaha-usaha seperti ini. Jika masih ada wilayah di Indonesia yang warganya tidak bisa merasakan manfaat minum air putih secara optimal akibat kesulitan mengakses air bersih, bagaimana pembangunan berkelanjutan bisa dilaksanakan dan mencapai hasil yang maksimal sementara air merupakan kebutuhan vital bagi manusia?

Makassar, 9 April 2017


Catatan kaki:


[1] Sumber: http://beta.new.pamsimas.org/media.php?module=detailberita&id=936&cated=11
[2] Sumber: http://stbm-indonesia.org/dkfaq.php
[3] Sumber: https://mediabanten.com/2016/10/14/rilis-komitmen-aqua-peningkatan-akses-air-minum-nusa-tenggara-barat/

IZI: Tentang Rumah Singgah dan Keajaiban Internet

$
0
0
Rumah singgah bagi pasien yang tidak punya tempat menginap di sebuah kota, pernah saya tonton idenya di film berjudul Pinky Promise. Pinky Promise adalah sebuah film yang menceritakan mengenai kisah para perempuan survivor kanker di Jakarta. Salah seorang dari mereka bercita-cita membangun rumah singgah bagi para pasien yang harus berobat ke Jakarta tetapi tidak memiliki kerabat yang rumahnya bisa ditempati menginap.




Rupanya di Makassar sudah ada rumah singgah serupa itu juga. Rumah Singgah ini menjadi penyebab yang membuat saya terpukau dengan “keajaiban teknologi” yang menghubungkan orang-orang dengan cara tak terduga. Bagaimana bisa? Ceritanya saya share di bawah, ya.

Yang menggagas Rumah Singgah Pasien yang saya maksud adalah IZI – Inisiatif Zakat Indonesia. Letaknya di Perumdos UNHASTamalanrea Blok GB 21. Saya mengetahuinya dari Pak Ramli – salah seorang penggiat zakat dari IZI Perwakilan Sulawesi Selatan saat ia share kepada saya perihal Pak Eko ini:

Sepenggal kisah Pak Eko dan Keluarganya
Salah satu penghuni Rumah Singgah Pasien IZI Sulsel

Pak Eko dan Istrinya Fatimah adalah warga Blitar Jawa Timur yang sejak 20 tahun lalu meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke Kabupaten Buol di Selawesi Tengah untuk mencari sesuap nasi. Di Boul Pak Eko beserta Istri dan kedua anaknya tinggal di gubuk sederhana di atas lahan transmigrasi. Profesi sehari-harinya adalah kebun, penghasilannya tak menentu karena hanya mengandalkan hasil kebunnya.

Sejak 8 bulan terakhir ini Pak Eko sudah tidak bisa lagi beraktivitas seperti biasanya karena mengalami kecelakaan, tertimpa pohon saat hendak memperbaiki rumahnya yang sudah mulai rapuh. Akibat kecelakaan itu, tulang bagian pinggul dan tulang pipi patah. Pak Eko juga mengalami infeksi saluran pencernaan. Akibatnya, ia sudah 2 kali diopersai di RSUD Buol namun tak kunjung membaik. Dengan kondisi ini akhirnya mereka dirujuk ke rumah sakit yang ada di Palu tapi melihat kondisinya yang cukup parah dan harus ditangani secara serius maka pihak rumah sakit di sana merujuknya ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pak Eko dan istrinya
Pak Eko Ke Makassar hanya di temani oleh istri tercintanya – Ibu Fatimah. Mereka awalnya tidak mau dirujuk ke RSWS Makassar dan memilih kembali ke Boul dengan alasan tidak pernah menginjakkan kaki di Tanah Daeng sebelumnya dan tak memiliki satu pun sanak keluarga di Makassar. Namun dengan bantuan teman-teman IZI yang ada di Palu yang meyakinkan Pak Eko dan keluarganya bahwa di Makassar ada Rumah Singgah IZI yang bisa membantu dan menampung mereka selama di Makassar, mereka pun bersedia. Pada hari Kamis, tanggal 16 Februari 2017 Pak Eko dan istrinya tiba di Makassar. Mereka disambut oleh Tim Program IZI lalu dibawa ke Rumah Singgah Pasien IZI Sul Sel.

“Jangankan ngontrak rumah di sini, Pak. Uang makan pun kami sudah tidak cukup, tapi alhamdulillahkami sangat bersyukur karena bisa tinggal di Rumah Singgah Pasien IZI dan segala kebutuhan kami dipenuhi di Makassar ”. Ucap Ibu Fatimah sambil mengusap air matanya.

Makassar, 14 Maret 2017

Ramli – Penggiat Zakat
Inisiatif Zakat Indonesia Sulawesi Selatan


IZI adalah salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional yang selalu berusaha memberikan layanan terbaik dalam memudahkan kaum muslim berzakat melalui beberapa layanan yang ditawarkannya. Layanan itu berupa layanan langsung di kantor atau gerai IZI,  jemput zakat dengan menghubungi terlebih dulu melalui call center, SMS, WhatsApp, atau e-mail, layanan zakat via ATM, mobile banking, internet banking, atau transfer langsung ke rekening IZI, atau melalui online payment di website www.izi.or.id.

Lalu hubungannya dengan teknologi yang saya singgung di atas adalah, ketika saya bagikan kisah Pak Eko itu ke grup alumni SMADA 92, seorang kawan – dr. Jumriani mengatakan mengenal Pak Eko. Dokter Jumriani yang bekerja di Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah menyatakan bahwa benar Pak Eko itu pasien dari Sulawesi Tengah. Nah kan, ini yang saya maksud. Dengan produk teknologi, dunia jadi sempit. Dari Pak Ramli ke saya, dari saya ke dr. Jumriani, lalu dr. Jumriani pun berkomunikasi dengan Pak Ramli mengenai Pak Eko. Saya merasa amazing! “Hanya” dengan dukungan koneksi internet 4G XL yang stabil, komunikasi dan transfer informasi lintas provinsi via media sosial bisa berjalan baik lengkap dengan foto-foto Pak Eko. Lalu koneksi itu menghubungkan pengelola Rumah Singgah di Makassar dengan dr. Jumriani. Dan semuanya berlangsung dengan begitu cepat!

IZI memberikan bantuan ke Somalia
IZI Sul Sel mengadakan Sunatan Massal kepada 100 anak.

Saat saya tanyakan seberapa besar penggunaan internetdalam pengoperasian IZI, dari segi penyebaran informasi, manfaat yang diterima IZI, inisiatif perorangan, ataupun sistem yang ada, Pak Ramli mengakui peran pentingnya.

Kata Pak Ramli, “Social mediamemang menjadi salah satu cara jitu untuk memberikan informasi terkait aktivitas yang dilakukan oleh kami di IZI. Baik itu melalui FB, Twitter, WA, Instagram, BBM, Line, dan lain-lain. Manfaatnya sangat luar biasa karena ini dapat mempermudah komunikasi kami dengan para mustahi (donatur) maupun relawan yang ada di lapangan. Sistem kami juga memang sepenuhnya secara onlineapalagi dengan terpusatnya sistem yang ada di IZI.”

Wah iya, saya pun punya pengalaman baik dengan IZI. Saat melaksanakan Sosialisasi Peduli Sahabat akhir Februari – awal Maret lalu, IZI Sul Sel menjadi salah satu sponsor. Ketika itu komunikasi dengan cepat dilakukan melalui kawan panitia – Pak Irfan dengan penggiat IZI di kantor pusat (Jakarta) dan dengan IZI Sul Sel. Dengan cepat pula kami mendapat keputusan bahwa IZI Sul Sel bersedia mendukung kegiatan kami.

IZI Sul Sel memberikan bantuan kepada Nenek Minasa di Desa Timbuseng, Kab. Gowa.
Nah, bagi yang mau menyalurkan zakat, IZI recommended. Programnya banyak. Selain Rumah Singgah Pasien, secara nasional ada program 1000 Kaki Palsu, 1000Lapak Berkah, dan Kampung Bina Muallaf. Di Makassar sendiri, IZI pernah menyelenggarakan Khitanan Massal, perbaikan rumah, pemberian bantuan ke Somalia, dan yang akan berlangsung adalah Paket RamadhanKeluarga Dhuafa (1 keluarga donatur mencukupi kebutuhan 1 keluarga dhuafa).

Jika berminat, silakan simak informasi berikut:

🏧Layananan Transfer
An. Yayasan Inisiatif Zakat Indonesia
Rekening Zakat IZI :
- Mandiri              122.002.80.000.68
- Mandiri Syariah 789.789.1217
- BNI Syariah 121.555.3331
- BNI 5000.121.00
- Muamalat         301.01.666.14
- BCA 5395.500.900
- BCA Syariah 001.121.0077
- BTN 141.000.157.000.3578
- Danamon Syariah 55.0000.1622
- Permata Syariah 121.873.2727
- BJB Syariah 523.0102.000.127
- BRI 034.001.002.293.300

An. Yayasan Inisiatif Zakat Indonesia
Rekening Infak & Sedekah IZI:      
- Mandiri 122.002.70.000.10
- Mandiri Syariah 777.888.1211
- BNI Syariah 121.555.4448
- BNI 700.121.009
- Muamalat 301.01.666.15
- BCA 5395.100.600
- BCA Syariah 001.121.0044
- Danamon Syariah 55.0000.1721
- Permata Syariah 121.873.2700
- BRI 034.001.002.292.304 (Konfirmasi setelah transfer dgn mengirimkan bukti transfer)

🏍 Layanan Jemput
Tlp/WA 085241390384
atau datang langsung ke kantor IZI
Jl. Tamalate 1 No. 3 Makassar
Mohon dikonfirmasi jika sudah transfer demi memudahkan administrasi di lembaga🙏
#Memudahkan saudaramu Dimudahkan urusanmu




Makassar, 11 April 2017


Catatan:
Foto dan gambar berasal dari Pak Ramli (IZI Sul Sel)

Tips Menikmati Mie Samyang Secara Berbeda

$
0
0
MieSamyang: saya penasaran dengan mie yang sedang nge-hitsini. Mie samyang ini saat ini sedang ramai dibicarakan dan bisa menjadi alternatif jenis makanan yang sedang digemari orang Indonesia. Mie yang satu ini identik atau terkenal dengan mie Korea sebab berasal atau diproduksi di Korea. Mie ini terkenal cukup pedas dan itulah yang menjadi salah satu ciri khasnya yang sangat melekat.

Pada dasarnya mie yang satu ini sama saja dengan mie instan yang dijual di pasaran akan tetapi yang membedakannya adalah dari segi produksi dan juga cita rasa yang menyertainya yakni ekstra pedas. Banyak orang yang penasaran dengan rasa samyangyang katanya sangat pedas dan sekaligus enak untuk dinikmati ini. Mie yang saat ini semakin dikenal di kalangan masyarakat ini memang sedang menjadi incaran atau menjadi kegemaran banyak orang dengan beberapa alasan untuk ingin mencobanya atau mencicipinya.


Dari berbagai sumber, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan dalam memilih mie yang satu ini sebagai santapan yang tepat. Inilah cara tepat atau tips dalam menikmatinya:

1. Buat challenge,
Sudah cukup banyak orang yang melakukannya yakni membuat challenge makan mie yang satu ini sebab cukup menantang dan bisa menjadi salah satu cara yang seru jika dinikmati bersama dengan teman-teman Anda disertai suasana yang tidak biasanya yakni dengan cara challenge. Ini adalah pilihan tepat sebab bisa menjadi salah satu ajang yang cukup membuat Anda merasa kenyang sekaligus senang. Cobalah untuk mempraktekkannya bersama dengan rekan atau kerabat Anda sehingga akan tercipta suasana menikmati mie ini dengan cara yang cukup mengesankan.

2. Sediakan minum yang cukup,
Karena memang pedasnya yang ekstra dan tidak dapat dipungkiri sebagai mie yang terkenal karena tingkat kepedasan yang katanya cukup tinggi maka Anda sebaiknya menyediakan minuman sebagai pendamping makanan sebelum Anda mulai memakannya. Hal tersebut akan menjadi salah satu cara yang tepat sebelum Anda merasakan sensasi pedas.

3. Nikmati dalam suasana hujan,
Disajikan dalam suasana yang memang hangat yakni dengan cara direbus maka akan sangat cocok jika dinikmati pada saat kondisi diluar sedang turun hujan. Ini adalah salah satu perpaduan setting yang tepat sekali. Sebab rasa lapar akan terpuaskan dengan makan mie, serta rasa atau hawa dingin pun akan sedikit terasa hangat karena makanan hangat yang masuk ke dalam tubuh Anda.

4. Diolah dengan cara lain,
Anda bisa memilih atau mengolah mie yang satu ini dengan cara lain atau dengan berbagai pilihan yang unik misalnya saja dengan menyajikannya tidak seperti biasanya. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah dengan menyajikannya seperti sosis bakar yakni dengan menggunakan sosis sebagai pilihan tepat atau makanan pendamping sehingga akan terasa lebih nikmat atau dengan cara lainnya yang memang akan terasa lebih unik. Anda bisa mencari sumber referensi lainnya yang bisa Anda gunakan sebagai salah satu resep yang sesuai dengan selera Anda. Carilah referensi lain misalnya saja dari sumber internet maupun majalah.

5. Sediakan makanan penyangga rasa pedas,
Samyangmemang terkenal pedas dan bisa menjadi salah satu pilihan makanan yang cukup menantang sehingga Anda memang perlu makanan penyangga lainnya yang akan mampu mengobati rasa pedas Anda pada saat berbarengan makan mie yang satu ini. Makanan penyangga yang dimaksud adalah dengan pilihan misalnya saja makanan yang manis-manis dan lain sebagainya.

Namun yang harus diingat bagi kaum muslim adalah mengenai kehalalan mie samyang. Ada kontroversi mengenai kehalalannya 😓. Ada Samyang yang mengandung babi, ada pula yang tidak. Yang tidak mengandung babi sudah mendapatkan sertifikasi halal dari KMF (Korean Muslim Federation) namun sertifikasi halal ini tidak bisa secara langsung dapat diadaptasi di Indonesia (informasi dari: www.gomuslim.co.id). Kalau dari Gomuslim.co id ini dikatakan bahwa karena indikator halal MUI bisa saja berbeda dengan milik KMF dan karena produk ini masuk ke Indonesia maka mie Samyang seharusnya juga mendapatkan logo halal dari MUI. Maka dari itu, Samyang yang beredar di toko-toko Indonesia belum bisa ditambahkan logo halal.

Hm, tadinya saya pikir di mana-mana hukum halal-haram sama saja tapi ternyata ada penjelasan ini. Para konsumen muslim bisa mencernanya sendiri, ya. Yang jelas, mie Samyang yang memang halal sedang dalam proses mendapatkan sertifikasi dari MUI. Penggemar mie Korea ini bisa bernafas lega kalau proses sertifikasi itu selesai. Jika MUI sudah "merestui" pasti rasanya akan semakin nikmat apalagi jika disantap saat Ramadhan nanti 😇.


