Quantcast
Channel: Mugniar | Mamak Blogger Makassar
Viewing all 2019 articles
Browse latest View live

5 Cara Mengatasi Masuk Angin dan Penyakit yang Mengikutinya

$
0
0
Umur tak bisa bohong, terkait bahwa stamna fisik saya sering mudah mengalami penurunan. Apalagi saya pernah menjalani operasi (pembuangan) amandel/tonsil yang menyebabkan sejak saat itu daya tahan tubuh saya mudah turun. Saya menjadi alergi udara dan minuman dingin. Alergi minuman dingin tak menjadi masalah buat saya. Sejak sering sakit amandel, saya pelan-pelan menyugesti diri saya bahwa minuman dingin itu tak enak karena bisa bikn saya sakit.



Yang tidak mungkin adalah menyugesti diri untuk tak merasakan udara dingin. Lha kena angin lama-lama saja saya bisa kedinginan. Kalau sudah begitu, dengan mudah stamina ambruk. Kalau dulu, naik motor tanpa jaket tidak masalah, sekarang sudah harus pakai jaket. Saya pernah coba-soba tak pakai jaket saat tenggorokan terasa gatal sehingga membuat saya sesekali terbatuk-batuk. Akibatnya tak baik buat saya. Setelah itu, batuk saya semakin parah sampai-sampai membuat perut saya sakit karena batuk hingga berpekan-pekan lamanya.

Kalau stamina lagi oke sih tidak masalah, yang penting saya memakai baju sekurangnya dua lapis (pakai baju kaus oblong sebagai pakaian dalam), naik motor tanpa jaket pun tidak masalah. Yang tidak boleh kalau stamina sudah mulai menurun lalu saya sama sekali tidak pakai jaket.

Nah, tanpa mengenakan jaket, kondisi teringannya, saya bisa kena masuk angin. Akibatnya, badan merasa tidak enak. Biasanya kalau sudah demikian butuh “terapi”tersendiri hingga badan kembali merasa bugar. Saya menyebutnya terapi karena hal yang saya dan suami lakukan bagai ritual sepulangnya dari bepergian inilah cara yang kami lakukan ketika terkena masuk angin. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaan.

Kesehatan nyaris berbanding lurus dengan kehangatan dalam keluarga.
Harus menjadi kebiasaan tepatnya karena saya harus menjaga kesehatan saya dan keluarga mengingat tanpa asisten rumah tangga, begitu banyak hal yang harus saya kerjakan. Sementara anak-anak pun harus diperhatikan kesehatan agar mereka dapat bersekolah dan beraktivitas dengan lancar.

Nah, hal pertama yang perlu saya waspadai dalam menjaga kesehatan sehubungan dengan hal-hal yang saya ceritakan tadi adalah “masuk angin”, saya merumuskan langkah-langkahnya di bawah ini. Namun, untuk mengatasi sakit yang lebih berat yang mengikutinya (misalnya demam, flu, dan batuk), cara ini bisa juga diandalkan untuk mempercepat proses penyembuhan. Well, inilah hal-hal yang kami lakukan dan kami terapkan juga kepada anak-anak:

1. Mengenakan pakaian yang tebal di outdoor.

Kalau bukan pakai jaket, caranya adalah dengan menggunakan pakaian berlapis saat naik motor atau ke daerah yang anginnya banyak seperti di pantai. Anak-anak pun saya biasakan mengenakan jaket jika sekiranya akan terpapar banyak angin. Apalagi mereka sama seperti saya, mengalami alergi akan udara dingin/angin.

2. Minum suplemen dari bahan alami.

Saya, suami, dan ketiga anak kami punya health food atau suplemen andalah berbahan herbal. Kami tak fanatik di satu brand tertentu. Selama bisa membantu menyehatkan dan bahannya benar-benar alami (bukan kimiawi), kami menggunakannya. Sudah sadar diri betul kalau metabolisme tubuh saya dan suami mulai tidak lancar dan asupan makanan kami – terutama anak-anak kalau berada di luar rumah tidak selalu sehat dan menjaga kemungkinan adanya bahan berbahaya yang terkonsumsi. Selain bisa meningkatkan daya tahan tubuh, suplemen juga membantu untuk detoksifikasi bahan-bahan beracun yang masuk ke dalam tubuh.

Jika menderita sakit yang membuat k.ami harus minum obat dokter, suplemen tetap kami konsumsi dengan memberi jarak dalam mengonsumsi keduanya, kira-kira 1 jam agar efeknya lebih terasa.

3. Istirahat yang cukup.

Mau tidak mau, badan memang butuh istirahat yang cukup. Kalau sudah menuntut haknya – yaitu beristirahat lalu mengabaikannya maka pasti penyakit yang lebih besar akan mudah menginvasi. Orang yang daya tahan tubuhnya lebah apalagi jika nutrien dari asupan makannya tak terjaga akan mudah sekali dihinggapi penyakit.

4. Menyiapkan alat untuk mengerok.

Mengerok adalah sebuah terapi pengobatan alternatif untuk gejala masuk angin dengan metode menggaruk sambil menekan bagian permukaan kulit menggunakan minyak dan benda tumpul seperti uang logam sebagai alat pengerok, yang selanjutnya menyebabkan guratan merah atau lecet pada kulit (Wikipedia).

Kalau di awal pernikahan dulu kami menggunakan uang logam (namun konon benda ini berbahaya, ya). Sejak 12 tahun terakhir kami menggunakan sebuah benda yang lebih efektif dan efisien karena tidak menyebabkan lecet dan lebih cepat berefek ke tubuh dan aman digunakan oleh anak-anak kami. Namun akan lebih bagus lagi hasilnya jika ada satu benda yang mumpuni. Benda itu berupa cairan licin atau yang berbentuk balsam/cream. Berdasarkan pengalaman saya, menggunakan benda ini berarti mempercepat proses pemulihan/penyembuhan.

5 Menggunakan Transpulmin Balsam

Transpulmin Balsam (untuk keluarga) dan
Transpulin BB Balsam (untuk bayi)
Nah, saat saya sedang batuk parah hingga beberapa pekan, belum lama ini, saya mendapatkan kiriman Transpulmin Balsam. Salah satunya memiliki kardus berwarna kuning dan ada gambar bunganya. Nah yang ini cocok buat saya: Transpulmin Family Balsam. Setelah browsing, baru saya tahu Transpulmin Family Balsam ini tergolong baru. Sebelumnya ada Transpulmin BB Balsam. Eh, bisa juga saya yang kudet, ya baru tahu tentang balsam ini. Berhubung di keterangannya mengatakan untuk penggunaan keluarga dengan usia di atas usia 2 tahun, saya pun mencobanya. Suami membantu mengoleskannya di punggung saya dan mengerok saya pakai alat kami yang aman karena tidak menyebabkan lecet itu. Saya mengusapkannya juga di tenggorokan. Alhamdulillah, saya bisa tidur dengan sangat nyenyak saat itu padahal sebelum-sebelumnya, tidur saya selalu terganggu karena batuk yang menjadi.

Transpulmin Balsam
Transpulmin BB Balsam
Rupanya komposisi tepat dari zat aktif Menthol, Camphor, Eucalyptus, dan Chamomile-nya memberikan banyak manfaat, seperti meredakan nyeri punggung, melegakan pernapasan, menghangatkan badan, dan memberikan efek relaksasikepada saya. Teksturnya pun sangat bersahabat karena tidak lengket di kulit, tidak berminyak, dan cepat sekali meresap.

Manfaat Transpulmin Balsam bagi kesehatan.
Saat putri saya masuk angin, saya juga menerapinya dengan Transpulmin Balsam. Rupanya dia merasakan efek yang sama dengan saya. Keesokan harinya, putri saya meminta saya mengoleskan Transpulmin Balsam ke punggungnya padahal biasanya dia anti sekali dengan cairan serupa itu. Boro-boro minta diterapi, dia akan berteriak-teriak kalau tahu saya mau mengusap punggungnya dengan cairan berfungsi serupa (tapi tak sama). Saya sempat heran juga, soalnya Transpulmin Balsam kan memberikan sensasi rasa dingin-dingin menyegarkan yang mirip gitu tapi dia lebih memilih Transpulmin Balsam. Tentunya saya bersyukur sekali - alhamdulillah, mengobati anak perempuan saya jadi tidak sulit lagi. Terima kasih Transpulmin Balsam, telah membantu saya dan putri saya meraih kesehatan dan moment kehangatan kami kembali.


Makassar, 21 September 2017

Tulisan ini diikutkan "Transpulmin Kehangatan Ibu" Blog Competition.


Ambigu Kanak-Kanak: Sebuah Kekhawatiran

$
0
0
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS. Al-Tahrim: 6

Alhamdulillah sejak diledek sama kawan-kawannya perihal jam tangannya yang dinilai kekanakan oleh mereka, sampai sekarang Athifah masih memakai arloji unyu itu ke sekolah (Baca cerita sebelumnya di tulisan berjudul Kata Anak-Anak Perempuan Itu: Arloji Bergambar Princess Sofia Itu Kekanakan. Saya bersyukur Athifah tidak terpengaruh dengan perkataan mereka yang meledek.


Saat saya tanyakan apa yang dia katakan kepada kawannya saat jam tangan anak yang dia kenakan diledek, Athifah mengatakan, “Saya bilang, ‘Ndaknu pikirnya itu apa ko bilang,’.” Maksudnya, Athifah mengatakan kamu koq tidak memikirkan apa yang kamu katakan! Bisa-bisanya kamu mengatakan hal yang bisa menyakitkan orang lain!

Lalu Athifah juga mengatakan, “Biar mi saya memang masih menikmati masa kanak-kanakku!” Maksudnya, biar saja (kalian mengatakan demikian), sayamemangmenikmati masa kanak-kanak saya. Dalam hati saya tergelak mendengar diksi Athifah. Putri mungil ini memang memiliki pilihan kata yang berbeda dari anak-anak seusianya.

Beberapa kawan mengatakan, memang anak-anak seusianya tak lagi mau mengenakan arloji seperti itu. Saya berdalih bahwa saya sudah memperlihatkan kepada Athifah gambar jam tangannya sebelum saya pesankan di Sophie Paris Branch Makassar dan gadis mungil ini langsung mau. Dia sangat excited.

Saya menyukai Athifah seperti ini – masih layaknya anak-anak, di usianya yang baru mau sebelas tahun. Menurut saya, belum pantas anak-anak kelas lima sekolah dasar berlagak seperti remaja. Apalagi banyak di antara mereka yang sudah pengen pacaran seperti di tontonan televisi (sinetron). Biar saja dirinya masih mengira dia masih kanak-kanak karena memang dia masih kanak-kanak. Anak-anak sekarang kalau merasa dirinya sudah dewasa (baca: remaja) sepertinya merasa pantas juga memiliki hubungan percintaan layaknya laki-laki dan perempuan dewasa. Na’udzu billah.

Jam tangan Sofia Projector, by Sophie Paris milik Athifah
Saya pernah melihat dua anak perempuan yang jauh lebih kecil dari putri saya di depan sebuah rumah sedang becakap-cakap Yang satunya masih duduk di bangku TK B. Yang satunya lagi, kalau bukan TK, dia masih kelas 1 sekolah dasar. Ketika itu saya dalam perjalanan menuju rumah. Keduanya anak tetangga kami. Salah seorang anak tengah menyisir rambut anak yang lainnya. Sambil menyisir dia mengatakan, “Supaya cantik ko, banyak yang suka ko.” “Cantik” dan “banyak yang suka”, menjadi tanda tanya di benak saya, apakah yang dia maksud supaya banyak anak laki-laki yang menyukai anak perempuan itu? Mengapa dia menghubungkan kata “cantik” dan kata “suka”, dan bahwa dengan bersisir seorang perempuan kelihatan cantik?

Saya teringat kasus kecelakaan yang melibatkan anak bungsu artis penyanyi Ahmad Dhani pada tahun 2013 lalu. Saat kecelakaan itu terjadi, remaja lelaki berusia 13 tahun itu tengah berada di mobil bersama kekasihnya. Oya, Anda bisa membaca sekilas kisahnya di tulisan berjudul Menyikapi Kasus AQJ: Suguhi Kami Fakta, Bukan Opini. Betapa saya bergidik, mengingat usia putra sulung saya tidak jauh dari usia AQJ. AQJ (putra Ahmad Dhani) saat itu berusia 13 tahun sementara sulung saya berusia 12 tahun dan AQJ sudah PACARAN lalu membawa gadisnya bermobil lewat tengah malam! Ya Allah .... ini sesuatu yang mengerikan bagi saya.

Maka saya bahagia Athifah masih menyukai barang yang dikatakan “barang kanak-kanak”. Biarlah dia tidak kehilangan masa kanak-kanaknya dan tidak bingung dengan identitas dirinya. Seorang kanak-kanak memang sudah seharusnya menyukai barang anak-anak dan masih bermain ala anak-anak. Jangan seperti kawan-kawannya yang mencemooh arloji milik Athifah sebagai “jam tangan anak-anak” tetapi masih memainkannya selayaknya anak-anak memainkan mainan anak-anak. Semoga Allah menjaga anak-anak saya di jalan yang benar hingga selamat dunia-akhirat.

Makassar, 22 September 2017




Dongeng Keliling Bersama Perpustakaan Keliling

$
0
0
Saat saya datang ke sekolah Afyad pada tanggal 12 September lalu, sudah banyak anak sekolah dasar itu bergerombol di samping panggung mini di lapangan sekolah. Seorang ibu berjilbab tampak duduk di atas panggung. Kelihatannya ibu itulah yang bertindak sebagai pendongengnya. Pak guru olahraga sedang menyiapkan sound system. Tak jauh dari pintu gerbang sekolah, mobil Dongeng Keliling milik Perpustakaan Kota Makassartengah terparkir. Pintu-pintunya tertutup rapat.


Pagi itu giliran sekolah Afyad didatangi Dongkel (Dongeng Keliling) Bersama Perpustakaan Keliling (biasa disebut sebagai Dongkel “with Mobile Library” atau “with Library”). Program ini merupakan salah satu program Perpustakaan Kota Makassar yang sudah berlangsung sejak Januari 2016 lalu. Yang ini kali kedua sekolah ini didatangi Dongkel. Yang pertama berlangsung semester lalu.  Pada kali ini, saya meminta Dongkel ke sekolah Afyad melalui akun Facebook DONGKEL PERPUSLING. Prosedur yang sangat mudah. Cukup mengirimkan pesan pribadi kepada akun Dongkel Perpusling maka sekolah yang didaftarkan sudah bisa masuk list kunjungan Dongkel dan mobil Perpusling.

Tarifnya berapa? No tariff. It’s free! Yeayy.

Kesempatan besar, lho bagi sekolah-sekolah di pelosok Makassar, yang merasa tidak terkenal sekali pun untuk “mendapatkan perhatian” dari Dongkel Perpusling. Yang penting bapak/ibu guru atau orang tua murid punya kepedulian terhadap minat baca anak, daftarkan saja sekolahnya. Nanti akan dimasukkan ke dalam antrean sekolah yang akan didatangi Dongeng Keliling Bersama Perpustakaan Keliling tanpa pilih kasih. Sekolah-sekolah apa saja yang didatangi oleh Dongkel Perpusling? Mulai dari TK sampai dengan SMP! Cuma bedanya, kalau SMP tidak ada dongengnya. Yang didongengkan hanya anak TK dan SD. Ya kali, anak SMP kan seharusnya sudah bisa mendongengkan adik-adiknya, toh?



Ragam "gaya" Mai Kiko ketika mendongeng

Program Dongeng Keliling Besama Perpustakaan Kelilingini beberapa bulan yang lalu telah mengantarkan Pemerintah Kota Makassar menerima penghargaan sebagai TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik Nasional 2017. Pst, dari sebuah artikel di Bicaramakassar.com saya dapat informasi bahwa pada tahun ini ada dua program Pemerintah Kota Makassar yang mendapatkan penghargaan sementara tidak semua kota besar mendapatkannya, lho. Bandung tidak mendapatkan penghargaan bergengsi itu pada tahun ini sementara Surabaya hanya mendapatkannya dari satu program. Makassar memperoleh penghargaan dari dua programnya. Selain program Dongeng Keliling (Dongkel) with Mobile Libraryyang dikembangkan oleh Dinas Perpustakaan ini, ada program Lorong Sehat (Longset) yang diinisiasi oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Makassar. Keren, ya!

Kembali ke Dongkel Perpusling yang akan menyenangkan anak-anak di sekolah Afyad.

Setelah sound system dan laptop yang mengeluarkan back sound untuk pendongeng (yang belakangan saya ketahui namanya Mami Kiko), anak-anak tak menunggu lama lagi. Mami Kiko yang atraktif dan enerjik ini sangat interaktif membawakan fabel dengan nilai-nilai moral yang baik. Ada pesan tentang kejujuran dan kerendahhatian di situ. Suara Mami Kikobak suara penyiar radio yang terdengar empuk dan powerfull. Sesekali suaranya terdengar lantang dan garang, sesekali terdengar lembut. Sesekali terdengar seperti suara anak kecil yang polos, namun bisa pula kedengaran “buas”. Pandai sekali Mami Kiko memainkan intonasi, tempo, dan volume suaranya.



Mobil Perpustakaan Keliling
Setelah pertunjukan dongeng berakhir, anak-anak dengan bersemangat menyerbu mobil PerpustakaanKeliling yang sekarang sudah terbuka pintunya. Saya senang melihat semangat mereka. Entah mereka terbiasan melihat buku di rumah mereka atau tidak tapi saat itu mereka semua terlihat bersemangat. Setiap orang mengambil satu buku dan boleh membacanya selama waktu yang ditentukan. Semua anak berusaha memegang buku, demikian pula dengan Afyad. Dia mengambil buku bergambar bunga-bungaan.

“Anak-anak sekarang, menyampaikan sesuatu baiknya melalui dongeng. Misalnya kalau bertengkar. Bukan dengan cara melarang ‘ndak boleh’,” begitu kira-kira yang disampaikan Mami Kiko ketika ibu kepala sekolah dan saya berbincang dengannya usai dirinya menghibur anak-anak.

Setelah beramah-tamah dengan Mami Kiko yang selama ini cuma berinteraksi dengan saya di grup dunia maya “Rumah Dongeng”, saya mendekati mobil Perpusling untuk melihat-lihat isinya. Aneka buku berserakan. Dua laki-laki petugas mobil Perpusling sedang berjaga di situ.

Karena pandangan mata saya hanya mendapati buku-buku pengetahuan yang lebih cocok untuk anak SMP, saya bertanya, “Mana buku-buku yang untuk anak es de dan te ka, Pak?”

“Ada di situ,” jawab salah seorang dari petugas sembari menunjukkan sebuah kardus yang letaknya agak tersembunyi.

“Belum sempat dirapikan tadi, setelah kunjungan ke sebuah es em pe,” ujarnya lagi.




Saya mengangguk-angguk. Kebayangribet-nya pekerjaan mereka merapikan buku-buku yang berserakan. Saat saya masih mengamati mobil itu, anak-anak berdatangan untuk mengembalikan buku yang mereka baca. Setelah “penyerbuan” saat pengambilan buku tadi, mengembalikannya ke tempat yang sesuai tentu tak mudah. Butuh ketelatenan dan kesabaran ekstra.

Mudah-mudahan pengalaman didatangi Dongeng Keliling Bersama Perpustakaan Keliling ini menjadi kenangan tersendiri bagi anak-anak itu dan membuat mereka melek dengan buku. Aamiin.

Makassar, 23 September 2017

Terima kasih banyak kepada Perpustakaan Kota Makassar, khususnya Mami Kiko dan Tim Dongeng Keliling Bersama Perpustakaan Keliling.

Catatan:
Ingin tahu lebih jelas tentang Dongeng Keliling Bersama Perpustakaan Keliling, jadwal Dongkel, dan para pendongengnya? Silakan stalking: akun Facebook: DONGKEL PERPUSLING.

Referensi tambahan:
http://bicaramakassar.com/2017/05/21/pemkot-makassar-raih-penghargaan-top-99-inovasi-pelayanan-publik-nasional-2017/




Azalea Hijab Hair Care: Karena Bahan Adalah Cerminan Kualitas

$
0
0
Azalea Hijab Hair Care. Pernah bermasalah dengan shampo? Saya pernah, saat baru nikah (kira-kira lebih dari 18 tahun yang lalu). Saat itu saya sedang rutin memakai salah satu jenis sampo. Namun tiba-tiba sampo itu berubah kemasan dan beberapa kandungannya pun berubah. Sampo yang muncul dengan kemasan baru itu menjanjikan untuk dapat menghitamkan rambut. Saat berubah kemasan itulah, saya tak lagi cocok dengan sampo itu. Pasalnya kepala saya tiba-tiba terasa gatal sekali. Rasa gatalnya sampai terasa menyengat di kepala. Saya langsung memutuskan berhenti memakainya. Pasti ada kandungan bahan kimia yang tak cocok dengan kulit kepala saya di sampo itu.


Halal dan Berbahan Alami

Bahan kimiawi selama ini setahu saya memang lazim ada di sampo. Namun baru pada tanggal 16 September lalu – saat menghadiri Azalea Hijab Dating di restoran Grind n Pull saya mengetahui kalau ada sampo yang bahan-bahannya benar-benar dari alam. Bahkan ginseng– salah satu bahan bakunya, diekstraksi sendiri di pabriknya demi menjaga kualitas dan kehalalan samponya.

Bicara tentang “halal”, sampo yang dikhususkan bagi perempuan berhijab ini telah mendapatkan sertifikasi halal dari LPPOM MUI. Pada kemasannya sudah ada logo HALAL. Wuah, ini satu nilai plus untuk Azalea. Nilai plus lainnya adalah mengenai bahan alaminya yang sempat saya singgung di awal tulisan ini. Azalea Hijab Hair Care, selain mengandung ginseng juga mengandung minyak zaitun, ekstrak lidah buaya, dan menthol.

Dekorasinya cantik

“Adik” dari Natur

Acara yang dikemas ke dalam model talkshow ini menghadirkan Nindita Ayu Ariendya (Mbak Dita), Brand Executive Azalea dan dua orang selebgram Makassar: Srimas dan Achi. Mbak Dita menceritakan mengenai bagaimana proses awal-mulanya tercipta Azalea Hijab Hair Care hingga kemudian beredar di pasaran. Sementara Srimas dan Achi bercerita mengenai pengalaman mereka dalam mengatasi masalah rambut setelah berhijab.

Sebelum acara mulai, saya sempat berbincang-bincang dengan Mbak Dita. Dengan ramahnya, Mbak Dita menjelaskan kepada saya bahwa Azalea ini merupakan “adik” dari Natur. Kalau Natur, saya sudah lama tahu sejak lama. Seingat saya, saya pernah memakainya dulu, saat masih usia sekolah – waktu aromanya masih bau jamu.

Azalea Hijab Hair Care
Kalau Azalea Hijab Hair Care, saya baru mendengarnya kira-kira hampir sebulan sebelum acara berlangsung, tepatnya saat Mbak Dita menghubungi dan menanyakan kesediaan saya untuk hadir di acara ini. “Azalea ini baru, Mbak. Kami baru launching bulan Oktober 2016. Di Makassar sudah ada. Di antaranya ada dijual di Top Mode dan Carrefour,” kata Mbak Dita.

Karena Halal Itu Kebutuhan

Saat talkshow, Mbak Dita menjelaskan bahwa kebutuhan akan produk halal akhir-akhir ini meningkat. Begitu pun yang dilansir Republika.com dalam artikel berjudul Konsumsi Produk Halal Kebutuhan Universal. Di artikel tersebut disebutkan bahkan Korea dan Cina sempat meminta MUI untuk menjadi percontohan supaya diterapkan sertifikasi halal di negara mereka. "Ternyata orang-orang yang bukan Muslim pun mulai meminati produk-produk halal, karena mereka mengganggap produk halal itu produk yang sehat," ungkap Wakil Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetik (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Osmena Gunawan dalam artikel itu.

Mbak Dita, Srimas, Achi, dan MC (Neng Kece)

Azalea Hijab Care Mengatasi Masalah Rambut Perempuan Berhijab

Kalau tentang treatmet bagi rambut perempuan berhijab, Mbak Dita mengatakan bahwa tratment perempuan berhijab dan yang tidak berhijab berbedakarena mereka yang berhijab, rambutnya tertutup dalam waktu lama. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan rambut di antara keduanya pun berbeda. Sebelum Azalea Hijab Hair Care lahir, diadakan uji coba kepada kurang lebih 20 perempuan berhijab. Masalah rambut mereka diidentifikasi kemudian dibuat formula sampo yang tepat. Jika dianggap masih ada kekurangan, formulasinya diperbaiki lagi lalu diujicobakan lagi kepada para perempuan berhijab tersebut. Setelah hasilnya mantap, barulah Azalea Hijab Hair Care dipasarkan. Maka berterima kasihlah kepada ke-20 relawan tersebut.

Seperti Srimas dan Achi, masalah utama rambut perempuan berhijab adalah RAMBUT LEPEK. Saya pun mengalaminya. Tahu sendiri kan Makassar panas. Sementara saya tak bisa selalu tanpa hijab di dalam rumah. Kalau ada sepupu laki-laki atau saudara ipar laki-laki datang berkunjung atau menginap di rumah, otomatis saya harus mengenakan hijab terus dan baru melepasnya saat masuk kamar atau kamar mandi. Mereka kan bukan mahram, jadi aurat saya harus tetap tertutup di hadapan mereka.

Azalea Hijab Hair Care mengatasi rambut lepek.

Azalea Hijab Hair Care mengatasi si LEPEK – masalah utama rambut perempuan berhijab. Saat memakai sampo, rambut tidak langsung terasa lembut karena Azalea Hijab Hair Care membersihkan sisa-sisa bahan kimia yang tertinggal di rambut kita. Setelah pemakaian beberapa kali barulah rambut terasa lembut.

Kata Mbak Dita, banyak sampo yang menggunakan silikon sebagai bahan untuk melembutkan rambut. Lama kelamaan silikon ini melapisi rambut dan bisa menyebabkan rambut patah-patah karena silikon yang menempeli rabut makin lama makin berat, lalu menyebabkan rambut menjadi rontok. Nah, awal mula menggunakan Azalea Hijab Hair Care, rambut tidak langsung lembut karena masalah ini diatasi dulu. Saat tulisan ini tayang, saya sudah dua kali menggunakan Azalea Hijab Hair Care. Memang rambut tidak langsung terasa lembut. Saya percaya kalau Azalea Hijab Hair Care sedang membersihkan bahan kimia yang menempel di rambut saya.

Hijab styling contest

Pengalaman Saya Menggunakan Sampo Azalea

Wangi Azalea enak. Saya suka. Wanginya tidak menyengat. “Apakah menyebabkan gatal?” tanya beberapa orang yang tahu saya menghadiri acara Azalea Hijab Dating. Jawabannya: TIDAK. Setelah mencobanya sendiri, saya makin percaya dengan kealamiahan bahan-bahan Azalea Hijab Hair Care. Kalau sampo ini asli berbahan kimia, saya pasti tidak akan tahan menggunakannya. Ingat kan di awal tulisan saya menceritakan kisah saya menggunakan sampo berbahan kimia?

Salah satu kontes di Azalea Hijab Hair Care
Bahkan, saking alaminya, sampo ini aman untuk anak-anak, lho. Nah, kebetulan, putri saya sehari-harinya berhijab saat bepergian. Sudah dua kali pula dia menggunakan Azalea Hijab Hair Care. Alhamdulillah tidak ada keluhan tuh, aman-aman saja. Berarti kandungannya memang aman untuk anak-anak. Olehnya itu, Mbak Dita mengingatkan agar botol samponya jangan sampai kemasukan air. Kalau kemasukan air akan mudah sekali merusak sampo. Mengapa mudah rusak? Karena itu tadi, bahan-bahannya alami, kawan. Coba ingat-ingat deh, makanan atau minuman yang sudah kemasukan air, akan dengan cepat menjadi rusak, kan? Itu karena kandungannya alami dan jika kemasukan air maka air akan bersenyawa dengan bahan-bahan alami yang ada dan membuat perubahan yang cukup signifikan. Kalau sampo yang pernah Anda gunakan kemasukan air tetapi tidak rusak, nah itu berarti bahan kimia di sampo itu banyak, kawan!

Mbak Dita berfoto bersama para pemenang kontes.
Ah ya, selain sampo, Azalea Hijab Hair Carejuga memilik hair mistyang bisa disemprotkan ke rambut usai keramas, saat rambut sudah setengah kering. Saat bepergian, hair mist ini bisa digunakan tanpa membuka hijab, lho. Semprotkan saja hair mist dari jarak 10 – 15 cm dari kepala kapan saja Anda merasa rambut/kepala tidak enak. Partikel-partikel super kecil dari hair mist ini bisa menembus kain hijabmu dan menjamah rambutmu.

Kembali ke Azalea Hijab Dating, acara hari itu berlangsung seru, banyak hadiah dibagikan kepada para peserta. Sayang sekali saya tidak kebagian satu pun haha, unlucky me. Namun demikian, saya merasa senang karena sudah menjadi satu-satunya blogger yang diundang seru-seruan di acara ini dan sudah mendapatkan wawasan baru mengenai Azalea Hijab Hair Care yang alami. Kesimpulan saya, inilah hair care yang dibutuhkan perempuan berhijab karena bahan yang alami adalah cerminan kualitas.


Makassar, 25 September 2017

Ingatkan Saya Tentang Adab Bersosialisasi di Dunia Maya, Kawan!

$
0
0
“Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 224 ).

Banyak sekali hal sehubungan tentang adab. Salah satunya dalam berhubungan dengan sesama manusia.

Baru-baru ini, seseorang japri kepada saya tentang sebuah program untuk amal. Karena nomornya tidak ada di dalam daftar kontak saya maka saya bertanya dia siapa dan dapat dari mana nomor saya (dengan kata "maaf" terlebih dulu). Pesannya langsung saya jawab karena kebetulan saya sedang memegang HP. Lalu saya katakan juga kalau HP saya baru di-reset(karena ada trouble). Kalau saya mau ngotot-ngototan, saya bisa saja tidak melakukan itu. Saya bisa mengacuhkan saja pesannya dan ngotot mengatakan yang salah dia bukan saya, kan? Tapi karena melihat programnya bagus dan minta di-sharemakanya saya menyapanya. 😇


Sayang sekali, pesan saya tidak dibalasnya sama sekali padahal dia membaca pesan saya (gampang kan mengetahui pesan saya dibaca atau tidak). Saya sedikit tersentak. Merasa sangat disayangkan kalau hal yang mengusung dakwah seperti itu tidak memperhatikan adab/etika. Selama hampir satu jam, saya menunggu pesan saya tak juga kunjung dibalas. Pun setelahnya tak kunjung dibalas.