Makassar, 17 April 2017

6 Alasan Memilih Klinik Estetika untuk IPL Aman

$
0
0
Alasan memilih klinik estetika dibutuhkan saat menentukan klinik yang mana yang hendak kita pilih untuk merawat kulit atau wajah. Sekarang ini banyak sekali klinik estetika beroperasi. Saking banyaknya orang yang butuh, bermunculanlah klinik abal-abal – tak memiliki izin resmi maksud saya. Ingat kan, beberapa tahun lalu pernah ada kejadian sebuah klinik ketahuan tak memiliki izin resmi ketika salah seorang pasiennya meninggal akibat mala praktik? Duh, seram kalau sampai seperti itu kejadiannya! 😨


Alasan Memilih Klinik Estetika dokter Affandi


Nah, kalau yang saya datangi ini namanya memang KLINIK ESTETIKA. Lengkapnya Klinik Estetika dr. Affandi. Kalau kita googling, klinik estetika yang ini ada di halaman pertama mesin pencari. Mengapa layak saya rekomendasikan, karena saya mencatat alasannya yang saya rangkum dari Grand Opening Klinik Estetika dr. Affandi dan dari pengalaman saya, sebagai berikut:

1.     Klinik Estetika dibangun dan dikembangkan atas dasar dedikasi yang tinggi.

Hal ini dikatakan Prihandini E. Febrianti (Ibu Febri), Chief Operating Officer KLINIK ESTETIKA dr. AFFANDI, mewakili dr. Hengky Affandi (salah seorang anak almarhum dokter Affandi, CEO Klinik Estetika) pada acara grand opening klinik cabang Makassar. Dokter Affandi adalah pelopor klinik estetika di Indonesia. Ia mendirikan kliniknya pada tahun 1988 di Semarang. Hingga sekarang sudah ada 15 cabang di seluruh Indonesia. Makassar merupakan cabang ke-14. Cabang terakhirnya berlokasi di Denpasar, Bali. Tiga orang anak dokter Affandi mengikuti jejak ayahanda mereka menjadi dokter spesial kulit dan kelamin dan berperan penting dalam mengembangkan semuaKlinik Estetika hingga saat ini. Ini juga merupakan bukti dedikasi Klinik Estetika terhadap dunia kedokteran estetika Indonesia.

Suasana saat grand opening Klinik Estetika Makassar, 25 Maret 2017

Konon, sudah ada sekeluarga yang 3 generasinya menjadi pasien klinik kecantikan ini, lho. Salah seorang kawan SMA berkomentar di postingan Instagram saya (saat saya upload foto-foto grand launching klinik), bahwa ibunya merupakan pelanggan klinik ini. Usia kawan saya sama dengan saya – kepala 4. Saat dia bekerja di Semarang, lebih 10 tahun yang lalu, ibunya beserta tante-tantenya sering minta dibelikan produk yang diramu Klinik Estetika di Semarang untuk dikirimkan ke Makassar. Nah, untuk pelanggan di Makassar sekarang tak perlu lagi membeli di Jawa karena sudah ada cabangnya, klinik kecantikan di Makassar.

2.     Formula produk bersifat personal.

Mempelopori formula dermatologi terbaik, almarhum dokter Affandi menciptakan dan menjalankan sistem di kliniknya dengan memformulasikan produk secara khusus untuk kasus-kasus khusus. Dokter bertugas mencatat keluhan pasien untuk kemudian meresepkan produk/treatment sesuai dengan keluhan pasien yang bersangkutan.

3.     Pelopor konsultasi online secara live .

Saat grand launching tempat perawatan wajah di Makassar ini, saya menyaksikan kawan blogger – Dwi berkonsultasi secara online dan live dengan dokter yang berada di Jakarta. Konsulitasi online bisa dilaksanakan dengan 2 cara: via video (selama maksimal 15 menit di waktu tertentu, janjian dulu) atau foto (bisa kirim kapan saja). Pastikan saja koneksi internet bagus jika hendak berkonsultasi live. Untuk konsultasi, gratis. Kalau ada resep yang diberikan, produk yang diresepkan itulah yang dibayar. Oya, rekam medis kita akan tersimpan di data base Klinik Estetika, dokter memberikan resepnya via website dalam jangka waktu 1 x 24 jam. Namun pun demikian, warga Makassar tak perlu melakukannya. Toh, cabangnya sudah ada di kota ini, digawangi oleh dokter kecantikan di Makassar - Dokter Eche Idrus Paturusi.

Dwi sedang mencoba konsultas online dengan dokter di Jakarta

4.     Produknya bisa dibeli melalui e-commerce.

Menurut saya, nomor 2, 3, dan 4 ini juga merupakan bukti dedikasi klinik kecantikan ini bahwa secara serius memang ingin berkontribusi dalam dunia kedokteran estetika di Indonesia melalui peran pentingnya dalam “mendekati dan mempermudah konsumen”. Setahu saya, di Klinik Estetika ada divisi khusus yang menangani e-commerce termasuk media sosial makanya pengelolaannya sedemikian profesional. Aplikasi mobile untuk gadget sedang dalam tahap pengembangan. Rencananya akan diluncurkan dalam tahun ini.

Di website-nya, ada produk yang dijual bebas dan ada produk yang bisa dibeli setelah konsultasi dengan dokter. Cara pembayarannya pun menyediakan beberapa alternatif seperti Transfer ATM, Doku Wallet, dan e-banking. Pengiriman produk bisa melalui jalur laut, udara, dan darat.

Live chat (sudut kanan bawah) yang fast response di website Klinik Estetika

Sekadar informasi, akun-akun media sosialnya sering mengadakan kuis berhadiah, lho. Dan satu fitur yang saya sukai dan apresiasi lebih di website ini adalah Live Chat. Dua kali saya bertanya melalui fitur itu, dua kali itu pula responnya cepat.

5.     Bermacam-macam perawatan

Dengan standard profesionalisme dan standard medis tinggi, klinik ini berkomitmen memberikan pelayanan terbaik karena kesehatan, kecantikan, dan kebahagiaan adalah harta tak ternilai. Di Makassar, Klinik Estetika dr. Affandi menyediakan perawatan:
  • Face Lifting Radio Frequency.
  • Mikrodermabrasi.
  • Chemical Peeling.
  • Micro-Peeling.
  • Peeling Jerawat.
  • Autoroller.
  • Electrocauter.
  • Injeksi Jerawat.
  • Injeksi Pencerahan.
  • Masker Vitamin C.
  • Masker Lifting.
  • Threadlift / Tanam Benang.
  • Injeksi Botox.
  • Injeksi Filter.
  • IPL (Intense Pulse Light).
  • PRP (Platelet Rich Plasma).

Ruang treatment di lantai satu.

Sederetan bentuk perawatan dan produk lainnya bisa dilihat daftarnya di website. Lagi-lagi, ini menunjukkan keseriusan dedikasi Klinik Estetika dalam dunia kedokteran estetika di Indonesia.

6.     Halal.

Salah seorang sahabat bertanya, “Halalkah?” Saya tidak langsung menjawabnya. Saya bertanya dulu via website dan langsung kepada Ibu Lidya Caroline (kepala cabang Klinik Estetika Makassar). Jawabannya sama, bahwa produk ini tidak mengandung babi. Halal. Hanya saja seperti di rumah sakit/apotek, formula/obat yang yang dibuat tidak diberi label halal. Lagi pula nama lengkap pendiri klinik ini – Mochammad Affandi menunjukkan kalau beliau seorang muslim, kan?

Pengalaman Menjalani Intense Pulse Light


Berbekal itu semua, makanya saya tak ragu-ragu menjalani perawatan IPL di Klinik Estetika, tempat perawatan wajah di Makassar pada tanggal 30 Maret lalu di jalan Boulevard, Panakukang. Usai mengisi dan menandatangani formulir, saya menunggu giliran perawatan. Saat itu, dokter Risma yang menangani saya. Dokter cantik berhijab ini meladeni pertanyaan-pertanyaan saya dengan sabar dan ramah pada sesi konsultasi di ruang dokter yang terletak di lantai dua.

Konsultasi dengan Dokter Risma

IPL adalah photo teraphy treatment yang berguna untuk mereka yang menginginkan perawatan karena alasan:
  • Menginginkan treatment rejuvenasi atau peremajaan.
  • Mengatasi hiper pigmentasi.
  • Mengatasi bulu-bulu halus dengan hair removal.
  • Menginginkan terapi jerawat.
Kata dokter Risma, yang paling sering adalah permintaan untuk rejuvenasi. “Nah, cocok untuk saya, nih. Di wajah saya ada bercak-bercak berwarna kecoklatan, Dok!” ujar saya kepada bu dokter.

“Ini kenapa, ya Dokter? Apakah karena pengaruh umur? Kata orang karena pengaruh umur,” tanya saya lagi pada Dokter Risma. Kata seseorang bercak itu tidak akan hilang. Yeah, katakanlah sudah “takdirnya”, begitu. 😐

“Itu karena kena cahaya matahari, Bu,” jawab Dokter Risma.

“Ah iya, ya. Yang berbercak itu hanya di sekitar pipi, di bagian wajah yang terkena sinar matahari saja. Di bagian lain yang tertutup jilbab tidak,” saya akhirnya membenarkan perkataan Dokter Risma, tidak lagi menyalahkan usia yang sudah masuk 43 tahun ini. Andai usia bisa berbicara, dia mungkin sudah berteriak protes sejak tadi. 😜

Klinik Estetika, klinik kecantikan di Makassar

Sebelum masuk ke ruang perawatan, Dokter Risma menjelaskan apa yang akan saya alami – proses treatment yang memakan waktu sekira 15 menit. Dia menjawab semua pertanyaan saya dengan baik. Tak perlu menunggu lama setelah itu, perawat mengajak saya masuk ke sebuah ruangan di lantai satu. Saya diminta naik ke atas dipan. Perawat ramah itu membersihkan wajah saya dengan cairan cleansing dan sabun. Lalu dia membasuh wajah saya untuk membersihkannya sembari menunggu dokter yang tengah meladeni pasien berikutnya.

IPL di Klinik Estetika
Tak lama kemudian Dokter Risma datang. Perawat menutup mata saya dengan beberapa lapisan penutup supaya kilatan laser tak memengaruhi penglihatan saya. Kemudian dia mengolesi gel ke seluruh wajah. Dokter Risma memastikan setting Rejuvenasi pada mesin canggih IPL di ruangan itu. Tak lama kemudian Dokter Risma memberikan tembakan-tembakan kecil laser di seantero wajah saya. Rasanya agak panas tapi tidak menyakitkan.

“Sakit?” tanya Dokter Risma.

“Tidak, Dok. Memangnya ada yang sampai kesakitan, ya?” saya penasaran mengapa dia menanyakan hal itu.

“Iya. Ada orang yang ambang batas rasa sakitnya rendah, jadi terasa sakit,” jawab dokter.

Blogger Makassar bersama KaCab Klinik Estetika Makassar
(Ibu Lidya Caroline, tengah berbaju biru)
Foto: Eryvia Maronie (emaronie.com)
Konon ada juga orang yang kulitnya tak cocok dengan tembakan laser IPL. Bisa sampai melepuh kulitnya. Beruntung saya tidak demikian. Dokter Risma memberi perhatian lebih pada bagian pipi saya, di mana terdapat cukup banyak melasma (bercak kecoklatan).

Usai perawatan, saya menebus krim yang diresepkan Dokter Risma. Krim itu harus saya pakai selama 3 hari berturut-turut. Dokter berpesan, wajah saya tidak boleh terpapar langsung sinar matahari selama 3 hari ke depan. Kalau harus keluar rumah, dokter menyarankan saya memakai masker wajah.

After 3 Weeks


Sudah tiga pekan berlalu saat saya jalani treatment IPL itu. Kalau menurut saya, sih, bercak kecoklatan di wajah saya sudah agak memudar. Kalau benar-benar memang mau menghilangkannya, harus datang lagi untuk mengulangi perawatan yang sama. Kalau kata suami sih, wajah saya terlihat lebih putih sekarang. Buat saya, itu saja sudah cukup. Sudah lebih sehat, terawat, dan diakui suami. 😊 


Makassar, 20 April 2017

Slonong Akun

$
0
0
Saya sering salah akun saat berkomentar di post Instagram kawan-kawan sejak aplikasi IG saya diinapi oleh 4 akun. Tiga di antara akun-akun itu dibuat oleh si bujang (sulung). Yang satu akun pribadinya, yang duanya lagi akun kelas dan akun kegiatan ekstra kurikuler yang dia ikuti di SMA-nya.


Banyak, ya. Mengapa dia pakai HP saya, alasannya karena HP dia rusak. Kalau mau buka Instagram, dia pakai HP saya. Tidak masalah buat saya. Hanya ada sedikit masalah ketika salah mewujud ke dalam sosok ABG saat berkomentar. Begitu sadar telah salah pakai akun, saya langsung klarifikasi ke teman-teman. Saya merasa perlu mengklarifikasi kalau hanya sedang malas menghapus komentar. Tidak bisa saya diamkan, harus saya klarifikasi. Soalnya aneh, kan remaja laki koq komentarnya ala mamak-mamak. Tidak elok untuk anak bujang saya.


Seperti ini bentuk penjelasan saya, “Maaf, ya. Tadi saya salah berkomentar, pakai akun anak saya. Tapi tidak apa-apa, kan. Hitung-hitung buat tambah-tambah komentar di sini.” Maksa, ya. 😄

Nah, kalau sedang rajin, saya hapus komentar tak senonoh itu. Menghapusnya ini yang ribet. Saya harus menghapus komentar itu dulu lalu keluar dari akun si sulung dan kembali ke wujud asli saya eh kembali menggunakan akun pribadi saya untuk berkomentar kembali. Lumayan makan waktu, kan. Apalagi kalau koneksi internet tiba-tiba sedang tidak bersahabat atau HP-nya mendadak hanging.

Yang belum terbayangkan oleh saya kalau si bujang salah masuk pakai akun mamak-mamak di postingan kawan-kawannya, bagaimana, ya? Selama ini, sih kelihatannya aman-aman saja. Dia tidak pernah cerita kalau pernah salah berkomentar. Saya juga tidak pernah di-mention oleh akun kawan anak saya. Kalau anak saya, sudah pernah di-mention oleh kawan saya sesama emak-emak 😋. Fiyuh, mudah-mudahan saja tidak kejadian, ya. Saya bisa terlihat tidak elegan, dong kalau tiba-tiba berkomentar dengan bahasa gaul ala remaja. 😅


Makassar, 25 April 2017

3 Alasan Mengapa Harus Menggunakan Tiket.com

$
0
0
Saya pernah terlibat dalam kasus “salah pesan tiket pesawat” (kisahnya bisa dibaca di tulisan berjudul Sosialisasi Peduli Sahabat: Ujian Atas Kesungguhan dan Keyakinan). Rasanya maluuu luar biasa. Musababnya adalah karena aneka rasa tegang, menjelang kegiatan Sosialisasi Peduli Sahabat sehingga tiket untuk nara sumber kami yang dipesan ternyata tepat pada hari dia membawakan materi. Padahal seharusnya kami memesan tiket sehari sebelum acara berlangsung.


Mas Sinyo Egie (founder Peduli Sahabat) – sang nara sumber, baru sadar tiket yang dipegangnya untuk sehari setelahnya ketika dia tiba di bandar udara Adisucipto, Yogyakarta. Syukurnya, dia tak marah. Err, menahan diri untuk tidak marah kepada kami, mungkin itu yang tepat. Dia bersedia mengurus penggantian tiket dan membayar uang selisihnya menggunakan uang pribadinya terlebih dulu.

Mengingat kejadian itu, saya jadi sangat berhati-hati sewaktu memesankan tiket balik untuknya. Saya memesan tiket melalui aplikasi Tiket.com ketika sedang sibuk melakukan sebuah pekerjaan freelance di sebuah tempat. Soalnya saat itu memang sedang sibuk dengan sebuah pekerjaan. Maka makin tegang rasanya karena saya harus berkonsentrasi pada pekerjaan itu dan harus memesan tiket balik pembicara dari Makassar ke Jakarta. Tapi ketegangan saya tidak beralasan ternyata. Dan juga tidak berpengaruh pada proses pemesanan di Tiket.com karena 3 alasan berikut:

1. Mudahnya memesan tiket pesawat di Tiket.com (secara online).

Mudah sekali prosesi memesan tiket melalui aplikasi Tiket.com di HP. Apalagi bagi pengguna KlikPay BCA seperti saya karena Tiket.com sudah masuk ke dalam daftar e-Commerce di dalam aplikasi KlikPay BCA. Sudah included.