Alangkah baiknya kalau memiliki tujuan mengirim pesan pribadi seperti itu dimulai dengan salam, memperkenalkan diri dulu dari mana, dapat dari mana nomor saya lalu menyampaikan hajat. Atau jawab saja pertanyaan saya, saya kan sudah bertanya baik-baik, dengan permintaan maaf pula karena nomornya tak ada dalam list saya. Terus terang, ini bukan kali pertama saya mendapatkan pesan yang kontennya bertujuan mengumpulkan derma tetapi pengirim pesannya tak memperhatikan adab. Sangat disayangkan.

Kalau ujug-ujug minta sumbangan seperti itu, tidak didahului sapaan terlebih dahulu dan sapaan saya tak dijawab pula, rasanya itu seperti ada orang yang ujug-ujugmasuk rumah, tanpa kata-kata pembuka, langsung bicara kepada maksud dan tujuan tanpa memberikan salam sama sekali. Saat ditanya dia diam saja, hanya menatap saya selama puluhan menit hingga berjam-jam. Nah coba bayangkan, bagaimana perasaan kita mendapatkan tamu seperti itu. Apa yang Anda lakukan kalau tamunya seperti itu? 😅

Kalau kita masih ingat pelajaran di sekoah dasar dulu bahwa hak kita dibatasi oleh hak orang lain, dalam hal yang seperti ini kita perlu memperhatikan adab. Adab terhadap orang yang disampaikan pesan, tentunya merupakan perbuatan baik yang tidak boleh dilupakan. Kalau bahasa umumnya: "Bersikaplah yang etis".

Kawan, jika suatu hari saya berbuat khilaf di mata Anda, seperti kasus yang saya ceritakan ini. Tolong tegur saya, ya. Please jangan membuat saya membayar harganya di akhirat.


Makassar, 25 September 2017 

Harga Tiket Kereta Api Murah Kini Mudah Mengetahuinya

$
0
0
Salah satu transportasi umum yang ada di Indonesia dan memiliki banyak sekali peminatnya adalah kereta api. Jenis transportasi ini memang cepat dan juga harganya cukup terjangkau. Sebagai warga Sulawesi, saya berharap bisa secepatnya merasakan moda transportasi kereta api yang masih dibangun infrastrukturnya di pulau ini. Harga tiket kereta api untuk di pulau Jawamemang bervariasi dan membuat kita bisa menemukan mana tiket yang sesuai dengan kebutuhan. Ketika akan bepergian dengan kereta api, kita bisa membeli mana yang sesuai dengan.



Proyek Kereta Api Trans Sulawesi yang masih terus dibangun antara kota Makassar – kota Parepare konon akan menjadi kereta api tercepat di Indonesia. Disebut-sebut kecepatan operasionalnya mencapai 200 km/jam. Kalau beroperasi nanti, kira-kiranya akan dibedakan dalam 3 kelas utama yaitu kelas Ekonomi, Bisnis dan Eksekutif, ya seperti di pulau Jawa. Perbedaan dari ketiga kelas ini sebenarnya tidak terlalu signifikan, sih. Biasanya menyesuaikan dengan jurusan/rute dan pelayanan. Tapi kalau dari kabar yang mengatakan kecepatan kereta api Trans Sulawesi nantinya bisa mencapai 200 km/jam, bisa jadi harga tiketnya lebih mahal daripada kereta api yang beroperasi di pulau Jawa ya, karena kereta api yang beroperasi di Jawa rata-rata memiliki kecepatan mencapai atau di bawah 100 km/jam saja.


Hm, kalau secara umum, kisaran harga tiket kereta api berdasarkan kelasnya antara lain:
  1. Kelas Ekonomi – untukkelas kereta yang satu ini memang kita bisa menemukan harga tiket yang sangat terjangkau. Harganya dimulai dari 50 riburupiah. Untuk jarak jauh, pengguna kereta api kini tidak perlu khawatir karena sudah nyaman rasanya menggunakan kereta ekonomi. Ditambah kini sudah ada banyak sekali penambahan gerbong kereta ekonomi yang semakin elegan dan juga semakin memberikan kenyamanan untuk penumpang. Kereta ini juga sudah dilengkapi dengan AC.
  2. Kelas BisnisuntukAnda yang ingin merasakan kenyamanan yang “lebih lagi” maka Anda bisa menumpang kereta kelas Bisnis. Hal yang akan Anda rasakan adalah ruang gerak yang cukup luas dan kursi yang lebih nyaman. Untuk tarif perjalanan dengan kereta ini, biasanya dalam sekali jalan dikenakan biaya kira-kira diatas 100 ribu rupiah.
  3. Kelas Eksekutifkelas ini merupakan level kenyamanan” kelas teratas dalam berkereta apikarena memang akan terasa jauh lebih nyaman dibanding kedua kelas sebelumnya.Anda akan mendapatkan privasi lebih karena satu tempat duduk itu diperuntukkan bagi diri Anda sendiri. Kisaran harganya di atas 100 ribu rupiah. Namun demikian, sesuai dengan jarak juga, sih. Tiket kereta api kelas Eksekutif ada yang mencapai 500 riburupiah.
Pemasangan rel kereta api Trans Sulawesi di titik nol di Desa Lalabata, Kab. Barru,
Sulawesi Selatan. Gambar: www.tribunnews.com

Asyiknya di zaman sekarang, kita bisa mendapatkan tiket kereta api melalui toko online. Kini banyak sekali platform yang menyediakan layanan untuk pembelian tiket kereta ini. Sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak – penyedia kereta api dan penggunanya karena cara pemesanan dan pembayarannya mudah sehingga sangat membantu tanpa perlu berpayah-payah keluar rumah dan antre untuk membelinya.

Tak perlu ragu ketika membeli tiket kereta api dengan cara online ini karena harga yang ditawarkan beragam. Terkadangjugaada diskon harga tiket kereta api. Dengan demikian masyarakat sebagai pengguna kereta akan tambah diuntungkan. Menyenangkan, bukan?

www.bukalapak.com

Di beberapa kota juga terdapat kereta api yang melayani stasiun-stasiun dalam kota. Ini menjadi moda transportasi yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya yang berjauhan di dalam kota tersebut (misalnya antara wilyah Jakarta Utara dan Jakarta Selatan, atau antara satu wilah dengan wilayah lain di Jakarta Barat saja). Untuk harga dari tiket kereta ini juga cukup terjangkau. Biasanya harga tiket kereta api seperti ini ditawarkan tidak lebih dari 20 ribu rupiah sehingga membuat kita ringan membayarnya. Namun jangan mengharapkan kereta api seperti ini memberikan kualitas yang sama dengan kereta api jarak jauh, ya.

Zaman sekarang, kemudahan makin besar bagi Anda yang akan melakukan perjalanan kereta api dengan memesan tiketnyajauh-jauh hari sebelumnya. Keuntungannya adalah Anda bisa mendapatkan harga lebih murah. Mencari tahu harga tiket kereta api jauh-jauh hari sebelumnyaini sudah banyak dilakukan masyarakat di Jawa saat ini. Kenyamanan sudah ditahu, harga tiket dan layanan pun memuaskan. Hm, semoga secepatnya rel kereta api Makassar – Parepare terealisasi. Tak sabar rasanya membayangkan mengunjungi Parepare saat itu hanya 45 menit dari Makassar!


Makassar, 26 September 2017

Philanthropy Learning Forum on SDGs: Kaitan Antara Filantropi dan SDGs

$
0
0
Saya membaca secara cepat undangan dan TOR (Term of Reference) yang masuk ke e-mail dari BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Tajuk acara yang dihelat tanggal 19 September itu adalah Philanthropy Learning Forum on SDGs: SDGs Sebagai Tools Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemitraan. Wah menarik, ini tentang sebuah platform untuk para pegiat kegiatan kemanusiaan. Maka tanpa ragu, saya mendaftarkan diri untuk mengikuti acara ini. Rasa ingin tahu saya sedemikian besar. Nah, inilah hasil yang saya "peroleh" saat itu ...


Apa Itu Filantropi?

Bagi Anda yang masih awam dengan istilah “FILANTROPI (English: Philantropy)”, secara sederhana, filantropi adalah mereka yang rela mengeluarkan uang, waktu, dan tenaga untuk (tujuan) kemanusiaan.

Apa Itu SDGs?

SDGs adalah kepanjangan dari Suistainable Development Goals (tujuan pembangunan berkelanjutan), merupakan hasil proses negosiasi 193 negara anggota PBB dan juga partisipasi dari masyarakat sipil dan pemangku kepentingan lainnya, yang belum pernah terjadi sebelumnya.

SDGs merupakan sebentuk rencana aksi transformatif yang terdiri atas 17 tujuan dan 169 target SDGs, serta bercita-cita mengatasi tantangan-tantangan global dalam 15 tahun mendatang (sejak 25 September 2015). Pembangunan berkelanjutan mencakup 3 pilar penting: ekonomi, sosial, dan lingkungan yang harus dijalankan secara terintegrasi.

Mengapa Peran Filantropi Penting dalam SDGs?

Keterlibatan filantropi penting bagi keberhasilan SDGs karena sektor luar negara yang unik ini mempunyai mekanisme berbeda dibanding sektor lain. Khususnya dalam melakukan kolaborasi di lapangan, berpengalaman melibatkan individu di tingkat akar rumput, kemauan untuk mengambil risiko dan memanfaatkan sumber daya dalam menetaskan proyek-proyek baru yang menunjukkan keberpihakan kepada isu atau masyarakat terpinggirkan atau yang kurang mendapat perhatian.

BaKTI menghadirkan 4 nara sumber di acara Philanthropy Learning Forum on SDGs ini, yaitu: Hamid Abidin – Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Muhammad Yusran Laitupa – Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, Abdul Madjid Sallatu, MA – akademisi, Koordinator Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI), dan Amri Akbar – Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda.


Berbagi dan Bersinergi untuk Pencapaian SDGs

Membawakan presentasi berjudul “Berbagi dan Bersinergi untuk Pencapaian SDGs”, Hamid Abidin – Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia memulai paparannya dengan mengatakan betapa masyarakat Indonesia senang berderma/ berdonasi/beramal. Sebuah survei menunjukkan tingkat berderma masyarakat Indonesia tinggi. Indonesia merupakan bangsa dermawan no 2 di dunia, di bawah Myanmar. Berderma yang ada dalam ajaran keagamaan contohnya: ZIS (zakat, infaq, sedekah), kolekte, persepuluhan, punia, darma, dan lain-lain. Sementara dalam tradisi masyarakat kita contohnya adalah jimpitan dan palelek.

Hamid Abidin dari Filantropi Indonesia
Hamid lalu menjelaskan tentang SDGs Philantrophy Platform. SDGs Phylantrophy Platform adalah sebuah platform yang bertujuan memfasilitasi dialog dan kolaborasi antar lembaga/aktivitas filantropi untuk terlibat dalam proses dan tujuan pembangunan global. Platform ini dimulai di beberapa negara percontohan, yaitu di Ghana, Indonesia, Kenya, dan Kolombia. Platform ini akan membantu pemerintah dan PBB dalam memahami nilai tambah dari keterlibatan langsung kembaga-lembaga filantropi. SDGs Phylantrophy Platform memfasilitasi upaya berbagi informasi, capacity building, kolaborasi, dan membawa inisiatif ke level kemitraan global. Mitra utama SDGs Phylantrophy Platform di Indonesia adalah Filantropi Indonesia.

Satu pertanyaan yang timbul adalah, “Apa keuntungan berpartisipasi dalam pencapaian SDGs?” Nah, ini jawaban yang diberikan Hamid dalam presentasinya:
  • Meningkatkan kapasitas organisasi.
  • Mensinergikan program dan agenda organisasi dengan agenda pembangunan nasional dan global.
  • Mengukur dampak dan kontribusi program.
  • Menjadi tools fundraising dan kemitraan.
  • Kesempatan untuk mempromosikan program dan inisiatif ke level nasional dan global.

Moderator (Luna Vidya, paling kiri) dan para nara sumber
Potensi sumbangan sangat besar apalagi dengan munculnya skema-skema baru dalam menggalang dukungan dan kemitraan dari perusahaan (seperti caused related marketing, buy one give one, click and donate, dan lain-lain). Selain itu, penggunaan metode baru yang lebih modern dalam memobilisasi sumber daya (melalui SMS, email, RBT, e-banking, dll)

Selain potensi filantropi, tantangan filantropi pun ada. Hamid menyebutkan 3 hal sebagai berikut sebagai tantangan filantropi:
  • Direct giving sehingga tidak mungkin jangka panjang. Pemberian langsung hanya sesekali, langsung memberikan uang lalu sudah. Hal ini bisa membuat orang yang dibantu bergantung, kriminal, pura-pura cacat, memanfaatkan situasi, dan lain-lain.
  • No name, susah ditindaklanjuti karena kegiatan filantropi modern bergantung pada data base
  • Tidak kritis, orang lebih baik mengatakan ”urusan dia dengan Tuhan” karena merasa dirinya bukan malaikat.

Sampai di sini, wawasan saya mengenai filantropi semakin terbuka. Namun belum berakhir di sini, masih ada kelanjutannya ...

Makassar, 29 September 2017

Cari tahu tentang Filantropi Indonesia di: 
  • Fans page Facebook: Filantropi Indonesia
  • Website: http://filantropi.or.id/




Masih ada 3 pembicara lagi, ya .... tulisan tentang Philanthropy Learning Forum on SDGs masih ada sambungannya ...

Black Canyon Coffee Monginsidi: Ketika Kenyamanan, Kreativitas, dan Rasa Berpadu

$
0
0
Dengan maraknya persaingan kafe saat ini, bukan hanya makanan yang “berkompetisi” menarik minat pengunjung, melainkan juga suasana nyaman yang ditawarkan kafe sehingga pengunjung betah berlama-lama di dalam kafe.

“Apakah tempatnya nyaman?” dan “Apakah makanannya enak?” adalah dua pertanyaan yang berkelebat di benak saya ketika berjalan memasuki Black Canyon Coffee di jalan Monginsidi nomor 40 ini.


Daan, begitu memasuki lorong sangat pendek yang dibatas dinding berstruktur batu-bata yang disusun tak penuh, saya terkesiap sesaat. Di sini saya sudah merasa nyaman. Kebanyakan tempat makan atau tempat umum itu, dengan mudah yang datang dilihat dari arah dalam. Kalau ada orang yang wajahnya sedang mengarah ke luar, saya merasa sedang ditatap saat sedang berjalan menuju pintu masuk. Rasa ge er yang belum tentu benar dan merusak haha. Merusak suasana hati karena itu membuat saya menjadi tidak merasa nyaman sendiri (padahal perasaannya diada-adakan sendiri, yak 😜). Makanya saya suka kejutan setelah pintu masuk kafe ini.

Kejutan setelah pintu masuk
Sesaat saya merasa surprised dengan alur jalan masuk menuju bagian dalam resto Black Canyon Coffee ini. Ada sensasi terasa saat berjalan di situ, meski singkat tapi rasanya unik. Alur masuk ini berujung di depan mesin kasir. Dua orang pegawai Black Canyon Coffe berdiri di situ. Salah seorang berada persis di balik mesin, yang satunya berada di luar meja kasir yang agak tinggi.

Salah seorang berbicara kepada saya. Saya mengira dia bertanya apa maksud dan tujuan saya padahal dia mungkin mengatakan sawadee kha– sapaan khas Thailand yang berarti ”selamat datang” tapi saya tidak mendengarnya karena mata saya sibuk mencari-cari sosok-sosok yang saya kenal di sekitar situ.

Mbak Chika - Branch Manager Black Canyon Coffee Monginsidi ngobrol
dengan bloggers.

“Saya mau ketemu teman,” saya menjelaskan maksud saya.

Si Mbak menunjuk ke arah dalam, ke sebuah ruangan yang dibatasi dengan pintu dan sebagian besar pembatasnya berdinding kaca.

Blogger, ya?” tanya saya lagi.

Si Mbak mengangguk.

Suasana di Black Canyon Coffee jalan Monginsidi

Ah iya, benar. Tampak di  dalam sana, di sebuah meja panjang beberapa kawan blogger. Saya langsung bergabung bersama mereka. Suasana siang itu adem. Hanya ada satu-dua pengunjung saat saya baru tiba. Obrolan kami pun mengalir ringan dan hangat. Sementara kami ngobrol, kafe mendapat tambahan pengunjung. Kami tidak merasa terganggu dengan kehadiran serombongan orang di meja sebelah. Mudah-mudahan mereka pun tak terganggu dengan suara kami ketika bercakap-cakap. Kelihatannya, sih tidak. Walau tak ada sekat, interior ruangan berupa rak atau lemari yang memisahkan sepertinya cukup ampuh membuat suara kami tidak saling mengganggu.

Saya beranjak sejenak, hendak melihat-lihat dekorasi interior kafe yang bagian dalamnya didominasi warna coklat ini. Pajangan dan hiasan dindingnya unik-unik. Di sebuah bagian kafe – tepatnya di sisi baratnya, ada wastafel, toilet, dan mushola. Wih, makin senang saya di sini. Saya suka tempat umum yang memberikan fasilitas mushola.

 Fried Chicken with Garlic Tauco Sauce
Kwetiauw ini namanya Pad Thai, salah satu menu andalan Black Canyon Coffee
Nasi Goreng Sate
Black Canyon Coffee di jalan Monginsidi ini kepemilikannya langsung dari master franchise di Bali, demikian dijelaskan oleh Mbak Chika – Branch Manager. Memang baru buka tanggal 30 Agustus lalu namun sebenarnya sudah dikenal oleh warga Makassar karena dulu pernah buka di Mal Ratu Indah. Walaupun aslinya dari Thailand, Black Canyon Coffee boleh punya additional menu yang berasal dari cita rasa lokal. Untuk itu, Black Canyon Coffe di jalan Monginsidi ini sedang mempersiapkan additional menu-nya.

Nah, berarti yang ada didaftar menu sekarang ini memang menu asli dari Black Canyon Coffee sono, dong ya– saya menyimpulkan dalam hati perbincangan antara Mbak Chika dan kawan-kawan blogger. Saya memperhatikan menu dan apa yang dipesan kawan-kawan. Menunya modern yang mudah diterima lidah orang Indonesia. Misalnya Fried Chicken with Garlic Tauco Sauce, French Fries, Beef Steak, dan Nasi Goreng Sate Special yang dipesan beberapa kawan. Selain itu, tentunya ada Tom Yum – sup asli Thailand. Di Black Canyon Cofee ada Tom Yum Goong dan Thai Tom Yum Soup with Chicken. Selain itu juga ada Thai Spaghetti Bolognaisedan Mini Spaghetti Bolognaise yang ala-ala Eropa.

Hot Chocolate

Fruit Salad with Honey Yogurt Dressing 

Saya sendiri, karena sudah makan dari rumah, hanya memesan Fruit Salad with Honey Yogurt Dressingdan Hot Chocolate. Saya senang reaksi waiter dan waitress saat saya memesan salad. Si Mbak bertanya dahulu kepada Abang waiter kawannya, apakah buah untuk salad lengkap. Kata si abang kurang satu, kurang star fruit-nya. Saya bilang tidak apa-apa. Dari lima macam buah, kurang satu tidak apalah bagi saya.

“Buah yang lain saja yang dibanyakin ya, Bu?” tanya si Mbak. Saya mengiyakan maka pesanan saya pun diproses. Bagus ya, ditanyakan dulu apakah pemesan rela ada yang kurang dari pesanannya. Kan masih banyak usaha resto yang tidak peduli. Yang penting sebagian besar bahan masih lengkap, pesanan diproses saja padahal bisa jadi yang kurang itu justru favorit si pemesan. Eh ternyata saat pesanan saya datang, star fruit-nya ada, manis pula. Saladnya enak, segar!

Mbak yang berdiri itu sedang input pesanan pengunjung ke
komputer
Seharusnya saya mencoba kopinya, ya. Soalnya nama kafenya menggunakan kata COFFEE, berarti andalannya adalah kopi. Kopi yang dipergunakan di Black Canyon Coffee ini konon kopi Arabica dan kopi Robusta yang dibuat menjadi olahan Espresso dan Capuccino. Sayangnya, saya punya masalah dengan lambung dan jantung kalau minum kopi jadinya saya tak berani memesan kopi. Namun demikian saya puas dengan pesanan saya: Hot Chocolate ala Black Canyon Coffee. Hot Chocolate-nya tidak manis. Rasa manisnya berasal dari susu yang disajikan di sebuah gelas mungil – terpisah dari gelas berisi minuman cokelat. Saya suka sekali rasa manis dari susu yang berpadu dengan cokelat panas. Enak!

Dekorasinya unik
Tak terasa waktu berjalan cepat saat ngumpul dengan teman-teman seperti ini padahal sudah beberapa jam berlalu. Suasana yang nyaman memang bikin betah, ya. Saya pun segera pamit kepada kawan-kawan karena masih ada yang harus saya kerjakan ditempat lain.

"Khawp khun kha,” sapaan khas Thailand yang berarti "terima kasih" itu mengantar saya menuju pintu keluar dari Black Canyon Coffee.


Bloggers - foto: Unga



Makassar, 30 September 2017

Ketika Mama Ge Er

$
0
0
Suatu malam, dengan perasaan berbunga-bunga, Mama memasak nasi goreng kesukaan 3A. Nasi goreng yang enak! Lalu terjadilah percakapan ini:
Mama: Siapa mau nasi goreng?

(Sengaja Mama mengeraskan suaranya di dekat Athifah. Affiq dan Afyad berada agak jauh dari mereka, keduanya tak mendengar suara Mama. Dalam hati berharap Athifah akan menjawab "SAYA" dengan lantang dan bersemangat dan huruf A di akhir katanya dipanjangkan, macam begini: "SAYAAAAAAAAAAAAA!"). 

A: Ndak!! (Eh, ni anak betulanndak mau makan nasi goreng buatan mamaknya? Mama terkejut sendiri, biasanya Athifah antusias menyambut nasi goreng buatannya. Kenapa kali ini dia bersikap begitu?).
M: Ko ndak mau nasi gorengnya Mama? (Mamak berharap dirinya salah dengar, pasti salah dengar!).


A: NDAK!
M: Betul ndak mau? (Eh, ternyata dia benar-benar tak mau makan nasi goreng buatan Mama. Masa sih? Tidak mungkin! Mama masih mengira Athifah tak bereaksi serius).

A: NDAK!!
M: Tapi ndak ada nasi putih itu, sudah dibuat nasi goreng semua. Jadi, ko ndak mau makan?

A: NDAK!!
M: Betulan, ndak mau makan?

A: NDAK!!! (Ternyata benar-benar ndaksalah dengar!)
M: ???!!!!$%#*@&^@?!??!! 😑😒😓😔😕😖😴😵😭😭😭😭😭😭😭

*Pelajaran penting kali ini: jadi mamak ndak boleh kepedean!*
Makassar, 2 Oktober 2017


Bersambung


Keterangan:

Philanthropy Learning Forum on SDGs: Serba-Serbi Penerapan SDGs pada Filantropi

$
0
0
Masih ada penuturan menarik dari Pak Hamid Abidin terkait filantropi dan Filantropi Indonesia, sebelum tiga nara sumber lainnya mempresentasikan materi mereka. Materi ini baru dan menarik bagi saya. Oleh sebab itu saya menghadiri Philanthropy Learning Forum on SDGs: SDGs Sebagai Tools Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemitraan di Gedung BaKTI pada tanggal 19 September lalu. Mengenai apa itu filantropi, apa itu SDGs dan kaitan antara filantropi dan SDGs, Anda bisa membacanya di tulisan berjudul: Philanthropy Learning Forum on SDGs: Kaitan Antara Filantropi dan SDGs.


Pada pelaksanaannya, pada pelaksanaan filantropi atau berderma di Indonesia, masih terdapat ganjalan, di antaranya:
  • Belum berorientasi jangka panjang, masih penyantunan bencana saja yang langsung diberikan kepada yang bersangkutan. Bukan maksudnya hal ini salah, hanya saja perkiraan kebanyakan orang tentang berderma masih terbatas pada pemberian santunan saja. Sementara advokasi kesejahteraan guru atau TKW (tenaga kerja wanita) belum banyak disumbang.
  • Belum adanya transparansi dan akuntabilitas. Susah mendapatkan data sumbangan.
  • Minim data
  • Kebijakan negara belum mendukung. Insentif pajak masih minim di negara ini. Menurut Pak Hamid, di negara kita filantropi hanya mendapat insentif pajak 2,5 %. Berbeda di Singapura yang 200%. Di Singapura, filantropi bukan hanya diakui tetapi sangat didukung. Oleh karena itu pula banyak lembaga riset yang menyelenggarakan risetnya di Singapura (terkait filantropi).


SDGs Philantrophy Platform bertujuanuntuk memfasilitasi dialog dan kolaborasi antara lembaga/aktivitas filantropi untuk terlibat dalam proses dan tujuan pebangunan global. Saat ini keterlibatan Filantropi Indonesia sudah mulai kelihatan semenjak SDGs disepakati sebagai agenda kesepakatan global dan bersama.

Goal, target, dan indikator SDGs/TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) membantu untuk mengukur dalam bersinergi dan lain-lain, untuk melaksakan program filantropi. Misalnya pada SDGs tentang air bagi masyarakat, pelaksanaan filantropi memikirkan babagaimana masyarakat di hulu sungai, bagaimana pengelolaan sampahnya, debit airnya dan lain-lain yang menyangkut kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi atau terdampak, bukan hanya sekadar memberikan bantuan lalu ditinggalkan. Bedanya di sini dengan MDGs (Millenium Development Goals), kalau MDGs pendekatannya parsial, sementara SDGs lebuh integratif atau holistik. Diharapkan tidak ada seorang pun yang tertinggal (no one left behind).

Implementasi SDGs Oleh Filantropi di Indonesia

Nah, kalau Anda bertanya-tanya, seperti apa dukungan filantropi untuk implementasi SDGs, berikut ini contoh-contohnya:
  • ZAKAT on SDGs, mendorong lembaga zakat untuk terkoneksi dengan Filantropi Indonesia.
  • Yayasan Tanoto bekerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Riau untuk mendorong Pemda membuat rencana Aksi Daerah.
  • Habitat for Humanity Indonesia membangun rumah layak huni di Bojong Koneng, Kabupaten Bogor. Habitat for Humanity ini bekerja sama dengan 13 duta besar negara sahabat di Indonesia.
  • ACT (Aksi Cepat Tanggap) melakukan “Sedekah Pangan”. Ada 3 aksi yang digelar dalam program ini, yaitu: Paket Pangan, Bengkel Gizi Terpadu, dan Dapur Sosial. Salah satu sasaran implementasimya adalah Kabupaten Manggarai Timur di Nusa Tenggara Timur.
  • Yayasan Unilever Indonesia menyelenggarakan Program Kesehatan Sekolah dan Kesehatan Masyarakat. Pada tahun 2016, Unilever menargetkan menjangkau 2 juta anak Indonesia. Anak-anak dilatih untuk menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) dalam kesehariannya, khususnya saat di sekolah. Program Sekolah Sehat Unilever terkait 6 hal yaitu cara mencuci tangan pakai sabun, sikat gigi pagi dan malam, toilet, kamar mandi, dan lantai bersih higienis, minum air bebas kuman, makanan beragam, bergisi seimbang, dan aman, serta pengelolaan sampah sekolah.
  • Yayasan Tahija melaksanakan program Pengendalian Demam Berdarah Dengue melalui pengendalian nyamuk Aedes Aegepty pembawa bakteri Wolbachia. Yayasan Tahija membiayai sepenuhnya penelitian tentang bakteri ini sejak tahun 2011 dan telah diujicobakan di kota Yogyakarta. Ratusan ribu telur nyamuk ber-Wolbachia disebarkan. Diharapkan dalam kurun waktu tertentu nyamuk ber-Wolbachia akan berkembang biak secara alami dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan yang menghambat penularan virus DBD kepada manusia.
  • Rumah Zakat menyelenggarakan Sekolah Juara. Melalui pendidikan formal gratis dan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan. Aktivitas sekolah dirancang sesuai standard pemerintah dan pemdekatan pembelajarannya menggunakan konsep multiple intellegences. Hingga tahun 2016, Rumah Zakat telah mengelola 15 unit Sekolah Juara yang tersebar di 13 kota di Indonesia.

INDONESIA TERANG dari LAZISMU. Sumber:
akun Twitter @lazismu_bbaru

Masih banyak lagi program filantropi yang mengimplementasikan SDGs yang tidak mungkin saya tuliskan semua di sini dengan detail. Ada Program Belajar (Better Literacy for Academic Result) dari Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Program I Am a Girl dari Plan International Indonesia, Program Pemberdayaan Perempuan Saraswati dari Yayasan Unilever Indonesia, Program IUWASH (Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene) dari Yayasan Coca Cola Indonesia, Program 1000 Jamban dari Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Indonesia Terang dari LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU) dan TNP2K, Daya Mart dari Yayasan Dompet Dhuafa, Program Perumahan Cinta Kasih dari Yayasa Budha Tzu Chi, Tanoto Student Research Award dari Tanoto Foundation, Program Green Skill dari Plan International Indonesia, Program Kampung Sayur dari Rumah Zakat, dan sebagainya.

Banyak sekali, ya. Saya kalau tidak mengikuti acara ini, tidak akan tahu tentang Philantrophy on SDGs. Agar pengetahuan ini bisa tersebar, saya memutuskan menurunkan beberapa tulisan tentang hal ini.

Salah Kaprah Tentang SDGs

Oya, ada beberapa  SALAH KAPRAH terhadap SDGs yang harus diluruskan. Yaitu:
  • SDGs adalah agenda asing/global. Bukan, ya, Indonesia adalah negara yang justru turut merumuskannya, lho.
  • Mendukung SDGs berarti membuat program baru. Nope, tidak demikian. Bisa koq meng-upgrade dan mengaitkan dengan tujuan-tujuan kita dengan SDGs, tidak perlu buat program baru.
  • Mendukung dan berpartisipasi berarti mendukung dan terlibat di semua tujuan SDGs. Salah! Tidak harus begitu juga. Cukup fokus saja di tujuan yang dipilih, tidak perlu terlibat di semua goals.
  • Tidak ada manfaat yang didapat dari keterlibatan dengan SDGs. Salah! Keuntungan Berpartisipasi dalam pencapaian SDGs adalah dapat meningkatkan kapasitas organisasi, kita juga jadi tahu pengukuran, monitoring, dan lain sebagainya. SDGs ini toolsuntuk capasitybuilding dan kemitraan. Jika lebih terukur tentunya hasilnya bisa lebih efektif dan efisien, kan?
Tidak perlu diterapkan semuanya, bisa dipilih.