Secara perlahan, saya mengikuti langkah pemesanan tiket. Maklum, ini pertama kalinya saya memesan tiket, secara online pula. Tinggal klik beberapa kali saja, “dipadukan” dengan penggunaan token, proses pemesanan tiket berlangsung cepat. Sebelumnya tak pernah sekali pun saya memesan tiket bahkan secara offline. Kasihan, ya. 😀 Soalnya selalu ada yang memesankan tiket untuk saya di waktu-waktu yang lalu. Oleh sebab itu, untuk apa saya memesan kalau ada orang lain yang bisa memesankannya untuk saya. 😊

Usai memesan tiket, saya tak menemukan keterangan di aplikasi yang menyatakan detail pemesanan (termasuk tanda bukti transaksi). Hadeuh ... masih gaptek. Tapi ada e-mail dari Tiket.com yang menyatakan pemesanan sukses dilakukan, masuk ke inbox e-mail saya. Langsung saya periksa tanggal pemesanan tiket tapi saya tak menemukan tanda bukti transaksinya. Fiyuh, mungkin ketegangan sudah menutup sebagian otak dan mata saya. Harusnya ada, tidak mungkin tak ada.

E-mail yang menjelaskan langkah-lagkah pembayaran tiket dengan KlikBCA,
dibuat secara personal (khusus untuk saya).

2. Customer service Tiket.com yang helpful.

Segera saya ambil langkah mudah: menghubungi customer service (CS)via telepon. Saya tidak mau kejadian salah pesan tiket terulang kembali sementara bukti transaksi belum saya lihat nyata. Panggilan telepon dijawab oleh seorang perempuan. Dia menjelaskan apa-apa yang harus saya lakukan dan menerangkan tentang detail pesanan saya. Katanya, sih, e-mail tentang waktu keberangkatan dan bukti transaksinya sudah dikirimkan. Sementara saya merasa belum menerima detailnya. Boleh jadi memang saya yang tidak teliti karena CS yang meladeni saya itu mengatakan akan mengirimkan ulang detail pemesanan tiket yang saya maksud. Benar saja, tak lama kemudian masuk lagi e-mail dari Tiket.com. Setelah saya teliti lagi, ternyata memang sudah ada bukti transaksi dengan keterangan detailnya berupa file yang disisipkan. Di inbox e-mail saya sekarang terdapat dua tanda bukti transaksi yang dikirim dalam bentuk attachment.

Oya, saya juga sempat meminta kepada CS untuk mengajari saya langkah-langkah pembayaran melakukan aplikasi KlikBCA sebelum melakukan proses pembayaran. Tuntunan segera dikirimkan ke e-mail saya, berupa tutorial yang mudah diikuti. Senangnya! Kemudahan proses memesan tiket pesawat di Tiket.com ternyata sangat didukung oleh pelayanan yang diberikan oleh CS yang siap siaga membantu, baik melalui voice call maupun melalui e-mail seperti yang saya alami (bisa juga melalui website, lho). Boleh cermati, deh e-mail-e-mail yang saya lampirkan di sini, sebagai bukti pengalaman yang saya ceritakan ini. 

3. Tix

Tix adalah penghargaan dari Tiket.com bagi para member-nya, baik berupa Tix Point dapat langsung digunakan sebagai potongan harga atau bahkan transaksi gratis untuk reservasi hotel di Tiket.com untuk Basic Member dan potongan harga atau bahkan transaksi gratis untuk reservasi Hotel, tiket pesawat, tiket kereta api dan sewa mobil untuk Elite Member.

Tix Point adalah point yang akan member peroleh bila bertransaksi di Tiket.com. Tix Pointdapat ditukar dengan berbagai macam produk ataupun merchant yang ada di program TIX. Cukup transaksi di Tiket.com, maka secara otomatis member akan mendapatkan Tiket Point sampai dengan 7% dari nilai transaksi. Nah, berkat pemesanan tiket yang pernah saya lakukan, saya sudah mendapatkan Tix Point sebesar 319 (bisa dilihat di gambar paling atas, yang dilingkari warna merah di paling atas). Jadi ceritanya, saya bisa menukarkan dengan yang saya inginkan jika point tercukupi.

E-mail yang diterima usai pemesanan tiket pesawat.
Agung Sugiarto (nama asli nara sumber kami, yang dipesankan pesawat). Bukti
transaksi terkirim 2 kali (sudut kiri bawah)

Kembali ke cerita tentang pemesanan tiket pesawat. Saking takutnya salah pesan, walau sudah melihat langsung tanda buktinya, tetap saja saya memeriksa lagi apakah ada kesalahan. Seorang kawan saya minta lagi untuk mengecek biar yakin. Saya jadi paranoid! Syukurlah, tanggal dan jam keberangkatan Mas Sinyo Egie – nara sumber kegiatan Sosialisasi Peduli Sahabat memang sudah benar. Terbukti dari pesan-pesan yang bersangkutan di grup Peduli Sahabat Makassar yang berangkat dan tiba pada waktunya. Fiyuh, benar-benar pelajaran penting supaya saya selalu berusaha teliti dalam setiap kesempatan.


Makassar, 29 April 2017

Tulisan ini diikutkan Blogging Competition #TiketNgeblog


Meningkatkan Peran Perempuan Indonesia dalam Online Marketing

$
0
0
Hal yang menyenangkan di zaman ini adalah melihat banyak perempuan bisa berkembang, bahkan dari dalam rumahnya sendiri.

Informasi kursus, seminar, hingga pekerjaan, diumumkan secara online.




Pada grup-grup tertentu, informasi pekerjaan ditayangkan secara online. Bukan hanya mengenai adanya lowongan. Yang harus dikerjakan pun dikerjakan via online, seperti pekerjaan dalam dunia blogging dan sebagai buzzer.

Media sosial tidak hanya memberitakan kehidupan pribadi seorang artis hingga orang biasa (melalui unggahan status tentang kehidupan pribadinya semisal berita gembira peringatan ulang tahunnya sampai mengenai sakit yang dideritanya).  Ada berita online yang tersebar melalui media sosial, juga mengenai aktivitas jualan online.

Ada trend yangditunjukkan oleh riset yang dilakukan Reuters Institute for Study of Jurnalism dengan tajuk Reuters Institute Digital News Report 2016[1], bahwa media sosial (Medsos) merupakan salah satu cara mengakses berita online yang makin digandrungi. Hal ini terlihat dari data yang diunggah Databoks. Data itu menunjukkan, semakin muda usia konsumen, makin besar kecenderungannya mengakses berita online dan semakin kecil keinginannya mengakses media mainstream (televisi, radio, dan media cetak).

Data kecenderungan beralih ke platform online menurut generasi
Sumber: Databoks, Katadata.co.id

Data lain[2]menunjukkan, Gen Z (usia bawah 19 tahun) dan mereka yang berusia 20-39 tahun (Gen Y) cenderung menyukai  menggunakan platformonline untuk mendukung aktivitas mereka. Riset dari Nielsen menunjukkan sekira 38% Gen Y dan 40% Gen Z mengaku lebih memilih sesuatu yang berbasis online dalam kehidupan mereka sehari-harinya. Berbeda dengan generasi yang lebih tua. Mereka yang berusia lebih dari 40 tahun lebih sedikit yang beralih menggunakan sistem online karena masih merasa nyaman dengan layanan konvensional. Sudah sunnatullah-nya demikian. Perkembangan pesat teknologi informasi sebanding dengan minat kaum muda.

Perempuan dalam Dunia Digital


Perempuan juga mengambil peran dalam dunia digital. Sebagai blogger yang setiap harinya bergelut dengan internet, saya sering bertemu dengan para perempuan usia produktif (15 – 65 tahun) yang aktif menggunakan internet. Ada yang hanya sebagai “konsumen berita atau informasi” yang rajin membagikan kembali informasi/berita temuannya ke time line akun medsosnya. Ada pula yang memang menjadi produktif dengan dukungan internet.

Kanan-kiri: Fauziah Zulfitri, Winarni, dan Wahyuni (sumber: fan page IKIKU Food)

Saya pernah menuliskan tentang 3 perempuan yang tinggal di Makassar dan menjadi nara sumber event ADEI (Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia) yang menjalankan bisnisnya dengan dukungan dunia online pada tulisan berjudul Perempuan-Perempuan yang Berbisnis dengan Passion. Ada Fauziah Zulfitri dengan lembaga pengembangan dirinya (pendiri Insight Indonesia), Winarni (owner Doubleyoucakes), dan Wahyuni (owner Ikiku Food). Di luar tulisan itu, saya memang telah mengenal gaung mereka bertiga sebelum event ADEI melalui akun medsos masing-masing. Bahkan Winarni sengaja ikut kursus websiteagar bisa semaksimal mungkin menjalankan toko online-nya. Dia khusus belajar coding agar tidak hanya bisa menggunakan website, melainkan juga bisa mengelola website-nya dengan baik. Menambah fitur yang diinginkan dan mengoptimalkan pemakaian SEO-nya.

Selain Winarni, banyak juga perempuan yang belajar mengelola bisnis online dengan menimba pengetahuan internet marketing secara online. Seorang sahabat perempuan saya khusus belajar internet marketing secara online pada seorang mentor nasional yang punya banyak sekali murid di seluruh Indonesia. Kursusnya berbayar, terntu saja. Saya pernah mengamati time line sang mentor, banyak sekali perempuan (setidaknya dari nama akunnya, menggambarkan mereka perempuan) yang menjadi muridnya.

Perkiraan pembayaran digital di Indonesia. Sumber: Databoks, Katadata.co.id

Memang, banyak sekali perempuan tertarik menjalankan bisnis secara online karena kemudahan menjalankannya. Bisnis online bisa dijalankan sambil melakukan aktivitas rumah tangga dan mengurus anak. Yang penting bisa eksis di ranah online dan terus mengembangkan dirinya dalam memasarkan produk secara online. Kawan-kawan blogger yang perempuan pun banyak yang ngeblog sembari menjalankan bisnis online-nya. Misalnya Mbak Lusi T di Yogyakarta dengan bisnis craft-nya. Teman-teman blogger perempuan di Makassar pun ada beberapa yang berbisnis online seperti Eryvia Maronie, Lia, Veby, dan Indah.

Bisnis online memang sangat meggiurkan. Ini saya kutipkan dari Databoks, Katadata.co.id[3]:
“Pembayaran digital Indonesia diperkirakan mencapai US$ 18,59 miliar atau setara Rp 247 triliun pada 2017. Jumlah ini naik 23,8 persen dari tahun sebelumnya senilai US$ 15 miliar. Menurut data dari Asosiasi Fintech Indonesia belanja digital domestik masih mendominasi pembayaran digital dengan nilai US$ 18,55 miliar, pembayaran mobile US$ 4 juta dan transfer peer to peer (P2P) US$ 29 juta.”
Wow! Peluang bagi perempuan Indonesia untuk menggarapnya secara maksimal, kan?

Untuk memasarkan produk secara online, tentu saja harus mengetahui seluk-beluk media sosial. Bagi sebagian perempuan, tidak lengkap jika tidak memiliki toko online. Sekarang ini tidak sulit lagi mencari kursus membuat toko online. Baba Studio adalah salah satu lembaga kursus yang menawarkan kemampuan khusus ini. Dalam 3 minggu saja, peserta kursus mampu membuat toko online dan memahami online marketing. Dengan pengalaman selama 13 tahun, Baba Studio sudah memiliki 15 ribu alumni dan meraih puluhan penghargaan. Melalui Baba Studio, para peserta kursus bisa belajar langsung dari founder, CEO, dan owner dari perusahaan-perusahaan ternama. Materinya bisa diakses dari mana saja. Perempuan, khususnya ibu rumah tangga bisa belajar dengan mudah. Well, mudah, kan untuk yang benar-benar mau belajar?




Makassar, 30 April 2017

Tulisan ini diikutkan Lomba Blog Baba Studio (diperpanjang hingga 30 April)





[1] http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/12/reuters-institute-kawula-muda-akses-berita-lewat-medsos
[2] http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/28/gen-y-dan-z-cenderung-beralih-ke-platform-online
[3] http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/28/2017-pembayaran-digital-indonesia-capai-rp-247-triliun

Belajar Tentang Gula Darah dan Nasi Analog di Blog Ardiba

$
0
0
Saya selalu excited saat menemukan ada blogger yang punya spesifikasi pada cabang ilmu tertentu dan mau menuliskan tentang keilmuannya itu untuk orang awam, dengan bahasa yang mudah dimengerti. Sangat terkesan dan salut dengan kemauan berbagi yang seperti ini. Nah, begitulah yang saya rasakan ketika mengaduk-aduk blog Ardiba Sefrinda, food blogger asal Yogyakarta yang sejak Februari 2017 resmi berdomisili di Palembang ini.  



Saya tertarik sekali dengan tulisannya yang berjudul Punya Bakat Diabetes, Ini Caraku Mencegahnya. Tiga kiat yang dibahasnya adalah tidak mengemil makanan manis dan banyak minum air putih, mengkonsumsi karbohidrat kompleks, dan memperbanyak olahraga. Ardiba menuliskan:
Dalam mengkonsumsi karbohidrat kompleks, sebaiknya memperhatikan nilai IG (indeks glisemik) pada bahan pangan tersebut. Indeks glisemik adalah kemampuan suatu makanan dalam meningkatkan gula darah.
Nah, catat!

Oya, berikut ini juga menjadi hal yang menarik bagi saya dalam tulisan tersebut:
Tips saja sih, kalau mau menurunkan kadar gula darah, sebaiknya makan nasi yang cenderung pera daripada nasi pulen karena IG nasi pera lebih rendah dibanding nasi pulen.
Mau tahu lebih jelasnya kenapa demikian? Silakan meluncur ke Punya Bakat Diabetes, Ini Caraku Mencegahnya.

Selain tulisan itu, saya juga menyatroni tulisan berjudul Jadi Relawan Uji Index Glisemik oleh Prof Marsono. Seru sekali pengalaman food blogger  ini menjadi salah seorang sample percobaan Prof. Marsono – dosen senior di FTP UGM. Kadar gula darahnya dicek beberapa kali setelah mengonsumsi beberapa macam makanan yang dominan kabrohidratnya, seperti nasi merah dan nasi analog. Secara lengkap Ardiba memaparkan proses penelitian dan hasilnya dalam tulisan tersebut. Tulisan ini sangat berguna bagi mereka yang berhati-hati menjaga kadar gula darahnya.

Ardiba bersama suami dan anak

By the way, istilah “nasi analog” ini bikin dahi saya berkerut. Masalahnya, kalau dalam dunia Teknik Elektro, lawan kata analog adalah digital. Jadi, kalau ada nasi analog, ada nasi digital juga dong. Begitukah? 😜

Ternyata pengertiannya begini kawan. Setelah saya japri, ibu satu anak yang juga lifestyle blogger ini menjelaskan bahwa “nasi analog” yang dimaksud adalah “nasi tiruan”. Tiruan ini bukan dalam artian imitasi or KW yang negatif itu, malah positif buat yang sedang menjaga kadar gula darahnya. Nasi tiruan maksudnya adalah nasi yang berbahan dasar tepung-tepungan yang dicetak seperti butiran nasi. Begitu. Jadi tidak ada istilah nasi digital. 😌

Masih penasaran, saya terus bertanya-tanya tentang nasi analog. Ardiba menjelaskan dengan sangat baik:
“Tergantung campuran karbohidrat di beras analognya, sih. Tapi biasanya memang pakai bahan-bahan yang IG-nya rendah. Kayak jagung, singkong, kacang merah. Itu IG-nya lebih rendah dari beras biasa. Jadi ketika dibuat nasi analog, IG-nya bisa lebih rendah dari nasi biasa. Tapi IG ini juga bergantung dari proses pemasakan, Mak. Kayak kalo ubi digoreng, sama direbus, itu IG-nya lebih tinggi kalau direbus (tapi minyaknya banyak kalau digoreng, haha). Makanya, paling sehat itu justru dipanggang.”

Saat ditanyakan apakah saya akan menulis mengenai beras analog atau IG dan beliau menyatakan bersedia mencarikan saya jurnal terkait, saya mengelak. Lha, lebih joss kalau ibu ini yang menuliskannya berhubung dia seorang teknolog pangan, toh bukan eike? Kalau saya yang nulis nanti jadi dangkal dan tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk. Iya, kan? 😁

Wih, tentang satu tema saja – gula darah, saya bisa bikin satu tulisan. Padahal tulisan Ardiba banyaak. Tulisan-tulisan yang saya ceritakan di atas berada di bawah kategori Foodtech. Tulisan lainnya seputar gizi di dalam kategori ini masih banyak. Di antaranya: Ciri-ciri Tubuh Mengalami Kelainan Gula Darah, Jaga Kolesterol Darah dalam Tubuh dengan Tiga Tambah dan Kurang, Waspadai Pencernaan Sensitif pada Anak, dan Serba Serbi Coklat di Kampung Coklat. Pada umumnya tulisan-tulisan di blog Ardiba tergabung pada kategori: Foodtech, Parenting, Kuliner, Wisata, dan Fiksi.



Tadinya saya sempat bingung mencari kategori apa saja yang ditulis sosok yang bisa juga disebut sebagai family blogger ini. Kan biasanya orang menempatkannya di widget (biasanya di sisi body tulisan). Namun Ardiba menempatkannya di bagian atas, serupa page. Klik saja kategori yang ingin dilihat, nanti akan muncul tulisan-tulisannya.

Cara menulis ibu muda ini asyik, mengalir dan ringan. Menulis bidang keilmuannya saja bisa asyik begitu, apalagi menulis tentang keseharian. Berselancar di blognya membuat saya membuka lagi dan lagi tulisan-tulisan yang tersimpan di dalamnya. Well, kalau tidak percaya dengan apa yang saya tulis di sini, silakan langsung ke blognya: www.ardiba.com.

Makassar, 1 Mei 2017


Catatan:
Semua gambar berasal dari www.ardiba.com.

Tulisan ini bagian dari program Arisan Link Grup 4 komunitas Blogger Perempuan 


Menulis Buku Anak: Antara Trend, Ideologi, dan Realita

$
0
0
Regus menjadi pilihan kopdar (kopi darat) IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) Makassar pada tanggal 10 April lalu. Kali ini Marisa Agustinamenjadi nara sumbernya. Icha – nama kecil Marisa lebih memilih menulis fiksi. Dia merasa genre nonfiksi lebih berat namun bukan berarti fiksi mudah. Karena menulis fiksi itu butuh riset juga, khususnya untuk menulis topik yang serius.


5 buku karya Marisa Agustina yang sudah terbit di penerbit mayor. Buku-buku ini
beredar di seluruh Indonesia.

Sejak tahun 2013, Icha memfokuskan diri menulis cerita anak. Sebelumnya, aktivitas menulis Icha diawali menulis blog. “Ikutan Kak Niar,” katanya. Waah dia menyebut nama saya (kata suara hati saya semringah). Sekitar setahun menulis blog, Icha kemudian banting arah menulis buku, dan dia khusus memilih buku untuk anak-anak.

Icha pernah mencoba menulis fiksi dewasa namun “isinya curcol”, katanya. Dia pernah ikut kelas online selama 2 pekan. Novelnya selesai tetapi setelah dibaca, Icha merasa isinya curcol semua. Dari situ merasa tidak cocok makanya dia memutuskan menulis buku anak. Terlebih waktu ingat ketika anak-anaknya masih kecil, sulit mendapatkan buku anak yang menarik. “Melihat buku-bukunya Ali Muakhir, merasa bermafaat buat anak-anakku”, makanya Icha juga makin tergerak menulis buku yang bermanfaat buat anak-anak. Oya, Kang Ali Muakhir itu seorang penulis buku anak top. Banyak sekali buku anak karyanya beredar di toko buku seluruh Indonesia sejak bertahun-tahun lalu.

Kopdar dihadiri oleh Umma (tak terpotret), Fauziah dan putranya, Abby Onety
(sebelah kanan Fauziah), Marisa (membelakang paling kiri), Aida (membelakang,
kanan), dan saya (tak terlihat)

Icha ingin menulis seperti Kang Ali supaya orang tua punya referensi bagi anak-anaknya. Dia memantapkan niat namun dalam perjalanannya ada beberapa tujuan dan motivasi yang tadinya ingin diraih tapi kemudian banyak berubah. Di antaranya adalah “untuk mecari uang”. Setuju, Icha!

Pengennya seperti itu tapi berubah seiring berjalannya waktu. Ternyata susah mewujudkannya. Akhirnya tidak terlalu neko-neko. Kalau itu yang mau dicari, nanti stres sendiri. Tujuan lain yang pernah mampir jadi motivasi adalah pengen eksis. Manusiwi lah ya. Zaman sekarang dibilang tidak ada karyanya, di rumah saja,” maksudnya ingin meng-counter ungkapan-ungkapan yang merendahkan dirinya.


Sekarang kalau menulis lebih ingin sebanyak-banyaknya manfaat. “Walau kenyataannya seperti melempar kerikil di air,” ujar Icha sembari tertawa ringan. Hingga saat ini sudah ada 5 judul buku yang sudah terbit karya ibu dua anak ini. Masih ada dua buku lagi yang sedang proses terbit.

Awal pembelajaran Icha dalam menulis buku anak adalah saat dia ikut kelas online yang diselenggarakan oleh Ali Muakhir pada tahun 2013. Terbuka pemikirannya bahwa menulis untuk anak ada tingkatan umur untuk balita, dan seterusnya. Masing-masing ada caranya. Menulis untuk anak itu dibuat sesederhana mungkin. Dalam satu kalimat jangan lebih dari 10 kata. Menulis buku anak berbeda dari menulis buku dewasa. Untuk buku dewasa, bagian awalnya bisa panjang. Buku anak tidak, harus langsung pada masalahnya.

Kopi dan teh di Regus
Pada kenyataannya Icha melakukan “pelanggaran” karena gemas. Bukan pelanggaran serius, sih. Kalau saya menulis buku anak, saya juga merasa gemas bila dipatok harus 10 kata maksimal dalam 1 kalimat. Kalau yang ingin kita sampaikan adanya 15 kalimat, bukanlah hal mudah memangkasnya hingga tersisa 10 kalimat. Nah, peraih award untuk fiksi anak pada Islamic Book Fair tahun 2015 ini merasa tidak bisa benar-benar menulis 10 kata (maksimal) dalam satu kalimat. Untungnya tidak semua editor saklek harus seperti itu.

Lalu bagaimana dengan pictorial book yang sekarang menjadi kehususan Icha? Menurut Icha, membuat naskah untuk pictorial book, untuk ilustrasinya pun penulis yang bikin konsepnya. Selain naskah, harus lengkap ilustrasinya.

Apa yang menarik bagi Icha, selama berkecimpung di dunia penulisan buku anak?“Antara industri dan ideologi,” ujar Icha. Misalnya lagi survei di toko buku, melihat buku-buku yang lagi trend di penerbit-penerbit berbeda yang bagaimana. Ternyata di penerbit A lagi trend topik E, misalnya. Eh, penerbit B, C, dan D ikut trend itu. Kalau mau gampang, sebagai penulis bisa ikut saja topik yang lagi populer itu. Tapi kadang-kadang tidak sesuai dengan ideologi. “Tantangannya di situ, bagaimana berjuang mencari ide sendiri,” ujar Icha di penghujung pertemuan kami.


Kami masih berbincang-bincang santai di ruang meeting Regus yang nyaman. Salah satu yang kami perbincangkan adalah bagaimana permintaan buku gratis menjadi godaan bagi para penulis. Godaan untuk marah-marah, maksudnya hehehe. Royalti untuk penulis itu tidaklah besar. Untuk mendapatkan bukunya sendiri kalau ada yang meminta, penulis harus merogoh kocek sendiri untuk membelinya, kecuali sedikit bukti terbit yang diberikan oleh penerbit. Jangan salah mengira orang yang bukunya terbit itu duitnya banyak, ya. Kasihan, lho kalau banyak yang meminta buku gratis. Kalau dikasih, penulisnya merana. Tidak dikasih bisa dikatain pelit.

So, hargailah penulis dengan membeli karyanya. Kalau tak membeli karyanya, hargailah dengan tidak meminta buku gratis darinya.

Makassar, 2 Mei 2017

Regus adalah coworking space yang konsepnya ala “hotel kantor”. Perusahaan maupun perorangan yang sedang menjalankan bisnis bisa menyewa ruangan di Regus. Besar dan harganya bisa disesuaikan dengan kemampuan keuangan penyewa dan tergantung dengan kebutuhan.

Untuk lebih jelasnya silakan baca tulisan-tulisan saya yang lain tentang Regus:


Untuk informasi lebih lanjut silakan langsung ke:

Sensasi Rasa Budapest Kiwi dari Doubleyoucakes

$
0
0
Ternyata sudah sekira 7 tahun kue dengan nama ibu kota Hungaria ini (Budapest) booming di Indonesia. Kalau tak mengenal Winarni – owner Doubleyoucakes, sampai sekarang saya mungkin belum mengenal Budapest.

Sewaktu kopdar (kopi darat) IIDN Makassar pada bulan November lalu, salah seorang kawan membawa Budapest buatan Inar – begitu saya biasa menyapa ibu dua anak ini. Saat itulah kali pertama saya mengetahui ada kue bernama Budapest. Maklum, mamak kudet (kurang update). Teman-teman mengatakan bahwa kue buatan Inar itu enak. Sedangkan saya ... tak kebagian sepotong pun. Yaah, namanya bukan rezeki ya begitu itu. Meski mupeng berat tapi maksud hati tak kesampaian.



Baru beberapa hari yang lalu saya berkesempatan mencicipi kue yang entah mengapa dinamakan Budapest. Lebih tepatnya yang saya cicipi ini namanya Budapest Kiwikarena ada potongan-potongan segar buah kiwi tersebar di dalamnya. Mengapa namanya Budapest, masih tanda tanya bagi saya. Hingga sekarang, saya tak kunjung menemukan cerita tentang latar belakang namanya di Uncle Google.

Budapest di Doubleyoucakes ada 2 varian rasa, kiwi dan jeruk. Winarni mengaku memperoleh resepnya dari komunitas NCC – Natural Cooking Club, salah satu komunitas baking yang anggotanya banyak tersebar di seluruh Indonesia. Namun resepnya tidak Inar tiru mentah-mentah. Ada sedikit modifikasi, terutama dalam takaran gulanya. Untuk Budapest ala Doubleyoucakes ini, Inar mengurangi ukuran gulanya supaya tidak terlalu manis. Nah, rasanya yang manis tetapi tidak terlalu manisini saya suka. Pas sekali untuk lidah saya.


Selain bahwa ternyata kue jenis ini sudah lama ngetop di Indonesia, fakta lainnya yang saya baru tahu setelah tanya-tanya Inar adalah bahwa ternyata dia sudah lama menjual Budapest. Sejak tahun 2012! Aish, ke mana saja saya selama ini? Kudet-nya kelewatan, deh.

Budapest Kiwi buatan ibu muda yang sedang membangun toko kuenya di Jalan Singa ini memiliki rasa yangcukup sensasional”. Saya pernah makan cake yang terdiri atas berlapis-lapis inovasi. Tapi yang model Budapest ini baru kali ini. Yang saya maksud rasanya sensasional adalah kejutan rasa pada perpaduan tekstur lembut bolunya dengan krim, sebaran buah kiwi yang dipotong-potong kecil di dalam kue, dan taburan kacang almond di bagian paling atas. Memang Budapest Kiwi ini terdiri atas beberapa lapisan tetapi baik bolu, krim, kacang almond, dan buah kiwinya, bisa dirasakan kekhasan rasanya sendiri-sendiri. Rasa yang satu tidak mempengaruhi rasa yang lain. Saya bisa membedakan rasa khas masing-masing di lidah. Namun demikian saya juga merasakannya sebagai satu kesatuan yang utuh. Semacam “bersatu tapi tak bersatu”, begitu.



Nah, bagi Anda yang belum pernah mencicipi Budapest Kiwi pasti bingung, ya mendeskripsikan apa itu “rasa yang cukup sensasional” dan “bersatu tapi tak bersatu” yang saya maksud. Jangan berlama-lama bingungnya, yah. Pesan saja langsung dan buktikan sendiri review saya ini.
Doubleyoucakes
WA/SMS: 08992007788
Line: @mfx9747t


Makassar, 3 Mei 2017

Ini Dia Pilihan Drone Murah yang Berkualitas

$
0
0
Jangankan anak-anak, saya saja terkesima saat melihat drone pertama kali. Pengen juga bisa mengelus-elus dan mencoba mengoperasikannya. Namun sayangnya, belum kesampaian niat itu. Awalnya mengira drone itu serupa mainan helikopter yang dikendalikan, akhirnya saya tahu apa itu drone. Drone adalah pesawat tanpa awak, merupakan mesin yang bisa terbang dan mempunyai fungsi untuk mengambil gambar dan dikendalikan dengan jarak jauh. Sebenarnya drone ini bukan hanya diproduksi oleh orang-orang luar negeri namun ada pula drone yang dibuat di dalam negeri. Jangan salah, drone yang berasal dari produsen lokal tidak kalah kerennya dengan drone yang dibuat oleh pasar luar negeri, lho. Hasil penelusuran saya membawa saya kepada daftar drone murahyangmemiliki kualitas yang baik.



Nah, kira-kira drone apa saja yang saya temukan? Chek this out:

Pertama, Hubsan X4. Harga dari Hubsan X4 ini ialah1,3 jutaan rupiah ada juga yang di bawah sejuta rupian. Hubsan X4 bukan hanya memiliki ukuran yang kecil namun dapat juga melakukan gerakan akrobatik hingga 360 derajat. Meskipun Hubsan X4 hanya mempunyai ukuran sebesar sekepalan tangan, namun mini drone ini dibekali dengan gyroscope6 axis yang mempunyai fungsi untuk penyetabil ketika diterbangkan. Sayangnya, waktu terbang Hubsan X4 hanya 7 menit. Waktu terbang ini dilakukan ketika Anda melakukan sekali charging, ukuran kamera dari Hubsan X4 adalah sebesar 0,3 MP.



Kedua, Syma X5C Explorer. Syma X5C Explorer merupakan pilihan dronemurah yang memiliki harga 1,3 jutaan rupian, ada juga yang harganya di bawah sejuta rupian. Syma X5C Explorer ini menyasar pemula yang ingin memiliki drone dengan range yang murah namun memiliki spesifikasi yang standard. Syma X5C Explorer dapat terbang dalam waktu 12 menit, lebih lama dibandingkan dengan Hubsan X4. Syma X5C Explorer juga mempunyai resolusi kamera yang lebih besar sebesar 2 MP, selain itu Syma X5C Explorer memiliki gyroscope 6 axis yang mempunyai ukuran besar.


Ketiga, Parrot AR Drone 2.0. Parrot AR Drone 2.0 ini merupakan pelopor dari droneParrot AR. Parrot AR Drone 2.0 merupakan salah satu drone yang memiliki fitur super lengkap. Parrot AR Drone 2.0 dibanderol di angka 5 jutaan rupiah. Parrot AR Drone 2.0 disinyalir termasuk pilihan drone yang tahan banting. Parrot AR Drone 2.0 bisa merekam video 720P serta langsung tersambung kesmartphone via WiFi atau LAN. Bila dibandingkan dengan pilihan drone yang lainnya, tidak bisa disangkal bila Parrot AR Drone 2.0 merupakan pilihan yang lengkap, apalagi dengan fitur returned home, drone ini bisa dikontrol sehingga dapat kembali ketitik awal dengan otomatis … wow, mengagumkan bukan?