Landasan Hukum SDGs dan Penerapannya di Perguruan Tinggi dan untuk Bisnis

Penerapan SDGs di Indonesia tentu saja sudah memiliki landasan hukum, yaitu Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pemerintah Indonesia dengan koordinasi dari Kementerian Perancanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS telah membentuk Tim Koordinasi Nasional SDGs untuk memimpin upaya pengintegrasian SDGs ke dalam rencana pembangunan nasional dan pelaksanaannya.

Dari contoh-contoh lembaga yang menerapkan SDGs Philantrophy Platformyang saya paparkan di atas, kita bisa liat filantropi keluarga sudah menggunakan SDGs. Bagaimana dengan kampus? Sudah ada juga, lho. Menurut Hamid Abidin, beberapa perguruan tinggi sudah punya Center of SDG – Pusat Studi Khusus utuk SDGs, contohnya adalah Universitas Padjadjaran.

Hamid Abidin – Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia

Sedangkan untuk bisnis, ada Forum Filantropi dan Bisnis untuk Pencapaian SDGs. Sebagian bergerak di isu CSR dan sustainabilityuntuk pencapaian SDGs., Anggotanya lebih dari 2000 perusahaan. Ada juga lintas keanggotaan seperti Unilever. Visinya adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan masyarakat dalam pencapaian SDGs. Dalam forum komunikasi ini ada 6 working group:
  1. Working group tools (memahami instrumen tools yang sudah ada). Tools lama, dipelajari, yang cocok dipakai.
  2. Working group Best Practices (menghimpun praktik cerdas yang ada di kalangan dunia usaha dan filantropi).
  3. Working group Deepening Engagement (perdalam dan perluas kemitraan). Misalnya mengenai “100 0 100” – 100 persen air bersih, 0 persen kumuh, dan 100 persen air bersih. Mereka punya proyek di beberapa kota dan mengidentifikasi di tempat-tempat lain lalu mencari siapa yang punya bisa mengelola proyek tersebut (misalnya pemilahan sampah).
  4. Working group Emergizing/Promoting (sosialisasi SDGs ke anggota-anggotanya).
  5. Working group Localizing (promosi dan aksi bersama di tingkat lokal).
  6. Working group Advocacy & Regulations(advokasi bersama), misalnya menolak UU CSR. Terbukti ada kelompok tidak bertanggung jawab memakai nama CSR. Kalau ada UU CSR akan lebih masif lagi. Selain itu UU CSR juga dianggap merugikan pengusaha karena adanya pajak berganda.
Telah panjang-lebar Hamid Abidin menjelaskan mengenai filantropi, Filantropi Indonesia, dan SDGs. Pun telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar. Satu hal yang bisa dipastikan adalah Filantropi Indonesia datang ke BaKTI hari ini, bukan untuk menawarkan dana bagi yang membutuhkan tapi menawarkan platform agar kinerja mereka yang melakukan kegiatan kemanusiaan bisa lebih terukur, terarah, dan bermanfaat. Tawaran lainnya adalah cara berderma baru yang lebih berkelanjutan, bukan sekadar memberi santunan kemudian berlalu.

Makassar, 2 Oktober 2017


Jangan lupa baca tulisan ini:


Tentang Filantropi Indonesia bisa dibaca di:
Fan page Facebook: Filantropi Indonesia
Website: http://filantropi.or.id/


Masih ada 3 pembicara lagi, ya .... tulisan tentang Philanthropy Learning Forum on SDGs masih ada sambungannya ...

Berkoordinasi Lintas Sektor untuk Mewujudkan Layanan Kesejahteraan Anak Integratif di Makassar dan Gowa

$
0
0
Tulisan ini dimuat di BaKTI News No. 135, Maret – April 2017. Tak lengkap rasanya bila tidak di-share juga ke blog ini.

Tak mudah bekerja bersama dengan beragam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk satu tujuan karena alur pada masing-masing organisasi berbeda meskipun tujuannya sama. Selain itu ego sektoral menjadi hambatan yang harus ditiadakan, terlebih dalam mewujudkan layanan kesejahteraan anak yang integratif. Bayangkan bila tak ada koordinasi, masalah sosial yang terjadi pada anak-anak kita berlarut-larut karena terjadi saling lempar tanggung jawab.


Bekerja kolaboratif memang butuh protokol yang disepakati dan kesepakatan berbagi informasi. Maka dari itu, penting mengadakan pertemuan koordinasi dan monitoring baik dalam menerima kasus, manajemen kasus, merujuk kasus, dan seterusnya. Untuk itulah Yayasan BaKTI didukung Unicef, bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Gowa dan Kota Makassar mengadakan Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor dan Monitoring (Inter Sector Monitoring & Coordination) PPKAI Kota Makassar dan Kabupaten Gowa di hotel Swiss Bellinn Makassar pada tanggal 9 – 10 Februari 2017 lalu yang dihadiri oleh 60 peserta. Pada tanggal 9, peserta pertemuan ini berasal dari Kabupaten Gowa. Sedangkan para peserta dari Makassar bertemu dan berdiskusi  pada tanggal 10. Kedua daerah tingkat dua ini menjadi proyek percontohan penyelenggaraan PPKAI (Pusat Pelayanan Kesejahteraan Anak Integratif) di Indonesia.


Amelia Tristiana, perwakilan Unicef Makassar mengatakan bahwa kegiatan ini digunakan untuk mendiskusikan lebih detail apa yang telah dibicarakan di lokakarya nasional terkait 6 komponen anak berikut: 1) Komponen kebijakan dan regulasi yang mendukung. 2) Ketersediaan akses dan jenis layanan (intervensi primer, sekunder, tersier). 3) Komponen mekanisme dan komponen operasional. 4) Struktur organisasi. 5) Peningkatan kapasitas SDM. 6) Manajemen dan pemantauan. “Lembaga perlindungan anak ini masih perlu ditingkatkan dari segi manajemen layanan, sistem pendataan, dan Monev. Sehubungan dengan hal tersebut masukan adanya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian baik dari kementerian lembaga terkait, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota,” tegas Bu Tria.

Sekretaris Daerah Kabupaten Gowa, Drs. H. Muchlis, SE., M.Si. dihadapan para peserta yang berasal dari Kabupaten Gowa menekankan pentingnya dokumentasi dalam bentuk tulisan, “Biasakan apa yang kita lakukan ditulis dan dilaporkan. Biasanya kita tidak mencatat apa yang kita rencanakan, kemudian apa yang kita lakukan tidak ada dokumentasi jadi sulit untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan, apa kekurangan sulit ditelusuri apa saja yang telah kita lakukan.” Bersamaan dengan itu, kebiasaan membaca juga diperlukan. “Untuk bisa mendapatkan regulasi dan best practice yang dilakukan daerah lain harus suka membaca, itu yang kurang dari kita,” pungkas Sekda Gowa.


Menurut Muchlis, selain mencatat dan membaca, penting dilakukan role play agar mudah melakukan evaluasi. Misalnya jika terjadi kasus. Identifikasi apa saja yang mungkin terjadi. Termasuk kemungkinan-kemungkinan yang ada, semisal hal-hal yang menguras emosi yang tidak pernah ada dalam SOP. Dengan bermain peran, petugas yang menghadapinya bisa lebih terbiasa menghadapinya jika pernah dihadapi melalui role play.

Sejalan dengan hal tersebut, Dr. Andi Hadijah Iriani R, Sp.THT, M.Si. – Kepala Bappeda Kota Makassar berharap LAI (Layanan Anak Integratif, istilah lain dari PPKAI) berfungsi secara maksimal dan bahkan lebih dapat mendekatkan diri kepada masyarakat melalui sosialisasi. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait dalam pemberian pelayanan publik dapat memberikan perhatian khusus kepada anak baik dari aspek kesehatan, pendidikan, kependudukan, perlindungan dan lain sebagainya untuk fokus berkolaborasi.

Kabid Sosial Budaya Bappeda Kota Makassar – Amri Akbar dalam sambutannya mengatakan bahwa layanan anak bisa dianalogikan kepada layanan mitigasi bencana. Kita melihat anak-anak korban dari aspek kebencanaan sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana. Seperti itulah, diharapkan dukungan SKPD. Bukan hanya Catatan Sipil dan Dinas Sosial namun seluruh SKPD bisa terlibat dalam hal ini.


Sebelum mendiskusikan 6 komponen tersebut, wakil-wakil dari Kabupaten Gowa dan Makassar memaparkan Rencana Tindak Lanjut yang telah disusun oleh Tim Kabupaten Gowa dan Kota Makassar pada Lokakarya Nasional di Bogor pada tanggal 18 – 21 januari 2017 di hadapan para pesertaPertemuan Koordinasi Lintas Sektor dan Monitoring yang terdiri atas lembaga-lembaga yang sedianya berkolaborasi dalam Pusat Pelayanan Kesejahteraan Anak Integratif (PPKAI). Selama dua hari, para peserta mendiskusikan Rencana Aksi PPKAI bedasarkan keenam komponen di atas dalam arahan fasilitator Nur Anti. Rencana Aksi ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pertemuan berikutnya dan diharapkan segera ditindaklanjuti.

Philanthropy Learning Forum on SDGs: Bagaimana Pemerintah, BaKTI, dan Ilmuwan Mendukung SDGs

$
0
0
Catatan terakhir dari acara Philanthropy Learning Forum on SDGs: SDGs Sebagai Tools Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemitraan di Gedung BaKTI pada tanggal 19 September lalu.


Amri Akbar, Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda kota Makassarmemaparkan mengenai penerapan SDGsdalam pembangunan kota Makassar. Mengapa Makassar harus melaksanakan SDGs? Di antaranya adalah untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi berkesinambungan dan untuk menjaga keberlanjutan kehidupan sosial. Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah, tidak perlu sampai membuat kegiatan baru. Cukup mengaitkannya saja dengan SDGs. Semua kegiatan yang terkait dengan perencanaan dikaitkan dengan SDGs.

Amri Akbar (yang berdiri)
Bagaimana upaya pencapaian targetnya, Amri mengatakan bahwa pemerintah kota Makassar untuk itu harus bersinergi dengan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat.

BaKTI: Meningkatkan Efektivitas Pembangunan di Kawasan Timur Indonesia

Muhammad Yusran Laitupa, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI pada presentasinya menceritakan tentang apa yang telah dilakukan BaKTI selama ini. Peran BaKTI sehubungan dengan SDGs, menggunakan 3 pendekatan: mengelola jejaring pengetahuan, mengelola media pertukaran pengetahuan, dan mengelola pertemuan pertukaran pengetahuan.

Pertemuan pertukaran pengetahuan contohnya adalah Forum KTI (Kawasan Timur Indonesia). Forum KTI beranggotakan pemerintah, LSM, swasta, media, dan kelompok masyarakat. Dua tahun sekali Festival Forum KTI diselenggarakan. Forum ini adalah forum tukar solusi yang menampilkan praktik cerdas di Indonesa (mengenai salah satu bentuk praktik cerdas yang disebarluaskan oleh BaKTI adalah Petani Salassae Mewujudkan Kedaulatan Pangan). Ada pula Forum Kepala Bappeda sekawasan timur Indonesia. Para kepala Bappeda bertemu setahun dua kali untuk membicarakan isu-isu pembagunan regional KTI.

Amri Akbar, Majid Sallatu, dan Yusran Laitupa
Jejaring pengetahuan di BaKTI contohnya adalah Jaringan Peneliti KTI yang mana Majid Sallatu sebagai koordinatornya. Di dalamnya ada 1054 orang peneliti. BaKTI memiliki pula jejaringyang lain, yaitu Sahabat BaKTI yang bisa memanfaatkan fasilitas BaKTI. Sedangkan Media Pertukaran Pengetahuan BaKTI berupa:
  • Website Batukar Info.
  • Majalah bulanan BakTI News yang bisa diperoleh secara gratis di kantor BaKTI.
  • JiKTI Stock of Knowledge, berupa aplikasi yang bertujuan mengeksplorasi peluang dan potensi untuk secara inovatif mendukung fungsi-fungsi intermediary JiKTI.

Sementara itu, kegiatan berbagi pengetahuan di BaKTI ada beberapa:
  • Inspirasi BaKTI yang menghadirkan sosok-sosok inspiratif. Salah satu yang pernah saya hadiri adalah Diskusi Inspirasi BaKTI "Anak Muda Yang Menyulap Minyak Jelantah Menjadi Bahan Bakar Diesel Lewat Wirausaha Sosial" (bisa dibaca uasan saya di tulisan berjudul Kisah Sulap Minyak Jelantah Menjadi Bahan Bakar Biodiesel.
  • Diskusi Praktik Cerdas, menampilkan para inisiator, inspirator, pelaku praktik baik untuk komunitasnya atau kalangannya sendiri untuk berbagi pengetahuan. Praktik Cerdas adalah sebuah upaya atau kegiatan yang berhasil dilakukan untuk menjawab suatu tantangan yang dihadapi oleh komunitas daerah tertentu. “Kurang lebih telah 13 tahun BaKTI bekerja, menyaksikan bnyak sekali insiarif yang baik sekali yang sudah berhasil dijalankan yang kalau direplikasi bisa dilakukan dengan lebih cepat dan lebih murah karena mereka (yang mereplikasikannya) tidak mulai dari nol. Sekarang sudah 31 yang didokumentasikan dan ratusan yang dikumpulkan. Praktik cerdas terbukti berdampak nyata, berkelanjutan, partisipatif, dan accountable,” Yusran menuturkan panjang lebar tentang Praktik Cerdas.
  • News Cafe, diselenggarakan bagi para wartawan untuk berbagi. Semua dianggap nara sumber di sini. Dalam forum ini, mereka berbagi pengetahuan tentang satu isu.
  • Bengkel Komunikasi, salah satu kegiatan BaKTI yang pernah dilakukan adalah belajar mengenai jurnalisme warga. Materinya tentang tulisan, atau materi fotografi. Salah satu Bengkel Komunikasi yang pernah digelar bertajuk Foto Bercerita untuk Perubahan.
Tak hanya itu, ada pula BakTI memberikan fasilitas yang bisa dipergunakan masyarakat: perpustakaan, ruang pertemuan, fasilitas Internet, dan co-working space.

Luna Vidya, seperti biasa, memandu acara dengan apik.
Selain itu, BaKTI juga mengelola beberapa program bekerja sama dengan mitra pembangunan internasional, yaitu:
  • MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) di Sulawesi Selatan, NTB, NTT, dan Maluku.
  • Program Kerja Sama UNICEF – BaKTI untuk 5 provinsi di KTI pada tahun 2014 – 2015. Pada tahun 2016 disepakati serangkaian kegiatan Child Protection dan WASH (Water, Sanitation, and Hygiene) yang difasilitasi BaKTi di Sulawesi Selatan.
  • Proyek Kemakmuran Hijau – Aktivitas Pengetahuan Hijau Millenium Challenge Account – Indonesia (MCA – Indonesia).
  • KIAT Guru – Kinerja dan Akuntabilitas Guru. Pernah diselenggarakan tahun 2014 dengan melibatkan pemerintah Australia dan World Bank. Pada tahun 2016, Yayasan BaKTI berperan dalam pengelolaan operasional dan pengawasan fidusia di tingkat nasional dan daerah untuk provinsi Kalimantan Barat dan NTT.
  • LANDASAN Tahap II: Memperkuat Penyelenggaraan Pelayanan Dasar di Tanah Papua. Proyek ini dilaksanakan di bawah KOMPAK yang bermitra dengan BaKTI dan didukung penuh oleh Pemeritah Australia.
Khusus tentang Praktik Cerdas, BaKTI bisa membantu percepatan penyebaran “kabar baik” tentang Praktik Cerdas tersebut. Sebuah kabar pernah datang ke BaKTI dalam bentuk SMS dari seseorang yang dikenal. BaKTI datang meninjau dan membuat dokumentasi berupa film di sana. Kabar baik tersebut ditulis. Sang tokoh utama pelaku Praktik Cerdas disediakan panggung untuk mempresentasikan apa yang telah dilakukannya dan apa dampak positifnya. BaKTI juga bekerja sama dengan media lokal dan nasional untuk meliputnya. Tak sampai di situ saja, BaKTI lalu mengawal perkembangannya, termasuk replikasinya dengan membuka ruang untuk berdiskusi tentang praktik cerdas yang bersangkutan. Saya pernah menuliskan beberapa Praktik Cerdas yang didukung BaKTI, seperti: Inspirasi dari Poogalampa dan Honihama, Anggaran Kesehatan Cerdas yang Pas untuk Semua di Sulawesi Utara, Sekolah Kapal Kalabia Membentuk Agen Perubahan di Raja Ampat, Inspirasi dari Timur: Rumah Tunggu Penyelamat dan Wisata Eksotis,  dan Inspirasi dari Penjaga Laut Tomia.