Keempat, Drone Parot Bebop. Drone Parot Bebop mempunyai harga 7 jutaan rupiah. DroneParot Bebop memiliki desain dengan warna-warnayang sangat keren. Ketika Anda melihat dronemodel ini, Anda akan langsung menyukainya, karena droneParrot Bebop terlihat begitu minimalis dan mempunyai processoryang 8 kali jauh lebih baik. DroneParot Bebopini juga memilikilensa sebesar 14 MP yang dapat merekam video dengan sangat baik dan dengan sudut pandang yang mencapai 180 derajat.


Pilihan drone murah yang kelima adalah Ghost Drone Aerial. Ghost DroneAerial bisa dikatakan sebagai pendatang baru. Ghost Drone Aerial memiliki harga di angka 9 jutaan. Ghost Drone Aerial hadir dengan berbagai macam komponen super canggih, selain itu Ghost Drone Aerial tampil dengan desain yang begitu elegan. Jika Anda memiliki hoby bermain gameseperti balapan, Anda bisa menggunakan Ghost Drone Aerial ini untuk merekam aksi Anda. Ghost Drone Aerial bisa memberikan fitur yang tidak bisa diberikan oleh drone lain. Ghost Drone Aerial bisa tersambung dengan aplikasi handphone.


Well, jangan bingung, ya mengapa kali ini saya menulis tentang drone. Mumpung ketemu bahannya dan ada yang memberikannya. Suatu waktu saat saya butuh, saya bisa membuka caatan ini kembali. Di samping itu bisa saja ada yang nyasar ke sini dan menjadikan ini sebagai patokan membeli drone, bukan?

Makassar, 4 Mei 2017

Catatan: semua gambar berasal dari www.bukalapak.com kecuali gambar Drone Parot Bebop (berasal dari www.parrot.com) dan gambar Parrot AR Drone 2.0 (berasal dari www.amazon.co.uk)


KPPPA, Tentang Partisipasi Media dalam Menulis Isu Perempuan dan Anak

$
0
0
Ada banyak hal yang membuat saya baru bisa menuliskan kembali kegiatan pelatihan yang saya ikuti pada tanggal 21 – 22 April lalu di Hotel Aryaduta. Pelatihan yang berfokus pada pengetahuan penulisan isu perempuan dan anak ini diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), bekerja sama dengan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan.

Fatahillah dan Ignatius Haryanto. Sumber foto: Fajaronline.com

Mengawali pelatihan, Ignatius Haryanto dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan, Jakarta dan  Drs. Fatahillah, M. Si. – Asisten Deputi Partisipasi Media KPPPAmemberikan sambutan. Ignatius berharap kegiatan ini dapat memberi tambahan pengetahuan atau mengingatkan kembali tentang tema ini karena kadang-kadang kalau sudah tergerus dengan kerjaan sehari-hari, seseorang bisa saja berubah. “Bagaimana pun juga media penting. Partisipasi perempuan banyak. Mudah-mudahan Makassar adalah kota yang siap memberikan penghargaan kepada perempuan dan anak,” tukas Haryanto.

Fatahillah menjelaskan bahwa Deputi Partisipasi Masyarakat,  di mana di bawahnya ada dirinya sebagai Asdep Partisipasi Media, adalah struktur/nomenklatur baru di KPPPA pada tahun 2016. Bagian ini mengajak media bersinergi dalam hal mendorong percepatan dalam pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Visinya bagaimana Indonesia ramah kepada perempuan dan hak anak terllindungi. Dan apa yang dicita-citakan pahlawan perempuan menjadi kenyataan.

Di kota sudah banyak nyaman, perempuan kerja. Tapi di daerah di seluruh Indonesia banyak ketertinggalannya. Seperti perempuan nelayan di pesisir. Sementara itu persepsi gender banyak di mana-mana. Banyak yang persepsikan harus sama (antara laki-laki dan perempuan). Padahal sebenarnya ujungnya adalah, bagaimana hak azasi perempuan diberikan sama seperti hak azasi laki-laki diberikan. Bukan dalam tataran haknya sama antara perempuan dan laki-laki tetapi bagaimana fungsi peran perempuan dan laki-laki sama-sama bisa dijalankan.

Fatahillah menjelaskan mengenai prioritas program KPPPA, sejak dari tahun 2016, yakni 3 End: akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan manusia, dan akhiri kesenjangan ekonomi terhadap perempuan. Saat pelatihan ini berlangsung, Makassar sedang menjadi tempat berlangsungnya Jelajah 3 Endsdari KPPPA. Makassar ada kota keempat diselenggarakannya program ini. Sebelumnya Jelajah 3 Ends dilaksanakan di kota Bandung.

Fatahillah menceritakan mengenai bagaimana pemerintahan di level nasional membentuk gugus tugas terhadap pencegaan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Di levelprovinsi dan kabupaten pun sudah dibentuk P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak). P2TP2A  sudah cukup dikenal dan menjadi tempat mengadu masyarakat. P2TP2A ini link dengan UPPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak) di Polres masing-masing. Pemda diharapkan memaksimalkannya karena masih banyak daerah yang belum mengoptimalkan P2TP2A-nya.


Di level kabupaten dibuat model: Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) yang fasilitatornya dari masyarakat. Karena kekerasan kepada permepuan dan anak tidak hanya urusan pemerintah saja. Yang bisa mendeteksinya adalah masyarakat setempat. Untuk human  traffickingada pula satgasnya.

Fatahillah lalu menjelaskan mengenai persentase penduduk Indonesia yang perempuan sebesar 49, sekian persen. Lalu ada anak sejumlah 82 jutaan orang (usia 0 – 18 tahun). Nah, bagaimana agar anak Indonesia menjadi maksimal maka di level provinsi diselenggarakanlan Forum Anakprovinsi. Di tingkat provinsi ada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, di kabupaten juga ada. Setiap tahun Forum Anak di daerah dikumpulkan untuk memaksimalkan peran anak. “Seharusnya Forum Anak juga dilibatkan dalam Musrembang. Bagaimana anak bersuara – ketika bicara soal pembangunan, seharusnya Pemda memerhatikan kebutuhan anak,” tukas Asisten Deputi Partisipasi Media KPPPA ini.

Selanjutnya Fatahillah menjelaskan mengenai hal-hal yang “ramah anak”, seperti trotoar. Menurutnya, dilihatnya ada trotoar di Makassar sekarang lebih lebar. Ada perkembangan. Puskesmas ramah anak harus dikembangkan. Nah, Bagaimana Puskesmas yang ramah anak itu? Lalu mengenai bullying. Di sekolah, tidak hanya yang konvensional tapi yang berasrama juga perlu diwaspadai.

Ditekankannya peran media yang strategis karena memberikan informasi kepada masyarakat. Bagaimana media menginformasikan kekerasan kepada masyarakat harus diperhatikan. “Mohon maaf, mengkritisi. Kebanyakan media hanya menyoroti pada sisi korban. Pada kasus yang anak sebagai pelaku, ya ... memang dia melakukan kesalahan tapi hak anak harus dipenuhi. Misalnya ketika mewawancarai tetangga, mukanya (si tetangga) kelihatan. Tetap bisa ketahuan meski ditutupi identitas sumber,” tandas lelaki yang lebih memprioritaskan keluarganya ketimbang gadget ketika berada di rumah.

Tahun ini Deputi Partisipasi Media KPPPA ingin mereview Pedoman Perilaku Penyiaran yang merupakan produk KPII  dan belum spesifik membahas isu gender. Sharing informasi seperti ini yang responsive gender sangat dibutuhkan. Bagi penulis media yang produknya langsung menyentuh masyarakat sangat penting diberikan pelatihan seperti ini. Agar masyarakat melek media dengan melakukan literasi media yang sudah menembus ruang dan waktu. Fatahillah mengakhiri sambutannya dengan membuka Pelatihan Jurnalisme Sensitif Genderuntuk Jurnalis dan Blogger. Bismillah, siap-siap menambah wawasan baru.

Makassar, 9 Mei 2017

Senang sekali bisa menghadiri kegiatan ini. Kepedulian terhadap penulisan isu yang sensitif terhadap perempuan dan anak memang perlu disebarluaskan karena dapat menjadi media edukasi untuk masyarakat mengingat salah satu fungsi media adalah mengedukasi masyarakat. Selain itu, melalui kegiatan ini, setidaknya saya jadi tahu bahwa pemerintah benar-benar serius dalam hal ini. Keseriusan pemerintah mengindikasikan masih adanya ketidakpedulian terhadap penulisan isu perempuan dan anak. Sekarang bukan hanya LSM, hal ini juga menjadi perhatian pemerintah.


Bersambung ke bagian selanjutnya.

Energetic Boy

$
0
0
Token dari sebuah bank swasta ini sangat penting bagi saya karena mendukung keadaan saya yang sulit mobile. Tinggal pencet sesekali saya sudah bisa memindahkan isi rekening ke tempat lain, seperti ke akun GoPay dan akun Kudo. Harganya tidak mahal namun bikin repot ketika tiba-tiba, gara-gara lengah barang ini rusak. Token pertama terblokir gara-gara ke-gaptek-an saya. Token yang saya miliki sekarang merupakan token ketiga yang rusak. Tepatnya terblokir. Gara-gara saya lupa menyembunyikannya, tahu-tahu si bungsu - the energetic boy sudah asyik saja memainkannya.

Anak-anak sekarang, ya, barang yang serupa HP dengan tombol-tombol di atas, pasti menarik perhatiannya. Begitu pun token ini. Padahal wujudnya sederhana sekali. Hanya menampilkan angka pada layar mungilnya, tanpa bebunyian dan aneka warna seperti pada smartphone.

Saya sudah cukup berusaha menjauhkannya dari jangkauan Afyad sebenarnya. Usai menggunakannya, biasanya saya langsung menyembunyikannya lagi di dalam lemari atau dompet. Saya sudah tahu kelakuan si bungsu. Apapun tidak luput dari perhatiannya, terlebih benda-benda bertombol. Kelengahan saya hanya dua kali itu. Dan tepat pula, saat itu Afyad melihatnya dan langsung mengutak-atik si token. Haha gemas, deh. 😝


Benda-benda bertombol lainnya yang pastinya tak luput dari sasaran tangannya adalah laptop dan gadget. Dia pernah mengubah password di laptop seorang kawan (namanya Dito), setelah terlebih dahulu berhasil login ke komputer tersebut. Padahal laptop itu memiliki password yang konon sulit ditembus oleh teman-teman Dito. Ulah si energetic boy ini terbongkar ketika pak suami meminta Dito mencoba password yang biasa digunakan si bungsu, beliau merasa curiga, jangan-jangan bungsunya yang menyebabkan blunder di situ. Dan ... voila, Dito akhirnya berhasil login kembali ke komputernya. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana si kecil ini berhasil menembus laptop Dito?

Mirip-mirip dengan kejadian itu, pada laptop yang saya gunakan ini, Afyad sudah dua kali mengubah dirinya menjadi admin (di laptop saya ada lebih dari satu user name). Dia bahkan pernah mengubah saya menjadi user biasa ketika user name-nya menjadi admin. Tahu, kan apa bedanya user biasa dan admin? Admin memiliki “kekuasaan penuh” atas pengoperasian dan pengontrolan laptop secara keseluruhan, termasuk pada user-user lainnya. Sementara user biasa bisa dia “kebiri” hak-haknya. 😅

Bukan hanya benda bertombol, banyak hal yang harus disembunyikan dari si bungsu yang lasak ini. Seperti gula pasir. Supaya dia tak meminumnya dengan hanya melarutkannya ke dalam air putih. Seperti pisau. Supaya tak digunakannya memotong-motong sayuran atau benda-benda lain tanpa sepengetahuan kami. Dia juga harus diawasi penuh supaya tak memasukkan dedaunan dari pekarangan belakang ketika kami tengah memasak sayur.

Terakhir, saya harus menyembunyikan telur ayam mentah karena dia sering mencoba memasaknya. Beberapa kali saya mendapati bekas telur di atas lantai. Suatu kali dia seolah-olah tak melakukan apa-apa ketika saya mendapatinya sedang sibuk di dapur. Saat saya tanyakan apakah dia yang menjatuhkan telur di atas lantai, dia menggeleng-gelengkan kepalanya padahal kaki terasa lengket di lantai karena masih adanya sisa-sisa telur yang jatuh sebelumnya. Selain telur di atas lantai, sesekali dia menuangkan telur ke dalam mangkok. Suatu kali, dia meminta Ato’ (kakeknya) memasakkannya. Caranya bikin merinding disko. Jadi, setelah memasukkan telur ke dalam mangkok, dia menyalakan kompor gas. Lalu dia ke ruangan lain untuk memanggil Ato’, menarik Ato’ sampai ke dapur, dan menyuruh sang kakek memasakkan telur dadar untuknya.

Di waktu lain, dia bereksperimen dengan termos air panas (di rumah kami masih menggunakannya). Dia mengambil termos, membukanya, dan menuangkan airnya ke dalam gelas. Kami mengetahuinya setelah itu semua dia lakukan. Jangan ditanya eksperimennya dalam “melarikan diri”. Beberapa kali dia keluar rumah tanpa sepengetahuan kami. Tetangga yang membawanya balik. Kunci pintu depan, ketika digantung tinggi-tinggi bisa diambilnya dengan cara menjolokkan gagang sapu atau gagang payung pada kunci. Malah saya pernah mendapatinya menyusun kursi plastik di atas meja plastiknya lalu dia naik ke atas kursi dan mengambil kunci pintu. Amazing-lah pokoknya usaha dia.

Sekarang dia lagi mogok sekolah. Padahal masa taman kanak-kanaknya tinggal sedikit lagi dihabiskan. Saya tahu dia bosan terhadap sesuatu. Saya sedang mencoba membujuknya untuk mau kembali bersekolah walaupun tanpa mengenakan baju seragam dan tidak membawa tas sekolah serta alat-alat belajarnya. Nah, dengan model si bungsu yang seperti ini, Oma dan Ato’ kewalahan menjaganya di rumah makanya saya tak bisa banyak keluar rumah. Yaah, begitulah dinamika saya dengan my energetic boy di rumah. Suatu saat nanti, saya mungkin akan merindukan masa-masa rempong ini. 😆

Makassar, 11 Mei 2017


Baca juga:


Menuju Jurnalisme Berperspektif Gender dan Anti Kekerasan

$
0
0
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan berjudul KPPPA, Tentang Partisipasi Media dalam Menulis Isu Perempuan dan Anak yang merupakan catatan dari Pelatian Jurnalisme Sensitif Gender Bagi Jurnalis dan Blogger. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), bekerja sama dengan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan pada tanggal 21 – 22 April lalu di hotel Aryaduta.

Gender Bukan Sekadar Memisahkan Laki-Laki dan Perempuan

Usai pembukaan, Ignatius Haryanto[1] menyampaikan materi berjudul Menuju Jurnalis dan Media Berprespektif Gender dan Anti Kekerasan. “Pelatihan sensitif gender penting sekali. Pertama, sebagian dari urusan ini, untuk mengetahui dunia sekitar kita diketahui dari media. Macam-macam peristiwa, diketahui dari apa-apa yang dilaporkan media. Namun media massa kadang-kadang tidak cukup peduli terhadap kekerasan terhadap anak dan perempuan,” Ignatius menjelaskan pentingnya pelatihan jurnalisme yang sensitif gender.


Gender adalah suatu perspektif dalam melihat permasalahan ekonomi, sosial, politik dan budaya dengan tidak membedakan antara lelaki dan perempuan. Aneka permasalahan ini dilihat sebagai suatu konstruksi sosial masyarakat, sehingga pembedaan antara lelaki dan peremuan dalam melihat aneka persoalan itu menjadi tidak relevan. Memiliki perspektif gender tidak harus berarti milik perempuan saja. Jika mampu melihat ketimpangan yang terjadi, lelaki bisa saja berprespektif gender. Di materinya, Ignatius mencontohkan lelaki-lelaki yang seperti itu: Rocky Gerung dan Nur Iman Subono.