Sebagian peserta Philanthropy Learning Forum on SDGs. Sumber foto:
fan page Facebook Filantropi Indonesia
Yusran mengatakan bahwa Praktik Cerdas bisa dilakukan siapa saja dan besar potensinya. Semua orang bisa mendukung SDGs. Dengan menyebarluaskan Praktik Cerdas yang bisa membantu hajat hidup orang banyak, kita sudah mendukung SDGs. “BaKTI tidak bisa melakukan sendiri,  menjangkau Indonesia yang lebih luas. Kita perlu bekerja sama untuk meng-address isu pembangunan,” pungkas Yusran.

Penanggulangan Kesenjangan (Peran dan Dukungan Filantropi)

Abdul Madjid Sallatu, MA, Koordinator Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI)menjadi nara sumber terakhir yang memaparkan materinya. Presentasi yang berjudul Penanggulangan Kesenjangan (Peran dan Dukungan Filantropi)ini dibuka dengan realita seputar ini. “Penanggulangan sudah lama sekali tetapi tiak selesai-selesai,” ungkapnya. Majid memperlihatkan gini ratio[1]yang menunjukkan gambaran kesenjangan di Indonesia yang semakin lama semakin besar (semakin senjang).

Madjid mengutip kata-kata bijak dari Jiddu Khrisnamurti, seorang filusuf asal India: 
“Jika kita benar-benar bisa memahami persoalan, jawaban akan datang sendiri karena jawaban tidak pernah terpisahkan dari persoalan”. 
Maka, sebenarnya apakah persoalan kita?

“Inilah peranan akademisi untuk menyusun policy brief. Kalau kita coba perhatikan, kesenjangan yang ada sudah lama terjadi. ‘Keberadaan’ segitiga sama kaki terjadi puluhan tahun,” lanjut Madjid lagi. Yang dimaksud “keberadaan segitiga sama kaki” adalah pada setiap keberadaan kesenjangan pasti ada juga kemiskinan dan ketertinggalan. Dan jika dibolak-balik ketiga substansi ini, akan sama saja maknanya.

Hamid Abidin, Amri Akbar, Majid Sallatu, dan Yusran Laitupa.
“Apa persoalan segitiga? Pendapatan! Rata-rata program pemerintah memang untuk mendorong daya beli – program subsidi, bantuan langsung. Lebih sebagai katup pengaman, tidak pernah menyentuh struktur pendapatan. Ini tantangan buat akademisi,” Madjid melanjutkan penjelasannya mengenai program pemerintah yang kurang efektif mengatasi masalah segitiga sama kaki.

Apa dan bagaimana struktur pendapatan? Menurut Madjid, seharusnya kita memilih komoditas yang akrab dengan masyarakat kecil dan bisa mencapai skala ekonomi pada hamparan atau kelompok. Majid mengkhawatirkan adanya kejenuhan.

Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang tahun-tahun lalu terus meningkat dari sekira 6%, naik menjadi 7%, lalu menjadi 8,05% pada bulan November 2016[2]. Pada triwulan kedua 2017, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan melambat, “hanya” sebesar 6,63%[3].

“Nampaknya harus bikin pendekatan lain. Sulawesi Selatan terus menerus memicu (produksi) komoditas unggulan,” tutur Madjid yang kemudian mengatakan bahwa produksi komoditas unggulan[4]kita sudah mencapai titik jenuhnya.

Suka atau tidak suka untuk kepentingan orang kecil, sudah seharusnya pendekatannya berbasis HAMPARAN dan KELOMPOK, sebagai realita di mana segitiga sama kaki berada. Masyarakat yang tingkat pendapatannya terendah adalah sebesar 40% terbawah (di akar rumput) yang tersebar di wilayah pedesaan dan kelurahan di setiap kabupaten/kota. Maka perlu dipikirkan bagaimana menyentuh 40% ini sebagai “kegiatan kelompok produktif yang berskala ekonomi” karena komoditas unggulan tidak secara langsung menyentuh mereka. Namun Madjid juga mengingatkan bahwa yang paling berat adalah melakukan social preparation (persiapan sosial). Meskipun demikian, memang harus diawali dengan social preparation ini karena sangat menentukan keberhasilannya.

Sumber: fan page Facebook Filantropi Indonesia
Selanjutnya Madjid memaparkan mengenai esensi persiapan sosial. Menurutnya, persoalan segitiga adalah persoalan sosial lokal berbasis partisipatoris (participatory local social development). Untuk itu, penyandang segitiga penting memahami kerja sama dan kolaborasi. Juga penting memahami hamparan dan kelompok untuk mencapai skala ekonomi. Sasaran akhir kelompok adalah kapasitas swatata (self organizing capacity). Tantangannya adalah: butuh kesungguhan dan kesabaran, dukungan dari luar jajaran pemerintahan dibutuhkan.

Sebagai peneliti, Abdul Madjid Sallatu menunjukkan perlunya PENDEKATAN WILAYAH/KEWILAYAHAN. Komoditas dan kegiatan produktif masyarakat yang dekat dengan 40% akar rumput  (segitiga) dan bisa meningkatkan pendapatan daerah adalah pisang, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ayam buras/ayam kampung, dan penangkapan ikan laut. Keenam komoditas ini paling banyak memenuhi kriteria, telah dikaji pencapaian skala ekonominya.

Jika diterapkan, setiap kepala keluarga bisa terlibat dengan lebih dari satu komoditas atau kegiatan produktif:
  • Pisang, berproduksi setelah setahun namun kontinu berproduksi selama maksimal 5 tahun.
  • Kacang tanah, berproduksi setiap musim tanam, selanjutnya bisa mandiri untuk musim tanam berikutnya.
  • Kacang hijau, berproduksi setiap musim tanam, selanjutnya bisa mandiri untuk musim tanam berikutnya.
  • Ubi jalar, berproduksi setiap musim, selanjutnya bisa mandiri untuk musim tanam berikutnya.
  • Penangkapan ikan laut, berproduksi harian/mingguan, selama 9 – 10 bulan dalam setahun.
  • Ayam buras, berproduksi setelah setahun, dan selanjutnya bisa mandiri.




    Pada catatan akhir, Madjid menekankan pentingnya mengagendakan aksi ini sebagai sebuah start-up. Catatan lainnya adalah:
    • Sumber daya (lahan) yang digunakan baru sebagian dari potensi.
    • Total biaya/investasi awal tidak besar, produksi akan bergulir/berulang.
    • Masyarakat luas, terutama petani/nelayan/peternak kecil selalu mau melihat hasil/contoh nyata.
    • Butuh kesungguhan dan konsistensi pada pemangku kebijakan.
    • Terbuka bagi peran berbagai pihak. Di sinilah peran dan kontribusi filantropi.
    “Kegalauan bangsa ini sekarang karena semua ramai-ramai meninggalkan sektor pertanian, tidak ada lagi yang mau tinggal di sektor pertanian,” pungkas Majid menutup presentasinya.

    Benang merah telah terurai hari ini. Akankah ada itikad baik dan inisiasi untuk mewujudkannya?

    Makassar, 5 Oktober 2017
    Selesai (tulisan ketiga dari tiga tulisan)


    Jangan lupa baca tulisan ini:

    Tentang Filantropi Indonesia bisa dibaca di:
    • Fan page Facebook: Filantropi Indonesia
    • Website: http://filantropi.or.id/

    Tentang BaKTI bisa dibaca di:
    • Website: http://www.bakti.or.id, http://www.batukarinfo.com
    • Fan page Facebook: Yayasanbakti
    • Twitter: @InfoBaKTI
    • E-mail: info@bakti.or.id
    Alamat: Gedung BaKTI: Jalan H. A. Mappanyukki No. 32, Makassar 90125





      [1] Koefisien Gini berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila koefisien Gini bernilai 0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna (http://finansial.bisnis.com/read/20130821/9/157881/kamus-ekonomi-apa-arti-rasio-gini)

      [2] Lihat di http://makassar.tribunnews.com/2016/11/25/pertumbuhan-ekonomi-sulsel-805-persen-jokowi-terima-kasih-pak-gub

      [3] Lihat di http://news.rakyatku.com/read/59861/2017/08/07/bps-triwulan-ii-2017-pertumbuhan-ekonomi-sulsel-melambat

      [4]Komoditas unggulan Sulawesi Selatan: beras, kakao, jagung, sapi, dan rumput laut.

      SMADA92 Berbagi: Buku dan Mainan untuk Pionir Sekolah Inklusi

      $
      0
      0
      SD IMB (Sekolah Dasar Inpres Maccini Baru) menjadi pilihan kegiatan SMADA 92 Berbagi pada tanggal 30 September lalu. Bukan tanpa alasan mengapa sekolah ini dipilih.




      Pionir Sekolah Inklusi di Kecamatan Tamalate

      Alasan pertama adalah karena sekolah ini merupakan sekolah pertama di kota Makassar yang menerapkan sistem inklusi dengan sebenar-benarnya. Banyak sekolah di kota ini “mengaku” menjalankan sistem inklusi tapi pada kenyataannya yang memang menyelenggarakan tak banyak. Butuh sistem yang terlaksana, para guru dan murid yang peduli, dan murid-murid berkebutuhan khusus yang memang membutuhkan sistem inklusi berjalan sebagaimana mestinya. Sekolah yang mengaku menjalankannya, ada yang bahkan tak memiliki semua hal tersebut.

      SD Inpres Maccini baru sudah menyelenggarakan sistem inklusi sejak tahun 2003. Saya pernah bertemu dengan kepala sekolah terdahulu dan bertanya langsung padanya, sejak kapan sistem inklusi diterapkan di SD IMB dan Bu H. Ajawati (nama kepala sekolah yang pertama kali menginisiasi sistem inklusi di sekolah tersebut) mengatakan, “Sejak tahun 2003”. Namun baru pada tahun 2013 sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah inklusi yang kemudian Ibu Ajawati sering menjadi pembicara tentang sistem inklusi hingga ke luar pulau.

      Penyambutan yang serius oleh para siswi ini


      Eeh .. ada yang sadar kamera 😆

      Sebagai pionir, SD IMB sering didatangi tamu dari mana-mana yang ingin melihat keberlangsungan sistem inklusi namun sayangnya, masih ada keterbatasan dana dan sarana mengingat pembiayaan tidak bisa sepenuhnya ditanggung oleh negara sementara orang tua siswa dari anak berkebutuhan khusus pun tidak bisa dibebani dengan biaya besar karena sekolah ini sekolah negeri. Melihat hal ini maka semakin kuat alasan teman-teman alumni SMADA 92 berbagi di sekolah ini.

      Alasan lainnya yang tak kalah kuatnya adalah bahwa ternyata camat di wilayah kecamatan Tamalate di mana sekolah ini berlokasi – Pak Hasan Sulaiman adalah salah satu kawan kami – alumni SMAN 2 Makassar angkatan 92. Oleh karena itu, alasan kami menjadi semakin kuat untuk berbagi di sekolah ini.

      Setelah tertunda-tunda beberapa kali, akhirnya jadilah kami bertandang ke SD IMB pada hari Jumat tanggal 30 September lalu. Aneka mainan dan buku ala kadarnya kami bawa untuk anak-anak SD IMB. Tak dinyana, ada sambutan khusus dari grup kesenian SD IMB. Sekelompok anak perempuan menyambut rombongan kami di pintu gerbang dengan nyanyian dan tarian lalu kami dipersilakan masuk ke perpustakaan sekolah.

      Penerima Penghargaan Adiwiyata Mandiri

      Ibu Rahmawati menemani kami ngobrol, menggantikan ibu Risnawaty – kepala sekolah yang sedang dalam tugas di tempat lain. Ibu Rahma menyampaikan sambutan menerima kami dan menceritakan mengenai sejarah sistem inklusi di SD IMB. Ibu Rahma juga menceritakan mengenai penghargaan Adiwiyata Mandiri yang diterima sekolahnya pada tahun 2013.

      ADIWIYATA MANDIRI adalah penghargaan bergengsi di bidang lingkungan hidup. Penghargaan ini diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia kepada sekolah yang dinilai telah mampu mengaktualisasikan budaya lingkungan di semua aspek kegiatan sekolah dalam rangka meningkatkan peran warga sekolah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan dan juga telah berhasil membina sekolah imbas agar turut serta membudayakan ramah lingkungan dan melestarikan lingkungan sekolah sebagai wahana belajar yang aman, nyaman dan menyenangkan. “Saat ini, sedang menuju ke tingkat ASEAN,” imbuh Ibu Rahma mengenai penghargaan ini.

      Di perpustakaan

      Tentang Pengawasan Bersama

      Hasan – pak camat Tamalate menyampaikan maksud kedatangan kami sekaligus menitipkan amanah walikota Makassar – Pak Danny mengenai “Jagai Anatta’”, yaitu anjuran agar semua sekolah memperketat pengawasan kepada semua anak didiknya dengan memperkuat pengawasan dari para orang tua.

      Well, tentang pengawasan dari para orang tua, saya melihat di sekolah ini ketat berjalanannya. Karena dalam satu lingkungan sekolah hanya satu sekolah ini, para orang tua, guru, hingga petugas kebersihan sekolah dan pemilik/penjaga kantin seara bersama-sama memperhatikan keselamatan siswa-siswi. Pintu gerbang lebih mudah teramati ketimbang sekolah yang di dalamnya ada 2 atau lebih sekolah. Bahkan petugas kebersihan penjaga kantin sekali pun care kepada para siswa berkebutuhan khusus. Mereka rela membantu anak berkebutuhan khusus ke kamar kecil misalnya atau memperhatikan jajanan mereka. Contohnya adalah ketika ada yang minum atau makan secara berlebihan, mereka mengingatkan, bahkan melarang anak untuk mengambil lebih.

      Tentang Ketulusan dan Sosialisasi Bahaya Narkoba

      Di perpustakaan, selain Ibu Rahma ada beberapa guru yang terlibat dalam pertemuan. Ada Pak Rahman, guru olahraga dan Pak Andhar, guru pendamping khusus (GPK). Di samping Pak Andhar duduk Abid – siswa yang didampingi oleh Pak Andhar. Abid amat “lengket” dengan Pak Andhar. Terkadang, saat harus mengurus sesuatu di luar sekolah, Pak Andhar membawanya serta. Bahkan sampai ke acara pernikahan pun ikut.

      Di Ruang Sumber (Ruang Inklusi), bersama pada Guru Pendamping Khusus (GPK)
      dan anak-anak berkebutuhan khusus.

      Serah-terima mainan dan buku.


      Dari perpustakaan, kami melihat-lihat ruang inklusi atau yang biasa juga disebut “Ruang Sumber”. Ruang yang luasnya kira-kira 12 meter persegi ini (berdasarkan perkiraan kasar saya) setiap hari Sabtu mengadakan kegiatan bersama untuk anak-anak inklusi (anak inklusi adalah sebutan lain bagi anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di IMB). Kegiatannya seputar keterampilan kreatif. Atau setiap harinya, mereka bisa menempati ruangan ini sepulang sekolah atau jika bosan di dalam kelas. Saat itu ada beberapa anak bersama beberapa guru pendamping khusus sedang belajar menulis. Sungguh sabar para GPK mendampingi dan mengarahkan anak-anak spesial itu.

      Ada 19 anak berkebutuhan khusus di sekolah ini yang tersebar dari kelas 1 sampai kelas 6. Mereka memiliki kekhususan yang berbeda-beda. Ada yang mengalami keterbatasan fisik, ada autisme, down syndrome, speech delay, ADHD, dan lain-lain. Para GPK harus bisa memahami kebutuhan siswa dampingannya dan yang berada dalam pengawasannya. Saya melihat ketulusan luar biasa dari wajah-wajah mereka saat mendampingi anak-anak tersebut. Saya tahu, bukan hal yang mudah berada di posisi mereka tetapi mereka bersungguh-bersungguh berusaha melakukan yang terbaik.

      Usai melakukan serah terima mainan dan buku, tak berapa lama kemudian ibu kepala sekolah datang dan mengajak kami ke Ruang Kepala Sekolah. Dua orang teman – Trisnawaty yang akrab disapa dengan panggilan “Ibu Dokter Tilly” dan Muhammad Aqsha – Ketua Harian IKA SMADA Makassar Angkatan 92 menuju ke ruang kelas yang terletak di sebelah Ruang Kepala Sekolah untuk memberikan Sosialisasi Bahaya Narkoba. Sosialisasi ini juga merupakan salah satu agenda kami berkunjung ke SD IMB mengingat baru-baru ini marak berita tentang banyaknya anak sekolah yang menjadi korban obat terlarang di kota Kendari.

      Sosialisasi Bahaya Narkoba

      Ibu Dokter Tilly dan Pak Ketua Harian Aqsha
      Mari wefie sama Om Aqsha 😇

      Saat Tilly dan Aqsha di ruang kelas sebelah, saya dan teman-teman yang lain ngobrol santai dengan Ibu Kepala Sekolah. Obrolan kami seputar kondisi sekolah dan obat-obatan terlarang. Seorang ibu – Ummi Naura sapaannya bergabung bersama kami. Naura, siswi kelas 5 di SD IMB menjadi salah satu siswi inklusi. Naura memiliki keterbatasan fisik karena Cerebral palsy. Dia anak yang cerdas dan bisa mengikuti pelajaran sekolahnya dengan baik. Hanya saja, untuk berjalan dia harus dipapah.

      Ummi Naura menceritakan kepada kami bagaimana kawan-kawan sekelas Naura dikondisikan bisa membantu Naura keluar-masuk kelas saat jam istirahat dan pulang sekolah.. Beberapa kawan terbiasa memapahnya ke tempat Ummi Naura menunggu saat jam istirahat. Begitu bel masuk berbunyi, kawan-kawannya keluar untuk membawa kembali Naura masuk ke dalam kelas.

      Ngobrol di Ruang Kepala Sekolah
      Mendengar cerita Ummi Naura

      Dari salah seorang orangtua siswa, saya pernah mendengar cerita bahwa seharusnya kelas 5 berada di lantai tetapi karena kepedulian terhadap sistem inklusi, khusus untuk Naura, kelas 5 tetap berada di bawah karena Naura kesulitan mengakses gedung tinggi. Masya Allah, andai semua sekolah seperti ini, ya.

      Menjelang pukul 11, kunjungan kami berakhir. Senang sekali bisa melihat secara lebih dekat mengenai sekolah yang menjadi pionir sistem inklusi di Makassar. Semoga kunjungan kami kali ini membawa manfaat untuk sekolah dan terkhusus bagi kami sendiri. Terima kasih SD IMB, telah menerima kami dengan begitu baik.

      Makassar, 8 Oktober 2017

      Keterangan sumber foto-foto di atas:
      Aqsha, Diah Purnama, dan saya sendiri.

      Wajar Bila Mama Ge Er, Toh?

      $
      0
      0
      Lanjutan dari tulisan berjudul Ketika Mama Ge Er

      Masih tidak habis pikir Mama dengan kelakuan Athifah yang menolak makan nasi goreng. Nasi goreng biasanya menjadi makanan yang sama sekali tidak pernah ditolak oleh ketiga anaknya. Mama percaya diri saja karena Mama sendiri penggemar berat nasi goreng dan merasa tahu persis mana nasi goreng yang enak dan mana yang tidak. Mama juga merasa bisa membuat nasi goreng yang walaupun sederhana namun tetap terasa enak.


      Mama jadi harus memutar otak, memberikan Athifah makanan apa, wong nasi putih sudah habis dibuat nasi goreng semua ... 😒


      Sering kali, untuk urusan makan dia sampai harus dipaksa dan diancam. Haha jangan kaget, ya. Soalnya susah sekali memintanya untuk mencoba sesuatu walaupun enak sekali pun. Reaksinya itu, lho suka bikin Mama gemas, seperti hendak diberi racun. Kalau tidak diancam, misalkan tidak akan diberi uang jajan kalau tak mencicipi, dia sama sekali tidak mau sekadar mencicipi saja. Padahal tinggal coba ini. Dan beberapa kali terjadi, akhirnya Athifah merasa menyesal karena tidak mau makan sejak lama sehingga saat dia mau makan, makanannya sudah habis.

      Baca juga: Ini Nasi Apa?

      Kedua anak laki-laki, si sulung dan si bungsu makan nasi goreng buatan Mama dengan bersemangat. Setahu Mama si bungsu Afyad kalau sudah makan biasanya makannya tidak banyak lagi. Dugaan Mama salah. Afyad tetap berusaha bersaing dalam mengambil bagian nasi goreng. Mama tidak salah duga kan kalau nasi gorengnya enak?

      Mama belum ngapa-ngapain, terus saja sibuk mikir  ketika wajah nona mungil Athifah menyembul. “Saya sudah makan, Ma. Enak.”

      “Hah? Kamu makan apa?” Mama bertanya, memastikan pendengarannya. 😁

      “Nasi goreng.”

      “Lah, katanya ndak mau makan?”

      “Mau ji!”

      Laaah, Athifah ternyata makan juga. Untung dia ndak kehabisan. Berarti feeling Mama ndak salah, toh? Berarti nasi gorengMama enak, toh? 😝


      Makassar, 9 Oktober 2017


      Jadi, kesimpulannya, Athifah itu sebelumnya hanya menggoda Mama saja dengan mengatakan tidak mau makan hahaha. Mama dibuat bingung soalnya selama ini Athifah tidak pernah menggoda Mama seperti itu. Akhirnya dia makan juga nasi goreng buatan Mama.

      Tentang Hubungan Kami pada Jarak yang Terlipat

      $
      0
      0
      Satu hal yang amat saya syukuri di dunia ini adalah memiliki hubungan yang baik dengan kedua adik saya. Saya bersaudara 3 orang. Sebenarnya ibu saya melahirkan 5 orang anak tetapi yang sulung dan bungsu meninggal maka jadilah saya sulung dari 3 bersaudara.

      Masa kecil yang seru saya jalani bersama kedua adik saya, khususnya Mirna yang hanya berbeda usia 15 bulan. Kami jadi seperti seumuran karena jarak usia yang dekat itu. Kami bersekolah di SD, SMA, dan kampus yang sama. Hanya SMP kami saja yang berbeda. Jadi, kami mengenal banyak orang yang sama dalam lingkup pertemanan kami.


      Kalau sudah saling cerita di rumah, kami bisa sangat akrab bagaikan dua sahabat yang lama tak bersua. Tetapi kalau bertengkar, wuih jangan ditanya. Kami bisa saling pukul dan tendang dengan sangat seru ✊😷. Dulu, papa dan mama kami sering jengkel dengan perkelahian kami itu. Sampai-sampai Papa mengancam akan membelikan kami sarung tinju dan beliau akan mengadu kami di ring tinju hahaha. Hanya ancaman kosong yang tak pernah terealisasi. Mana tega beliau melakukan itu.

      Paling lucu kalau urusan tempat tidur. Ada garis batas yang jelas, mana bagian saya dan mana bagian Mirna. Kalau ada yang lewat batas, jangan marah kalau dia kena tendangan atau pukulan. Setiap pagi, siapa yang paling belakangan turun dari tempat tidur maka dia yang harus merapikan tempat tidur kami – itu aturan yang kami sepakati bersama. 😅

      Saya masih ingat sekali ketika itu, begitu mata membuka dan menyadari Mirna belum beranjak dari ranjang tetapi dia sudah terbangun maka dengan secepat kilat saya berusaha lompat dari tempat tidur. Tak satu-dua kali kejadiannya, kami bersamaan melompat turun dan masing-masing tak mau kalah, merasa lebih dulu beranjak dari peraduan. Alhasil topik itu menjadi bahan pertengkaran baru lagi.

      Uniknya, kami tak pernah saling melanggar privasi. Kalau sesama saudari biasanya saling meminjam barang bahkan saling pakai barang tanpa izin, kami tak demikian – err mungkin pernah sesekali, ya tapi sepanjang ingatan saya tak pernah. Kami tidak mengganggu privasi masing-masing. Kalau memang ingin pakai, pasti minta izin dulu. Ibu saya memang strict mengajarkan tentang privasi baik langsung maupun tidak langsung. Syukurnya, kami tak pernah tuh bertengkar gara-gara ada barang yang hilang dan membuat kami saling menuduh. Tidak pernah!

      Seiring bertambahnya usia, tentunya perkelahian tak terjadi lagi. Bahkan sekarang rasanya saya memiliki sahabat, alih-alih menganggapnya adik. Dalam banyak hal kami memiliki banyak perbedaan – misalnya saja adik saya itu mengenakan cadar sekarang. Tetapi kami tetap saling menghargai pendapat masing-masing. Untuk banyak, hal, dia masih menjadi saudari yang bisa diandalkan.

      Karena tinggalnya di Sorowako – sebuah kota kota kecil yang berjarak sekira 600 – 700 kilo meter dari Makassar, Mirna sering meminta tolong dicarikan barang-barang yang dia butuhkan. Kalau butuh cepat, barangnya kemudian diantarkan ke kantor perwakilan bus malam yang menuju Sorowako. Atau bisa juga menunggu dia datang berlibur ke Makassar.

      Syukurnya sekarang teknologi bisa “melipat jarak” di antara kami. Dengan bantuan teknologi telekomunikasi dan informasi, teleponan via voice call lancar saja ke sana. Begitu pun teleponan via WA yang sekarang bisa dilakukan. Saya kebetulan menggunakan SIM card Xtra Combo Litekeluaran XL yang salah satu fasilitasnya adalah menelepon via WA gratis (baik voice maupun video) yang bisa saya gunakan. Bukan hanya SIM card, paket data Xtra Combo Lite pun ada, jadi saya bisa isi ulang paketnya.

      Beberapa kali meminta tolong, adik saya itu tidak mengucapkan kata perintah langsung. Dia mendahului maksudnya dengan, “Ada rencana mau ke daerah X/Y/Z?” Jujur, sist, saya merasa sangat dihargai. Malah orang lain yang bukan siapa-siapa ada yang berani memerintah saya secara langsung. Kamu lebih berhak karena saudari saya tetapi kamu tak melakukannya. Proud of you!

      Nah, kalau dia sudah bilang begitu, saya sudah tahu dia akan meminta tolong. Jadi saya langsung saja tanyakan, “Mau ko dibelikan apakah? Ndak ada rencana ta’ ke sana tapi kalau ada yang mau ko dibelikan, bilang mi saja. Nanti diatur waktunya pergi belikan ko.”

      Kirim gambar ini via WA sebelum ponakan tersayang memutuskan pilihannya.

      Ketika Mirna minta dicarikan celana panjang untuk keperluan putri sulungnya, misalnya, saya tinggal mengirimkan gambar celana yang dimaksud dari super market via WA. Si ponakan memilih warna apa yang dia inginkan, lalu masuklah barang-barang itu ke dalam troley. Kebayang kalau situasi masih seperti dulu, pasti saya harus kembali ke super market itu besoknya untuk membeli barang yang diinginkan keponakan saya. Ponakan saya itu sudah lebih tinggi daripada saya, dia pun punya keinginan sendiri wong celananya dia yang mau pakai kan, ya jadi saya harus mengikuti kemauannya. Kan ndak mungkin dia memakai barang yang tak disukainya karena tantenya ini terlalu egois, tidak mau menunggunya memberikan keputusan. 😉

      Oya ada pengalaman menarik juga ketika berada di super market. Saat ingin konfirmasi dengan menelepon langsung ternyata pulsa untuk menelepon kepunyaan saya sudah habis. Thank God, saya bisa teleponan gratis pakai WA call berhubung paket data saya masih banyak eh, WA call kan gratis, jadi ndak perlu khawatirlah. Jadilah saya menelepon Mirna via WA call. Kualitas suaranya jernih. Dia pun bisa mendengar suara saya. Confirmed, warna dan harga, saya pun bergerak ke kasir untuk membayar pesanannya.

      Seberapa harganya, segitu yang saya minta Mirna transfer uangnya. Kalau ada yang terpakai, meski lima ribu rupiah, saya bilang padanya, “Terpakai uangmu lima ribu. Ikhlaskan mi, nah?” Biarpun sesama saudara kandung, saya tidak mau gara-gara duit segitu saya nanti bisa masuk neraka, kan.

      Alhamdulillah, yah, berkat teknologi, jarak jauh seolah bisa dilipat dan saya tetap bisa punya cerita menarik dengan adik perempuan satu-satunya ini. Anda punya cerita seperti ini dengan saudara kandung? Share, yuk.


      Makassar, 9 Oktober 2017

      Eksplorasi? IYA, BOLEH!

      $
      0
      0
      Saya tahu persis rasanya kebanyakan dilarang saat ingin bereksplorasi di waktu kecil. Ibu saya sangat penakut. Selalu saja membayangkan hal-hal buruk akan terjadi kalau saya dan adik-adik saya bereksplorasi. Begitu pun terhadap anak-anak saya, terlalu banyak larangan yang dikeluarkan oleh beliau.


      Sampai-sampai kawan-kawan akrab semasa SMA tidak selalu mengajak saya ketika mereka hang out karena seringnya saya tak diberi izin berkegiatan bersama mereka. Salah seorang sahabat pernah saya dengar berkata begini, “Ndak usah mi ajak Niar, pasti ndak diizinkan sama mamanya.” Sedih, yaa. Efek dari banyaknya larangan ini membuat aktivitas saya sering kali terhalang dengan sikap ragu yang besar, takut bergaul, dan sangat tidak percaya diri. Saya tentu tak ingin anak-anak saya mengalami ini.