Perspektif Gender Itu Menyangkut Segala Aspek Kehidupan

Butuh perspektif gender dalam menuliskan berita, hampir di seluruh bidang. Ignatius mencontohkan pada bidang politik (soal pemimpin perempuan, soal kepala keluarga), hukum(diskriminatif atau tidak terhadap perempuan, misalnya dalam urusan sebagai kepala keluarga terkait dengan pengupahan jika perempuan sebagai orangtua tunggal atau apakah kantor polisi punya tempat pelayanan yang ramah anak?), masalah budaya (tradisi-tradisi tertentu misalnya terkait dengan seorang jejaka yang hendak berkeluarga mendapatkan layanan seks dari perempuan dewasa sebelumnya), lingkungan hidup (bagaimana perempuan turut berperan menjaga lingkungan hidup di sekitarnya), dan masalah kriminal (bagaimana cara menuliskan peristiwa kriminal yang menimpa perempuan dan anak.

Ignatius mencontohkan kasus perkosaan di Bengkulu yang mengakibatkan seorang remaja putri meninggal dunia. Setelah terungkap, seolah-olah meledak, bermunculan di mana-mana beritanya, “Pelu diperhatikan bagaimana media memberitakannya. Cepat dan akurat tidak cukup. Perlu berempati. Tetap perlu memberikan perhatian kepada masalah-masalah seperti ini. Jangan sampai anak dan perempuan mengalami kekerasan yang kedua kalinya. Misalnya saat terjadi perundungan seksual, apakah harus ditulis dengan rinci? Hati-hati. Kronologi belum tentu bisa dipertanggung jawabkan keakuratannya. Kadang-kadang ada unsur fantasi.”

Di makalah presentasinya, Ignatius menyampaikan isi Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik: ”Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.” Dalam penafsiran atas Pasal 5 disebutkan: ”Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.”

Bagaimana Media yang Berperspektif Gender dan Anti Kekerasan

“Kalau mau bicara bagaimana menghadirkan media dan jurnalis yang peduli terhadap masalah perempuan dan anak, mungkin bisa melihat potret bagaimana news room,” tutur Ignatius lagi. Yang dimaksudkannya adalah tidak hanya dalam pemberitaan, juga dalam formasi kewartawanannya:
  • Komposisi ruang redaksi. Berapa banyak perempuan? Berapa dari mereka yang jadi reporter, jadi redaktur, bahkan jadi pemimpin redaksi?
  • Perempuan yang menjadi redaktur. Bukan hanya pada rubrik ringan (masalah kewanitaan – yang sering dikonotasikan dengan rubric kecantikan, dapur, kuliner, kesehatan). Apakah perempuan berpeluang meredakturi rubrik-rubrik “keras” (rubrik ekonomi, politik, dan internasional)?
  • Rubrikasi dan berita. Misalnya jangan sampai ada penggambaran yang terlalu detail sehingga korban bisa menjadi korban dua kali. Dalam membahas transportasi umum, apakah perempuan tidak rawan mendapatkan pelecehan? Jika ada liputan atas pembersihan oleh Satpol PP kepada para pekerja seks komersial, apakah hal yang sama dilakukan kepada para lelaki konsumennya?
  • Daftar nara sumber. Banyakkah perempuan yang pernah diwawancarai untuk bidang-bidang beragam?
  • Rubrik opini. Berapa banyak perempuan yang diberi kesempatan menulis? (apakah mereka hanya menulis secara tradisional pada momen Hari Kartini dan hari Ibu saja? Apakah tidak ada momen lain yang bisa dimanfaatkan untuk menulis?). Dari sebuah penelitian, di Kompas hanya 15% perempuan yang menulis Opini.
  • Dalam dunia kerja, perempuan memiliki banyak persoalan. Mulai dari persoalan akses pada pekerjaan yang layak, upah yang layak, perlindungan dalam pekerjaan, perempuan yang memiliki keluarga
  • Dalam dunia pekerjaan jurnalistik, ada cukup banyak persoalan:

= Seberapa banyak kesempatan diberikan kepada perempuan untuk menjadi jurnalis?
= Apakah dalam pekerjaan ini dilakukan pembagian kerja berdasarkan gender (division of labor)?
= Apakah perempuan jurnalis dibayar lebih murah untuk pekerjaannya?
= Apakah perempuan mendapat hak-hak normatifnya (hak cuti datang bulan, hak cuti sebelum dan setelah melahirkan, hak untuk pengasuhan anak) sebagai pekerja perempuan?
= Apakah perempuan mendapat kesempatan yang sama untuk dipromosikan dalam jabatan di kantor media?

Bagaimana ketika terjadi perundungan seksual. Dalam kode etik jurnalistik, salah satu pasal menyebutkan anak yang menjadi korban dan pelaku kejahatan disembunyikan identitasnya. Yang ingin saya katakan adalah seberapa konsisten media melindungi identitas media tersebut.Pertama, apa itu identitas? Hal-hal yang membantu orang mengidentifikasi orang tersebut. Media kadang-kadang menyebutnya ‘sebut saja Mawar. Nama disamarkan, wajah diblur tetapi tetangga diwawancarai, rumah disorot, guru diwawancarai,” tukas Ignatius Haryanto.


Mengenai perbandingan nara sumber laki-laki dan perempuan, Ignatius berkata, “Apakah Anda berpikir yang dikontak laki-laki atau perempuan …supaya berimbang? Kapan perempuan perlu ditimbulkan suaranya? BBM naik, angkot naik, sembako naik ... hanya seperti itu! Domestik sekali. Memangnya perempuan hanya mengurusi yang demikian saja?

Kalau bicara tentang wanita karir. Ditemukan ketidaksamaan penghasilan. Kenapa perempuan gajinya lebih rendah padahal posisi sama?” pertanyaan ini dilontarkan oleh Ignatius lagi.

Dalam materinya, lelaki ini menuliskan tentang mengapa penting untuk memasukkan isu soal perlindungan dan pemberdayaan perempuan dalam dunia kerja:
  • Ini hal yang telah lama terjadi namun kerap diabaikan untuk ditulis
  • Ada bias dalam pandangan umum, dimana ada anggapan bahwa perempuan yang bekerja adalah “second income” di rumah tangganya, sehingga untuk itu “dianggap wajar” jika jumlahnya lebih kecil. Dalam kenyataannya ada banyak hal yang tidak bisa digeneralisir. Bagaimana dengan orangtua tunggal (single parent) dari pasangan yang bercerai, dan dalam hal ini perempuan yang bekerja jadi satu-satunya tumpuan penghasilan. Apakah patut kemudian income ini diperkecil atas dasar asumsi di atas
  • Asumsi di atas pun lalu mengecilkan sistem reward yang berdasarkan pada merit system, bahwa orang berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah dikerjakan atau yang jadi prestasinya, bukan berdasarkan pada pertimbangan gender yang ada
  • Perempuan adalah tenaga kerja yang potensial baik di sektor formal dan informal. Khusus dalam sektor informal kita melihat bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh para perempuan untuk bergulat menghidupi diri dan keluarganya. Misalnya: para pedagang sayur yang telah keluar rumah sejak jam 3-4 pagi. Para penyapu jalanan, pedagang kaki lima (nasi uduk, lontong sayur dll)
  • Media yang angkat masalah ini akan membuat mata masyarakat umum dalam melihat ketimpangan yang selama ini terjadi, dan mengajak masyarakat untuk sama-sama mencari solusi atas persoalan dan bias yang terjadi baik dalam masyarakat ataupun media selama ini.

Atas pertanyaan dan tanggapan pada sesi tanya-jawab, saya mencatat tanggapan balik dari Ignatius Haryanto sebagai berikut:

Bertanya yang faktual untuk kasus yang ,enyedihkan. Jangan bertanya tentang perasaan! Wawancara yang lebih normal, tidak live, memungkinkan editing, memilah mana yang ingin ditampilkan dan mana yang tidak.

Dulu dirinya pernah jadi penguji skripsi mahasiswa yang menulis bagaimana NHK Jepang menulis tsunami di Jepang. NHK tidak pernah memperlihatkan mayat dalam tayangannya meskipun banyak korban jiwa. Tsunami ditampilkan, dampaknya tetapi dari long shoot. Titik-titik tertentu memperlihatkan apa yang terjadi. Pun ketika relokasi. Intinya mengemukakan bagaiana manusia yang ingin survive. Orang Jepang sudah tahu gempa bagian hidup mereka tapi mereka tidak mau kalah dengan gempa.

Semua saling mempersilakan duluan. Ada human dignity yang ingin ditonjolkan, Ini yang harus menjadi warna dalam memberitakan berita terkait perempuan dan anak. Tidak ideal dilakukan secara live. Kalau bisa ditunda, beri waktu satu jam ke depan.

Untuk blogger, memang ada nilai plus karena tidak terkait dengan pihak mana pun. Ignatius mengapresiasi apa yang saya ceritakan berikut ini:

Saya berbagi pengalaman mengenai beberapa kali saya mengkritisi cara media mainstream memberitakan/memperlakukan perihal perempuan dan anak yang tidak etis, salah satunya ada di tulisan Mengumbar Rahasia Pribadi Seseorang di Televisi dalam Siaran Langsung Adalah BULLY! dan tulisan Menjadi Nyamuk yang Mengganggu Monster Raksasa.

Saya juga menceritakan bahwa kini banyak kawan blogger perempuan seperti saya di seluruh Indonesia yang menggunakan blog dan akun media sosialnya untuk berbuat baik. Beberapa teman blogger perempuan membantu me-retweet-ikan teguran kepada rumah produksi dan stasiun televisi yang mengekspos istri dari seorang lelaki yang mengunggah tragedi bunuh dirinya secara live di Facebook.

Saya menyampaikan apresiasi saya terhadap kegiatan ini. Saya menceritakan kalau dulu saya menganggap banyak hal terkait pemberitaan yang terlalu menyudutkan perempuan adalah wajar karena sudah begitu sering saya temui – walaupun hati kecil saya merasa tidak nyaman. Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen Makassar, wawasan saya bertambah dan memberanikan diri untuk mengkritik hal-hal yang tidak pada tempatnya, seperti juga ketika seorang Kompasianer menuliskan pemerkosa dengan kata “menggagahi”. Syukurnya, petinggi Kompasiana menanggapi dengan baik kritikan saya dan mengubah judul yang digunakan oleh sang kompasianer.

Di akhir sesinya, Ignatius mengajak peserta pelaihan untuk membuat catatan kecenderungan 5 tahun terakhir atau tahun ini berdasarkan data dan fakta mengenai perempuan Indonesia.

Menarik komentar moderator - Ambang Priyonggo, di saat mengakhiri sesi ini:
Faktor budaya yang membuat nilai sensitif gender kurang kuat namun perlu upaya terus-menerus untuk memperbaiki. Kita sadarkan diri kita dulu deh di level kognisi lalu masuk level struktur organisasi. Lalu di level pemerintahan sehingga mampu menghasilkan jurnalisme yang berprespektif gender dan anak.

Makassar, 12 Mei 2017

Bersambung ke tulisan berikutnya




[1] Peneliti senior Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), pernah jadi wartawan antara tahun 1994-2003, penulis sejumlah buku dan artikel di media massa, anggota Ombudsman harian Kompas sejak 2008,  mengajar jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang Selatan, dan anggota Dewan Etik, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta.  

Bagaimana Media Memahami Gender

$
0
0
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan berjudul KPPPA, Tentang Partisipasi Media dalam Menulis Isu Perempuan dan Anak dan Menuju Jurnalisme Berperspektif Gender dan Anti Kekerasan yang merupakan catatan dari Pelatihan Jurnalisme Sensitif Gender Bagi Jurnalis dan Blogger. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), bekerja sama dengan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan pada tanggal 21 – 22 April lalu di hotel Aryaduta.

Di sesi ini Ruth Indiah Rahayu mengajak para peserta memahami peta masalah soal gender di dalam dunia media: meliputi trilogi organisasi media, para jurnalis sebagai agen, dan pembaca. Sesi ini membahas relasi ketiganya dalam membentuk problem gender. Pembahasan materi oleh perempuan yang senang meneliti ini berkisar pada 3 bagian besar. Ruth memulai sesinya dengan menceritakan sejarah media (untuk) perempuan di Indonesia.

Representasi Media Perempuan dan Pembentukan Citra Feminitas

Sebelum 70-an tidak ada media representasi perempuan. Konteks peran ganda perempuan, dilansir media tahun 70-an. Pada awal dekade 70-an, bermunculan industri media perempuan yang merepresentasikan kelas menengah – atas  seperti Femina, Sarinah, Kartini, Gadis, Putri, dll. Industri media perempuan ini berfungsi sebagai sarana pemasaran bagi produk kosmetika, perhiasan, fashion, sekaligus resep masakan dan kisah tragedi.


Selain itu, media membentuk citra perempuan yang mendukung program orde baru. Contohnya majalah Kartini dan Sarinah merepresentasikan “pahlawan ibu rumah tangga pendamping suami yang terampil mengurus anak, mengabdi pada suami, dan menjaga NKKBS” (NKKBS: Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Sementara Femina mewakili perempuan kelas menengah yang modis, elegan, berpendidikan, tinggi, mempunyai karir namun tetap mengurus anak, suami, dan menjaga NKKBS. Tugas perempuan dalam rumusan ideologi Orba adalah menciptakan NKKBS, sejalan dengan program KB. Citra ideal feminitas perempuan Indonesia itu sejalan dengan Panca Dharma Wanita yang juga merupakan ideologi rumusan Orba.

Media beramai-ramai menampilkan profil “peran ganda wanita”. Digambarkan bahwa perempuan kelas menengah mampu menjadi wanita karir yang menomorsatukan keluarga. Selanjutnya ini dijadikan role model bagi perempuan kelas bawah yang pada kenyataannya adalah pekerja pertanian yang kehilangan pekerjaannya dalam proses revolusi hijau pada awal 1970-an.

Pada dekade 90-an terbit tabloid Nova, Wanita Indonesia, C & R, Nyata, dan lain-lain yang merepresentasikan perempuan kelas menengah ke bawah. Cover-nya memperlihatkan orang-orang terkenal dengan pasangannya (suami-istri), berbeda dengan majalah-majalah sebelumnya (Kartini, Femina, dan lain-lain). Cover berpasangan hendak menyampaikan pesan bahwa perempuan jangan otonom. Keluarga bahagia itu harus dengan pasangannya. Rubriknya berisi stereotype ibu rumah tangga: masakan, fashion, dan tragedi yang menguras air mata.

Pasca reformasi terbitlah tabloid yang menampilkan identitas perempuan muslimah (berhijab), seperti Muslimah, Hijabista, Anis, Jelita yang menggelar isu “wanita karir yang shalihah”. Citra feminitas kini bergeser menjadi “ibu rumah tangga berkarir yang shalihah”. “Jilbab digunakan media untuk membentuk citra baru untuk perempuan shalihah. Jilbab menjadi sesuatu yang ‘manipulatif’,” tukas Ruth.

Citra Feminitas dan Industri Mitos Kecantikan Serta Pembentukan Stereotype Perempuan Oleh Media

Citra feminitas yang dibentuk untuk perempuan dijadikan pasar bagi industri budaya. Penciptaan citra “tubuh berlekuk” ada implikasinya dengan bisnis. Tubuh “wanita karir yang menomorsatukan keluarga” maupun ibu rumah tangga berkarir yang shalihah” harus langsing, seksi, tinggi, cantik, dan fashionable. Setiap bagian tubuh dari perempuan (rambut, kaki, lengan, kulit, dan lain-lain) dan seksualitasnya (payudara dan vagina) berubah menjadi komoditas di mana industri menciptakan mitos kecantikannya.

“Untuk itu harus dibentuk stereotype perempuan. Karena feminitas perempuan Indonesia berkolerasi dengan kepentingan industri yang memproduksi mitos kecantikan. Media jadi agen sosialisasi yang menyampaikan citra ideal feminitas perempuan. Maka masalah sesungguhnya dari perempuan tidak dibahas,” tutur Ruth.

Ruth mengatakan ada ambiguitas media. Di satu sisi ia membahas stereotype perempuan (misalnya dengan gambaran kelemahannya, Risma dibahas habis sewaktu menangis ketika diwawancarai sebuah acara talkshow televisi. Gubernur Jawa Timur ini ramai diberitakan). Perempuan dibahas habis saat dia lemah. Di lain pihak dibuat sebagai sasaran produk kecantikan.

“Anehnya, media yang membentuknya sekaligus menjadi hakim yang menentukan baik dan buruknya perempuan. Politisi perempuan yang dulunya artis dihakimi oleh media. Media seakan-akan penjaga gawang bagi moralitas padahal di lain pihak media mencitakan stereotypeperempuan. Media menerapkan standard moral ganda bagi perempuan. Media adalah perpanjangan tangan ideologi dominan. Manipulasi ideologi sekuler dan agama bagai bandul, saling menggeser,” lanjut Ruth lagi.

Contoh lainnya media menjadi penjaga gawang moralitas adalah menuduhkan kegagalan keluarga kepada perempuan. Perempuan yang sukses berpolitik jika cantik dikaitkan dengan “lobi tubuh”-nya tetapi jika jelek dikaitkan dengan kegalakannya. Ruth memberi contoh politikus perempuan yang mantan artis yang mati-matian membuktikan kemampuan dirinya.

Jurnalis Sebagai Agen Media

Dalam materinya, Ruth menuliskan bahwa posisi jurnalis sebagai agen bersifat ambigu: di satu sisi melanggengkan stereotype perempuan di dalam media, di lain pihak mendekonstruksikan stereotype tersebut jika sudah tidak dikehendaki pasar.

“Struktur sosial kita tidak netral, tidak flat tapi berdasarkan kelas, atas dan bawah. Apa yang kita serap di media bukan kepentingan kelas bawah. Itu kepentingan yang punya duit. Dalam politik begitu juga proporsi pemberitaan berapa persen sih yang menyuarakan kepentingan kelas bawah.  Jurnalis adalah produk struktur sosial yang bias kelas, bias ras, dan bias gender. Maka mau tak mau pemberitaan disertakan asumsi-asumsinya. Disadari atau tidak, jurnalis bekerja dalam ideologi patriarki-kapitalis. Nah itulah struggle-nya para jurnalis nanti,” Ruth menjelaskan.

Pendapat Althusser, seorang filsuf Perancis:
Jurnalis adalah representasi ideologi dominan yang berakar pada struktur sosial yang timpang berdasarkan kelas, gender, dan ras. Ideologi industri media adalah kapitalisme (yang menekankan akumulasi kapital).
Dan merujuk pada Claire Jonston:
Ideologi media adalah patriarki (berdasarkan fantasi dan dominasi laki-laki).\

Budaya Populer Media

“Persoalannya, pers/media hidup dalam aura budaya populer media,” tukas Ruth.

Menurut Ruth, budaya populer adalah budaya yang dihasilkan secara massal menggunakan teknologi tinggi, diproduksi oleh industri, dipasarkan secara massal, untuk mendatangkan keuntungan, ditujukan bagi massa konsumen. Budaya pop diproduksi oleh kapitaslisme.

Pers punya rubrik populer supaya mengikuti perkembangan. Ceramah agama bahkan masuk budaya pop di dalamnya. Semua tunduk dalam budaya pop demi menaikkan rating. Seperti Kompas ada rubrik sosialiatanya juga.

Citra feminitas dan stereotype perempuan dikomodifikasikan[1] maknanya berdasarkan hasrat dan fantasi industri media yang kapitalis-patriarki dan bukan mendapatkan maknanya dari realitas kehidupan perempuan itu sendiri.

Contohnya adalah iklan Tropicana Slim. Untuk target perempuan, tujuan mengurangi gula adalah supaya tubuh tidak gendut (tidak memenuhi standard tubuh yang indah. Tubuh langsing adalah fantasi laki-laki). Sedangkan untuk laki-laki, diarahkan kepada kebutuhan kesehatan (untuk menghindari penyakit diabetes).

Dalam peliputan dan teks berita, harus diperhatikan apakah bebas dari asumsi yang bias gender atau tidak? Ruth keberatan dengan “teknik memajukan jurnalis perempuan agar lelaki yang diwawancarai menjadi luluh atau tunduk kepada kemauan yang mewawancarai”. Menurutnya, jika teknik menggali nara sumber dalam interview bagus maka hal yang ingin diketahui bisa diperoleh.

Asumsi cover both side, menimbulkan dua asumsi yang bertolak belakang. Persoalannya adalah kalau ada kasus yang dialami perempuan, misalnya yang mengalami perkosaan. Jurnalis mengkonfirmasinya kepada anggota keluarga yang laki-laki atau aparat kelurahan yang laki-laki. Begitu pun interviewkepada ibu PKK, cross chek-nya kepada pak lurah. Untuk suara politisi perempuan di DPR/DPRD, cross check-nya dilakukan kepada politisi laki-laki.

Dalam menuliskan berita, fantasi penulis sering kali bermain. Misalnya mendeskripsikan tokoh perempuan disertai dengan penggambaran keadaan tubuhnya dan menuliskan berita kekerasan seksual bak narasi pornografi.

Secara tak sadar, masyarakat pembaca terpengaruh konstruksi ideologi kapitalis-patriarki. Baik laki-laki dan perempuan menikmati fantasi agen media di dalam berita. Perempuan jadinya berfantasi tentang mitos kecantikan dan membayangkan dirinya seperti Barbie misalnya atau menangis tersedu-sedu, seakan-akan ikut merasakan masalah yang diderita artis pujaannya. Sedangkan pembaca laki-laki menikmati fantasi tentang mitos kecantikan perempuan dan membayangkan dirinya mengeksplorasi “tubuh Barbie” atau merasa meningkat power-nya saat membaca kisah melodrama artis yang malang.

Bagaimana dengan lembaga media? Sebagai organisasi produksi, lembaga media mengorganisir tenaga kerjanya untuk menghasilkan tulisan yang bernilai komoditas. Lembaga ini memanfaatkan hubungan reciprocal (timbal-balik) agen media dan pembaca dalam melanggengkan stereotype perempuan karena bernilai komoditas. Perempuan menjadi obyek semata!

Perempuan dan Wanita

Bincang-bincang tak hanya yang ada di dalam materi semata. Mengenai kata perempuan dan wanita, Ruth menceritakan bahwa saat Jepang masuk Indonesia, istilah perempuan mengalami penurunan makna karena dikaitkan oleh jugun ianfu. Maka perempuan berubah menjadi alat makian – “perempuan jalang” – dihubungkan dengan kejalangan. Pada tahun 1945, Soekarno menawarkan istilah lain, betina. Berasal dari vanita. Kamus Slamet Mulyono, artinya adalah sesuatu yang diinginkan. Diinginkan oleh siapa? Oleh laki-laki! Dari istilah saja bermakna obyek: “wanita”. Bahkan Soekaro minta Kongres Perempuan, kata perempuan diganti menjadi wanita, jadilah “Kowani”.  Karena cukup lama dipakai, wanita lebih banyak muncul dalam penggunaan bahasa. Pada dekade 80-an, karena mempelajari istilah wanita secara etimologi, para feminis ingin kembali ke kata perempuan. “Kalau tertarik studi Degradasi Semantik, menarik. Semua ada makna. Di balik makna ada ideologi,” tukas Ruth.

Cewek Cantik

Pada sesi tanya-jawab, saya menceritakan mengenai kritik saya pada sebuah media online yang menggunakan istilah “cewek-cewek cantik di Makassar” pada sebuah rubriknya. Saya mengatakan, meski isinya membahas perempuan-perempuan cantik yang punya prestasi atau karir bagus, saya tetap tidak sreg dengan istilah “cewek-cewek cantik” karena terkesan mengeksploitasi. Saya menyarankan kata “cewek cantik” diganti dengan istilah lain semisal “perempuan berprestasi” atau apalah. Saya menanyakan tanggapan nara sumber yang sangat fasih dalam membawakan materinya ini.


Ruth ternyata sependapat dengan saya mengenai istilah “cewek cantik” yang tidak pas. Komentar lainnya membuat saya terperangah karena tidak terpikir ke arah sana. Kata dia, “Hati-hati memilih kata. Janganlah ‘perempuan berprestasi’. Kenapa perempuan harus ditunjukkan berprestasi sementara tidak ada istilah ‘lelaki berprestasi’? Apakah perempuan harus ditunjukkan bahwa dia bisa berprestasi?” Ruth juga tak suka istilah “perempuan potensial” yang mengindikasikan perempuan banyak yang tidak memiliki potensi. Dan ya ... tak ada istilah “lelaki potensial”! 

“Yang kurang (dari kita) adalah counter budaya. Counterbudaya pop itu kurang. Anak-anak harus diajarkan untuk tidak menuhankan gadget,” ujar Ruth. Ruth juga menceritakan mengenai penelitiannya kepada anak-anak yang dibatasi pemakaian gadget-nya oleh orang tuanya dan anak-anak yang selalu saja memegang gadget. Hasilnya, anak-anak yang dibatasi pemakaian gadget-nya itu lebih bagus daya nalarnya. Yang terbiasa dengan gadget, daya nalarnya kurang dan motoriknya kurang terlatih.

Melanggengkan Stereotype ?

Semua partai tidak pernah memberi pelatihan politik kepada kadernya, apalagi perempuan. Pendidikan politik kepada aleg (anggota legislatif) perempuan diberikan oleh NGO (mengenai hal ini, saya juga pernah membaca artikel yang menceritakan bagaimana sebuah NGO melatih aleg perempuan dalam berpendapat).

Menurutnya, jurnalis harus membangun hubungan dengan tokoh-tokoh perempuan. Jurnalis diharapkan juga memberikan kondisi dengan mendorong dan memberikan mereka jalan. Agar supaya para aleg perempuan penuh percaya diri karena di partai mereka dikonstruksikan untuk menerima pendapat partai. Dalam mewawancarai tokoh perempuan, misalnya isi wawancara sering kali melanggengkan stereotype. Hubungannya dengan keluarga dan ketundukannya pada suami dari seorang tokoh perempuan dikejar oleh jurnalis. Padahal kan kinerjanya tak ada hubungannya dengan itu. Apakah pernah seorang tokoh lelaki saat wawancara, diserbu dengan pertanyaan mengenai seberapa besar kesuksesannya dalam mengepalai keluarganya? Jawabannya adalah: TIDAK.

Makassar, 15 Mei 2017

Bersambung ke tulisan berikutnya

Catatan:

Sampai tulisan ini diunggah, saya menunggu kiriman foto dari seorang kawan. Sayang sekali, foto-foto saya selama kegiatan banyak yang terhapus secara tidak sengaja sehingga saya tidak bisa menampilkannya di sini.



[1] Komodifikasi adalah proses mengubah barang atau layanan yang sebelumnya merupakan subyek yang mengikuti aturan sosial non-pasar menjadi suatu subyek yang mengikuti aturan pasar (Gleick, 2002). Sumber: www.kruha.org

Jurnalisme Sensitif Gender dan Peduli Anak

$
0
0
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan berjudul KPPPA, Tentang Partisipasi Media dalam Menulis Isu Perempuan dan Anak,  Menuju Jurnalisme Berperspektif Gender dan Anti Kekerasan, dan Bagaimana MediaMemahami Gender yang merupakan catatan dari Pelatihan Jurnalisme Sensitif Gender Bagi Jurnalis dan Blogger. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), bekerja sama dengan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan pada tanggal 21 – 22 April lalu di hotel Aryaduta.

“Sensitivitas gender, lebih kepada pemahaan kita untuk mengambil keputusan dalam mengemas berita. Istilah ini juga termasuk upaya/perilaku yang mensosialisasikan perempuan dan laki-laki kepada perilaku tertentu,” Ambang Priyonggo – sang pemateri terakhir memulai pemaparannya. Lelaki yang juga berprofesi sebagai dosen Jurnalistik Multimedia di Universitas Multimedia Nusantara ini membawakan materi berjudul Menerapkan Jurnalisme Sensitif Gender dan Peduli Anak.

Tentang pengertian genderjuga berarti membahas tentang pengertian jenis kelamin. Jenis kelamin itu sifatnya alamiah, merujuk pada perbedaan nyata alat kelamin serta terkait pada fungsi kelahiran, dan bersifat tetap dan sama kapan dan di mana saja. Sedangkan gender itu membicarakan tentang konsep dasar: sifatnya sosial budaya serta buatan manusia; merujuk pada tanggung jawab, peran, pola, perilaku, serta kualitas, sifatnya maskulin dan feminin; dan bersifat tidak tetap, tergantung waktu, budaya, atau keluarga. Lalu, apa itu ketidaksetaraan gender? Ketidaksetaraan genderadalah perbedaan peran dan posisi perempuan dan laki-laki di ranah privat dan publik


Media yang sensitif gender dan peduli anakdapat memberi ruang proses penguatan kesetaraan gender dan kepedulian terhadap anak yang terwujud dalam konten media. Jurnalisme berperspektif gender dan peduli anakadalah praktik jurnalisme yang selalu menginformasikan atau mempermasalahkan dan menggugat secara terus menerus berbagai hal yang terkait adanya hubungan yang tidak setara atau ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan, serta kepedulian terhadap hak dan perlindungan anak.

Dalam upaya mewujudkan jurnalisme berperspektif gender harus menyentuh tiga level:

Kognitif (kesadaran kolektif/individual).
Bahkan jurnalis perempuan – masih  banyak yang kurang memiliki kesadaran akan sensitivitas gender. Mereka terjebak ke pemikiran pemikiran dan ideologi patriaki yang tak sadar tertanam akibat faktor lingkungan sosial, budaya, dan lain-lain.
Organisasi (struktur, rekrutmen, dan promosi, pendelagasian tugas).
Sebuah survei pada tahun 2012 dari divisi perempun AJI (Aliansi Jurnalis Independen) menyebutkan dari sisi jumlah, jurnalis perempuan masih kalah dibanding laki-laki. Dua – tiga dari 10 jurnalis adalah perempuan. Dalam menjalankan pekerjaannya, terdapat marjinalisasi peran di redaksi jurnalis perempuan jarang menduduki ‘desk laki-laki’, misalnya sport, politik.
Keterampilan teknis (sensitif gender dan anak, pilihan fakta sosial, angle, teknik penulisan).
Jurnalis masih banyak yang tidak sensitif dalam hal pemilihan diksi, pemilihan angle dan nilai berita (seringnya justru masih dari perspektif laki-laki). Tekanan ekonomi media menjebak jurnalis menghasilkan berita sensasional aspek menarik, tapi tidak penting, dan relevan dalam mengemas isu perempuan dan perlindungan anak.



Dimensi gender dalam jurnalisme adalah:

Bahasa
Mencakup: istilah, apakah netral digunakan?
Apakah asumsi tentang orang-orang didasarkan jenis kelamin?
Pada contoh berita berjudul: Perempuan Cantik Ini Minta Jokowi Menyikapi Ancaman Bahaya Rokok, kata “cantik” tidak dalam konteksnya.
Sudut Cerita
Melihat cerita dari sudut pandang siapa?
Siapa yang termasuk?
Siapa yang dikecualikan?
Pada contoh berita berjudul: Pemerkosa Siswi SMP: Saya Hanya Disuruh Ngrasain, Katanya Dia Cabe-cabean, sudut cerita tidak sensitif gender karena “memenangkan orang yang bersalah”, hanya dari sisi si pemerkosa.
Konteks
Apakah cerita menyertakan konteks sehingga pembaca dapat membangun pemikiran mereka sendiri?
Pada contoh berita-berita tentang Malinda Dee - mantan Senior Relationship Manager Citibank yang ditahan pada tahun 2011 karena kasus pembobolan dana nasabah private bank Citibank, terlalu menggiring opini publik kepada tubuh Malinda Dee yang menggunakan silikon di payudaranya dan senang operasi plastik serta memiliki suami seorang artis muda. Media bisa mengkonstruksikan sesuatu. Harus dipahami apakah konteksnya sampai kepada masyarakat?
Sumber
Berapa banyak sumber adalah perempuan?
Berapa banyak yang minoritas?
Visual
Apakah gambar bertentangan atau tidak dengan konten serta dihubungkan dengan judul dan teks?

Jurnalisme Netral versus Jurnalisme Gender

Menunjukkan keberpihakan pada 4 hal:
  • Fakta
  • Posisi media
  • Posisi jurnalis
  • Hasil liputan dan pemberitaan

Dalam usaha mengembangkan jurnalisme berperspektif gender maka pendekatan yang dilakukan harus keluardari pendekatan jurnalisme netral (obyektif).

Selanjutnya Ambang memperlihatkan contoh berita yang tidak sensitif gender. Berita tersebut berjudul Selaput Dara Mahasiswi Korban Perkosaan Sepasang Kekasih Tidak Rusak. Berita ini menceritakan tentang kasus sepasang kekasih (lelaki dan perempuan) yang tega menculik teman perempuannya dan melakukan kejahatan seksual terhadapnya. Hasil penelaahan berita oleh Ambang sebagai berikut:

Gambar berasal dari materi yang dibawakan oleh Ambang Priyonggo


Posisi Subjek-Objek

Berita ini mengisahkan mengenai pemerkosaan yang dilakukan oleh Gama terhadap mahasiswi. Yang pertama terlihat, terlihat pelaku pemerkosaan ditempatkan sebagai subyek (pencerita) sementara WW sebagai korban ditempatkan sebagai objek (korban pemerkosaan). Peristiwa perkosaan, bagaimana proses dan terjadinya perkosaan, dan pelaku perkosaan diketahui wartawan dari mulut WW selaku pemerkosa, berita menempatkan WW sebagai tukang cerita. Akibatnya pemerkosaan tersebut diceritakan dalam perspektif pelaku, maka peristiwa perkosaan memarjinalkan posisi WW, dan menempatkan Gama sebagai subjek. Hal ini berakibat posisi Gama diuntungkan.

Gambar berasal dari materi yang dibawakan oleh Ambang Priyonggo


Lead:  “Mahasiswi di Malang berusia 20 tahun asal Kediri berinisial WW tidak mengalami kerusakan selaput dara meski dibius, disiksa dan diperkosa sepasang kekasih”.

Kalimat ini menegaskan si pemerkosa, Gama, meskipun melakukan pemerkosaan tapi tidak merusak keperawanan. Pembaca diajak untuk lebih bersimpati pada pelaku bukan kepada korban. Masalah pemerkosaan tidak dilihat secara psikologis namun hanya dilihat secara fisik.

Dalam pemberitaan ini WW sebagai korban pemerkosaan tidak bisa menceritakan tentang peristiwa tersebut karena dalam keadaan tidak sadar.

Dalam keseluruhan cerita teks hanya berbicara tentang kerusakan selaput dara, sementara bagaimana perasaan si korban tidak diceritakan. Dalam hal ini, nasib korban perkosaan tidak menjadi perhatian.

Kejam sekali. Jujur, saya pengen sekali menabok pembuat berita ini! 😭

Contoh-contoh berita berikutnya yang diperlihatkan Ambang juga membuat saya marah. Marah dengan cara para jurnalis itu menuliskan tentang perempuan. Misalnya gambaran perempuan dalam berita politik cenderung mensterotipekan perempuan secara negatif. Ini sejalan dengan yang dikatakan Ruth Indiah Rahayu pada materi sebelumnya. Dalam berita politik, perempuan-perempuan yang berkecimpung di dunia politik sering tidak dilihat karya profesionalnya, melainkan soal penampilan fisiknya. Misalnya berita mengenai Menteri Susi ini:

Harusnya yang diberitakan kinerjanya, kan? 😡
Gambar berasal dari materi yang dibawakan oleh Ambang Priyonggo

Ambang menyimpulkan materinya sebagai berikut:
  • Media masih belum mampu sepenuhnya mengangkat isu perempuan dan peduli anak pada media mainstream
  • Media masih cenderung memarjinalkan posisi perempuan baik sebagai jurnalis atau pun saat memberitakan perempuan
  • Media masih cenderung menjadi ruang legitimasi bias gender dan diterima sebagai kewajaran umum.
  • Perempuan dipandang masih menjadi penyebab masalah, bukan bagian dari solusi
  • Pemberdayaan perempuan, khususnya jurnalis perempuan, menjadi krusial dalam hal kognisi, struktur organisasi, teknik jurnalisme sensitif perempuan (dan anak).

Saat menutup sesi Ambang, sebagai moderator Ruth mengatakan, “Memang jadi jurnalis harus ‘berpihak’. Di situlah seninya Anda struggle.”


Makassar, 16 Mei 2017

Bersambung

7 Keistimewaan Masakini Food and Gallery

$
0
0
Masakini Food and Gallery nama bangunan itu. Sudah sering saya lewat di depannya dan mengagumi bangunannya namun baru pada saat itu saya masuk di dalamnya. Pada tanggal 13 Mei lalu, saya bersama kawan-kawan Kelas MAM (Makkunraina Anging Mammiri) datang ke sana untuk sebuah acara. Kelas MAM adalah kelas belajar khusus blogger perempuan yang tergabung dalam komunitas blogger Anging Mammiri.

Saat baru melangkahkan kaki ke pekarangan restoran yang terletak di jalan Pengayoman nomor 34 itu, saya sudah merasakan suasana yang berbeda dengan tempat lain. Perbedaannya apa, tak bisa saya gambarkan dengan kata-kata Yang jelas, “rasa berbeda” itu yang kemudian menarik saya lebih kuat untuk masuk ke dalam bangunan berlantai tiga itu.


Tak jauh dari pintu masuk terlihat tangga menuju lantai atas. Tepat sebelum tangga, ada sebentuk kerajinan unik semacam patung “selamat datang”-nya Masakini Foodand Gallery. Seorang perempuan berjilbab menyambut saya dengan ramah. Dia memperkenalkan dirinya dan menyalami saya. Sayangnya suaranya terdengar lirih di telinga saya. Perempuan muda itu, seperti juga beberapa orang lainnya di ruangan besar itu, mengenakan pakaian seragam pegawai restoran berwarna hitam. Terlihat di tengah ruangan kawan-kawan blogger duduk mengelilingi 3 meja yang disatukan. Saya pun mengambil tempat di antara teman-teman.

Foto dibidik dari lantai 2. Perhatikan lantainya yang terlihat keren.
Sumber foto: Alfu Laila (www.alfulaila.com)
Melihat-lihat menu dulu. Sumber foto: Zilqiah Angraini
(www.qiahladkiya.com)

Ruangan besar itu terasa luas karena plafonnya yang tinggi. Malah plafon pada sebagian ruangan mengikut plafon lantai dua bangunan itu. Maksud saya, lantai duanya tak sepenuh lantai satu luasnya. Dari tempat kami duduk, terlihat pagar pembatas bagian restoran di lantai dua kalau kami mendongakkan kepala.

Kenyamanan berada di dalam Masakini Food and Gallery makin terasa menjerat hati untuk berlama-lama berada di sana. Untuk Anda yang membaca tulisan ini, saya bisa menjelaskannya melalui 7 keistimewaan yang dimiliki restoran tersebut sebagai berikut:

1. Dekorasi interior dan eksteriornya unik.

Motif 3 sofa di lantai 2 Masakini Food and Gallery. Unik, ya 😊

Kursi, sofa, dan mejanya berbeda-beda. Total ada sekira 50 meja tersebar dari lantai satu hingga lantai dua. Di antara semua perabot itu, hanya ada beberapa yang sama satu sama lainnya. Makanya saat melemparkan pandangan ke sekeliling, mata terasa fresh. Di lantai dua, saya tertarik dengan 3 sofa bersandaran tinggi yang unik. Sofanya tidak terlalu besar tetapi tidak kecil. Kira-kira bisa diduduki oleh dua orang. Motif pada jok sofanya terlihat ramai tapi enak dilihat karena bergambar skuter aneka macam dan aneka gambar lainnya yang disusun sedemikian rupa. Istilahnya, restoran ini – bangunan dan dekorasinya bergaya industrial berpadu dengan tradisional. Bukan hanya ada unsur Eropanya, namun ada juga unsur tradisional Indonesia.

Wastafel unik di lantai 2

Bahkan lantainya punya cerita unik. Merupakan buatan tangan yang butuh waktu 6 bulan pemesanannya. Lihat saja ketika difoto dari lantai atas oleh Alfu, lantainya terlihat indah. Pasangan suami-istri Jarle Svindall yang asli Norwegia dan drh. Ryni Rauf Svindall yang asli Bugis memang menerapkan impian mereka dalam konsep bangunan yang bersifat eastern dan western.


2. Banyak spot fotografi keren.


Dampak positif pengaturan dekorasi yang tidak main-main adalah banyaknya spot berfoto yang keren di Masakini Food and Gallery. Kabarnya, gedung resto ini sudah sering dijadikan tempat berfoto pre wedding. Coba lihat sebagian kecil spot yang saya abadikan di video di atas. Saya yakin Anda akan setuju dengan saya.



Daftar menu. Sumber video adalah gambar-gambar di laman Facebook 
Masakini Food and Gallery

3. Makanan enak tanpa MSG.

Nah, ini yang paling penting. Saat di sana, saya makan Steak Tuna dan minum Hot Taro Pandan. Rasanya? Hm ... saya suka, saya suka! Steak Tunanya dibaluri sambal tumis yang skala pedasnya tidak telalu. Pas-lah buat jadi bumbu yang menyertai lauk. Namun sayang, kurang banyak buat saya sampai-sampai saya meminta sedikit sambal tumis dari Nanie 😆.

Sumber: akun Instagram @masakinimakassar

Memang, Masakini Food and Gallery menyajikan makanan dan minuman yang sebagian merupakan campuran cita rasa barat dan timur. Teman-teman yang memesan Masakini Burger dan Chilli Cheese Hotdogmendapatkan dua macam sambal: yang berbahan dasar mayonais dan sambal tumis.

Selain itu, Riny dan suaminya yang hobi masak juga mengkreasikan makanan yang sudah kita kenal. Ini menjadikan Masakini Food and Gallery berbeda dengan restoran lainnya. Misalnya saja ada menu Nasi Goreng Satay Kemangi. Nasi gorengnya disertai sambal tumis, kecap, sate ayam lilit, dan kerupuk pangsit. Unik! Nanie memesanan nasi goreng ini. Saya mencoba mencicipi nasi gorengnya. Sebagai penggila nasi goreng yang sudah pensiun (karena sekarang saya beralih ke makanan ikan-ikanan), saya mencicipi sedikit nasi goreng Nanie saking penasarannya. Hanya sedikit, sesendok teh. Dan, yah ... saya mengakui rasanya enak dan khas. Rasanya berbeda dari nasi goreng yang dulu biasa saya makan.

Makanan yang banyak diminati tamu restoran adalah pizza dan nasi campur. Pizzanya ada 4 macam: Margaritha, Chicken Tandoor, Italian Connection, dan Rendang. Pizza rasa rendang? Iya! Unik, kan? Sementara nasi campur yang dimaksud, di Masakini Food and Gallery namanya Rijstaffel. Rijstaffel ini terdiri atas nasi putih, ayam pelalah, rendang, urap, sate lilit, terlur rebus, dan kerupuk.

Masakini Burger. Sumber foto: laman Facebook Masakinimakassar



Keistimewaan lainnya dari restoran ini adalah semua masakannya tidak menggunakan MSGsebagai penyedap rasa. Masakini Food and Gallery berkomitmen untuk menyediakan makanan sehat bagi pengunjungnya. Tanpa MSG pun, masakannya bisa tetap lezat. Ini sebuah keistimewaan tersendiri di saat restoran tanpa MSG di masa kini sulit dicari.


Masakini Ice Cream
Pineaple Breeze


4. Ada pojok bermain.

Anak Anda akan senang bermain di sini (letaknya di bawah tangga)
Pojok game untuk orang dewasa, di depan pintu galeri.
Sumber foto: laman Facebook Masakini Food and Gallery

Bagi tamu yang membawa anak balita, jangan khawatir. Anak Anda tak akan bosan selama berada di Masakini Food and Gallery. Di sana ada area yang memang disiapkan khusus agar anak-anak bisa bermain. Letaknya di bawah tangga. Ada aneka permainan yang bisa dibongkar. Anak-anak dari kawan-kawan saya tempo hari menikmati bermain di sana. Saat makan pun nyaman, ada kursi buat anak-anak yang berusia di bawah 3 tahun. Anak Anda bisa duduk tenang selama duduk di kursi khususnya. Selain itu ada permainan yang bisa dimainkan oleh orang dewasa juga, letaknya tepat di depan pintu galeri.

5. Ada galeri barang kerajinan.

Ada galeri yang memajang aneka barang kerajinan yang bisa dibeli. Paduan kreativitas yang komplit. Kreativitas penataan gedung, makanan, dan barang kerajinan tersedia di dalam Masakini Food and Gallery. Hal ini menjadi pembeda Masakini Food and Gallery dari restoran dan kafe mana pun di Makassar.

6. Harga untuk komunitas yang bisa dinegosiasikan.
Promo saat ini: voucher Rp. 50.000 untuk pembelian Rp. 200.000

Karena perusahaan lokal yang bahan-bahannya sebagian besar berasal dari lokal, Riny dan suaminya bisa membantu komunitas yang ingin berkegiatan di Masakini Food and Gallery dalam hal harga. Untuk minimal 20 orang dengan budget masing-masing minimal Rp. 50.000, Masakini Food and Gallery sudah bisa menyajikan hidangan lezat bagi Anda. Tentunya, Anda harus bernegosiasi terlebih dulu dengan pemilik restoran mengenai win-win solution-nya.

7. Tersedia ruang meeting dan kemungkinan acara eksklusif.

Bersama teman-teman Kelas MAM Blogger AM. Sumber-
foto: Awie (www.fillyawie.com)

Masakini Food and Gallery memiliki ruang meeting di lantai 3 untuk kapasitas 20 – 25 orang. Fasilitas yang disediakan adalah layar dan sound system. LCD sementara diusahakan oleh pemilik. Untuk acara eksklusif yang menampung hingga 200 orang, bisa disediakan tempat di lantai 2. Saya melihat sendiri lantai dua gedung ini. Luas juga. Selain di dalam ruangan, lantai duanya juga memiliki balkon. Pasti nyaman berpesta eksklusif di sana.

***

Nah, ketujuh keistimewaan yang saya paparkan di atas sudah cukup menjelaskan keunikan dari Masakini Food and Gallery sekaligus kenyamanannya untuk menjadi pilihan tempat berkumpul dengan keluarga dan sahabat yang asyik. Oya, buat Anda yang memiliki konsep pernikahan unik, yang mana kedua mempelai bebas berjalan-jalan mendatangi dan menemani para tamu ngobrol – tidak monoton duduk di pelaminannya, restoran ini bisa menjadi pilihan yang tepat. Riny dan suaminya akan senang sekali mendapatkan order pesta pernikahan dan bersedia menutup restorannya dari tamu umum untuk hari istimewa Anda.

Makassar, 18 Mei 2017

Masakini Food and Gallery
Jl. Pengayoman No. 34 Makassar
Telepon:
081355386870
0411-8911470
Facebook: Masakinimakassar
IG: @masakinimakassar
Viewing all 2017 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>