      Sebagai anak yang usianya tidak muda lagi, saya berusaha memaklumi dan menjadi penengah sikap Ibu yang sudah sangat sepuh (usianya 74 tahun) kepada anak-anak saya. Ibu hanya bermaksud menunjukkan kasih sayangnya. Saya berusaha memikirkan cara yang pas agar anak-anak tidak terkekang dan bisa tetap bereksplorasi mengingat saya tinggalnya dengan ibu. Sering kali menjadi hal yang sulit bagi saya untuk bersikap karena begitu banyaknya kekhawatian beliau. Misalnya, kalau anak-anak berada di teras atau pekarangan saja, belum apa-apa sudah disuruh masuk. “Nanti masuk angin,” kilah beliau.

      Tetapi kalau di dalam rumah pun banyak larangan. Tidak boleh membuat rumah berantakan. Tidak boleh manjat-manjat. Tidak boleh jatuh sama sekali. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Bermain di halaman samping pun, belum apa-apa, anak-anak sudah disuruh masuk. Sekali lagi, ini memang bentuk kepedulian beliau tetapi tetap saja saya harus mengambil sikap sebijak mungkin.

      Paduan suara anak-anak Makassar di panggung Dancow. Mereka ekspresif.
      Di masa kini, sudah banyak orang tua yang mengerti mengenai pentingnya membiarkan anak bereksplorasi. Salah satu yang peduli dengan hal ini adalah Nestle DANCOW yang menghadirkan Nestle DANCOW Explore Your Worlddi Mal Panakukang pada tanggal 7 – 8 Oktober lalu. Saya menghadiri konferensi pers yang berlangsung pada tanggal 7 Oktober. Konferensi pers yang dikemas dalam bentuk talkshow ini juga sekaligus mengedukasi para ayah dan bunda yang berada di sekitar arena Nestle DANCOW Explore Your World melalui hal-hal yang disampaikan oleh tiga nara sumber: psikolog Dra. Ratih Ibrahim, MM, dr. Bernie Medise, SpA (K), dan Alvin Wiradarma (Brand Manager DANCOW Advanced Excelnutri+ Nestle Indonesia). Talkshow berlangsung dengan menarik dan ceria di bawah panduan Shahnaz Haquesebagai moderator serta Fiko dan Gadissebagai MC.


      Berikan 3 Hal dan “IYA BOLEH” untuk Eksplorasi Maksimal Si Kecil

      Ratih Ibrahim, psikolog yang sudah 26 tahun menjalankan peran sebagai ibu ini mengatakan, “Anak adalah berkat dari Allah. Bunda dan Ayah adalah pengasuh terbaik. Anak itu berharga, kelak akan jadi pemimpin kita.”

      Pada today’s parenting, tidak ada model pengasuhan yang sempurna sehingga kita tidak perlu terpaku pada gaya pengasuhan tertentu. Fokuskan saja pada kebutuhan dan karakter anak dan kelak cita-citanya akan jadi apa.

      Psikolog Ratih Ibrahim (paling kanan)
      Anak di atas usia 1 tahun sudah bukan bayi lagi. Pada tahapan ini anak bereksplorasi. Dengan bereksplorasi, dia belajar. Dengan belajar, dia akan tumbuh jadi pribadi yang bagus. Tahapan eksplorasinya tidak selelu mulus. Kadang-kadang anak terjatuh, di situlah dia belajar. Penting bagi anak, orangtua mengatakan “IYA, BOLEH”.

      Kita sebagai orangtua perlu merasakan percaya diri untuk melepas anak bereksplorasi lalu memberikan dukungan berupa CINTA KASIH UTUH, NUTRISI, dan STIMULASI. Yang demikian akan memupuk kemandirian dan keberanian si Kecil sehingga kesempatan untuk belajar hal-hal baru dan mengembangkan dirinya pun semakin terbuka.

      Fiko, Gadis, dan Shahnaz Haque

      Berikan 3 yang Terbaik di Masa Keemasan Tumbuh-Kembang Si Kecil

      Dokter Bernieyang mendapatkan giliran berbicara selanjutnya memulai presentasinya dengan menjelaskan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak beserta tahap-tahapannya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri khas anak. Yang bertumbuh dalam diri seorang anak adalah berat badan, tinggi badan, dan volume otak anak. Pada setiap tahapan usia, ada standard yang bisa dijadikan ukuran pertumbuhan buah hati kita. Misalnya saja volume otak anak berkembang hingga 80% hingga anak berusia 2 tahun. Sisanya, 90 – 95% hingga anak berusia 6 tahun.

      Perkembangan anak, misalnya pada usia satu tahun anak sudah mulai berjalan tanpa berpegangan dan menunjuk apa yang dia inginkan. Lalu pada usia 3 tahun, anak mulai ingin bermain dengan temannya dan bermain sepeda roda tiga. Bagaimana anak bisa belajar/tahu mengayuh sepeda kalau tak pernah mencoba mengayuh sepeda atau bahkan terjatuh dari sepedanya?

      Dokter Bernie
      Lima tahun pertama adalah masa keemasan anak yang juga menjadi masa kritisnya. Maka orangtua harus memberikan stimulasi, cinta, dan gizi yang terbaik pada masa ini. Zat gizi diperlukan untuk melindungi anak contohnya adalah protein, kalsium, minyak ikan, omega 3, omega 6, dan Lactobacillus rhamnosus.

      Lactobacillus rhamnosus adalah bakteri baik yang dapat membantu menjaga saluran pernapasan dan saluran cerna si kecil. “Menjaga asupan bakteri baik seperti ini sangat penting karena tubuh yang terlindungi dapat menjadi pondasi fundamental untuk mendukung proses belajar dan pertumbuhan fisik si kecil,” tutur dokter Bernie.

      3 Komitmen Terbaik DANCOW untuk Anak Indonesia

      Alvin Wiradarmamenjelaskan mengenai komitmen DANCOW dalam memberikan yang terbaik bagi anak-anak Indonesia. Event ini sekaligus menjadi ajang launching DANCOW Advanced Excelnutri+ yang mengandung Lactobacillus rhamnosustiga kali lipat lebih besar dibandingkan produk sebelumnya. Inovasi baru ini dipercaya dapat kurangi risiko infeksi saluran pernapasan, diare, dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak.

      Alvin Wiradarma (paling kanan)
      Komitmen kedua DANCOW adalah dengan adanya komunitas online parenting terbesar di Indonesia: DANCOW Parenting Center.DANCOW Parenting Center telah beranggotakan lebih dari satu juta member. Segala hal mengenai tumbuh-kembang anak dibahas dalam DANCOW Parenting Center. Ayah dan Bunda bisa mengaksesnya via Facebook (DancowParentingCenter), website (www.dancow.co.id), Twitter (@dancowcenter), dan YouTube (DancowID).

      Komitmen ketiga adalah arena bermain Nestle DANCOW Explore Your World. Makassar merupakan kota terakhir penyelenggaraan event ini. Sebelumnya, telah dilaksanakan di Medan, Surabaya, Jakarta, Semarang, dan Solo.

      Ada 4 area utama di dalam Nestle DANCOW Explore Your World: Art Center, Central Park, Smart City, dan Play Park. Di Art Center, si kecil dapat beraktivitas dengan hand painting dan story telling. Dengan hand painting, anak boleh mewarnai kedua telapak tangannya dan menempelkannya di atas kertas putih. Story telling selama dua hari dibawakan oleh Kak Safira – salah seorang pendongeng terkenal di Makassar.

      Hand painting di Art Center

      Story telling di Art Center. Sumber: Unga, Anbhar.
      Central Park

      Smart City. Sumber foto: Unga, Anbhar.
      Mandi bola di Play Park. Sumber foto: Unga, Anbhar.
      Pada Central Park, yang unik adalah adanya teknologi augmented reality-nya. Di Smart City, si kecil bisa membangun kota DANCOW versinya sendiri. Pada Play Park, ada aktivitas wall climbing dan mandi bola untuk si kecil berpetualang. Tak ketinggalan ada Photo Booth, seperti yang pernah ada pada event sebelumnya. Kesemua aktivitas yang bisa dilakukan anak di Nestle DANCOW Explore Your World bertujuan untuk menstimulasi kemampuan berbahasa, memperhatikan, mengingat, menyelesaikan masalah, hingga keterampilan motorik si kecil.

      Selain itu semua, ada hiburan seperti yang dibawakan oleh vokal grup anak-anak yang menyanyikan lagu anak-anak dan berpakaian selayaknya anak-anak  pada pembukaan talkshow. Sungguh apik dan menggemaskan penampilan mereka! Juga ada penyanyi ibukota – Afghan yang menghibur para ayah dan bunda pada tanggal 8 malam. Ada pula lomba mewarnai berhadiah menarik diselenggarakan dalam dua hari event Nestle DANCOW Explore Your World berlangsung. Jika Anda dan si kecil tidak termasuk dalam ribuan orang yang menikmati keseruan event ini, tidak ada pilihan lain selain menunggu event serupa ini terlaksana lagi di tahun depan.

      Para pemenang door prize.

      Makassar, 11 Oktober 2017

      We may not be able to prepare future for our children but we can at least prepare our children for the future (Franklin Delano Roosevelt, dikutip oleh Ratih Ibrahim).

      Berbincang Tentang Rate Card dengan Mbak Nuniek Tirta

      $
      0
      0
      Sayang sekali saya tak bisa menghadiri event Panrita Digital yang diselenggarakan di Karebosi Condotel Hotel pada tanggal 30 September lalu. Padahal beberapa pembicaranya saya tahu kapasitas mumpuninya. Salah seorang yang ingin sekali saya temui (lagi) adalah Mbak Nuniek Tirta Sari (founderofIndonesia Lifestyle Digital Influencer Group, blogger di www.nuniek.com) yang membawakan materi berjudul Women In Retail : Creating New Opportunities, Online and Offline.


      Saya sudah berpikir bahwa saya benar-benar akan melewatkan kesempatan bertemu Mbak Nuniek yang khusus datang dari Jakarta ketika kemudian Zilqiah – kawan blogger yang menjadi moderator pada sesi Mbak Nuniek menyampaikan sebuah kabar baik. Bersyukur sekali, Zilqiah secara spontan mengajak Mbak Nuniek ketemuan dengan blogger-blogger Makassar untuk membicarakan mengenai rate card bagi blogger.

      Buat blogger yang sesekali berhubungan dengan agensi dan brand, penting juga mengetahui dan menyusun media kit yang menunjukkan rate cardkita. Buat yang awam terhadap istilah rate card, intinya ini berbicara mengenai hitung-hitungan berapa kita ingin dibayar selaku blogger yang membantu mengkampanyekan produk sebuah perusahaan. Well, menulis, mengelola blog sekaligus dengan media sosial itu bukan kerja ringan, kawan. Butuh konsistensi dan kontinuitas yang tentunya ada harganya!



      Mbak Nuniek sendiri sudah punya branding yang kuat karena memang sudah membangunnya sejak tahun 2002 (bisa dibaca dalam tulisan saya yang berjudul Apresiasi untuk Ngopi Bareng Tiket.Com– saat saya bekerja sama dengan Tiket.com dan pertama kali bertemu dengan Mbak Nuniek). Dalam membangun branding-nya, Mbak Nuniek juga membangun networking saat mendatangi berbagai event dan menyapa orang-orang dengan “personal touch”-nya. Mbak Nuniek menceritakan bagaimana dia membangun jaringan dengan berusaha menjadi teman dan menyapa dengan gaya khasnya setiap ada kesempatan (termasuk di media sosial), meski orang yang ditemui termasuk orang yang sangat berpengaruh.

      Berkenaan dengan personal touch Mbak Nuniek dalam bersikap, Anda boleh deh memperhatikan sikap Mbak Nuniek ketika bertemu dan stalking akun-akun media sosialnya, Mbak Nuniek ini senang mengucapkan terima kasih terhadap orang-orang yang punya peran dalam membantunya, sekecil/sebesar apapun itu. Saya melihat Mbak Nuniek sebagai pribadi yang upayanya dalam menghargai orang lain itu tulus. Ketulusan itu terasa saat bertemu lagi yang kedua kalinya di lantai 16, Karebosi Condotel Hotel pada tanggal 1 Oktober lalu. Nah, ini salah satu kelebihan Mbak Nuniek.



      Senang sekali Mbak Nuniek mau berbagi kepada kami – blogger Makassar yang berkesempatan hadir di area kolam renang di Sky Lounge, Karebosi Condotel Hotel, bahkan memperlihatkan kepada kami rate card-nya. Menurut Mbak Nuniek, rate carditu merupakan bentuk penghargaan kita terhadap diri sendiri saat mengerjakan pesanan brand. Misalnya, berapa lama waktu yang dihabiskan dan berapa besar usaha yang dilakukan. Tentunya, kalau bagi seorang Mbak Nuniek, tidak lepas dari berapa banyak follower di Instagram dan Twitter misalnya dan berapa besar impresi atau engagement yang dihasilkannya per post di kedua akun media sosialnya itu (yang dibangunnya dengan konsisten sejak tahun 2002), kan ya.



      Bagian atas media kit Mbak Nuniek
      Wow, ini keadaan media sosial Mbak Nuniek. 😍


      Mengenai elemen penyusun media kit dan serba-serbinyaMbak Nuniek memberikan bocoran sebagai berikut:
      • Tulis short bio. Mau dikenal sebagai siapa? Apakah nama pribadi dulu baru nama blog atau sebaliknya? Mau lebih dikenal blognya atau namanya?
      • Tuliskan tag line.
      • Jangan lupa perbarui data blog, data follower media sosial secara berkala dan tuliskan tanggal update terakhirnya.
      • Riding the wave. Ngng, bagaimana ya membahasakannya. Kira-kira, kita pintar-pintarlah mengikuti alur kehidupan, kira-kira ada yang bagus buat dituliskan di media kit mengenai peristiwa yang baru kita alami, misalnya. Kayak Mbak Nuniek yang pernah menjadi viral isunya sebagai istri direktur yang humble. Ah, saya kutipkan saja di sini, ya: Virally known with her #superaffordablestyle mission, she inspires many women to live in a lifestyle that they can afford. More than just "Istri Direktur". Itu yang tertera di media kit Mbak Nuniek, moga-moga saya tak salah tafsir.
      •  Jika memiliki prestasi atau pernah menjadi nara sumber/pembicara maka tuliskanlah di dalam media kit. Mengapa penting? Karena blogger itu jumlahnya makin banyak. Kalau banyak yang sama-sama bagus, tentunya yang dipilih adalah yang lebih menonjol, contohnya karena berprestasi.
      • Tuliskan semua akun media sosial beserta jumlah teman dan follower.
      • Harga yang ditawarkan. Service offered, maksudnya tuliskan layanan apa yang bisa kita lakukan dengan harga yang ditawarkan.
      • Google Analytics itu penting nggak penting. Tergantung brand. Ada yang memintanya dan ada yang tidak. Kalau ada yang memintanya maka sertakanlah.
      • Jika perlu menuliskan harga “attending event”, tulislah harga dan waktu yang di-spend menuju ke lokasi acara.
      • Dalam menuliskan angka statistik pengunjung blog, jangan takut jika angkanya masih kecil. Akan menjadi keuntungan kalau lebih tertarget, Misalnya Mbak Nuniek, menuliskan 73% pengunjung blognya perempuan dengan usia tertentu maka bagi brand tertentu, itu menjadi hal yang menguntungkan.
      • Mbak Nuniek menuliskan juga berapa reach media sosial, Instagram dan fan page di media kit-nya.
      • Pernah bekerja sama dengan brand apa saja.
      • Jangan lupa tuliskan nomor kontak yang bisa dihubungi, termasuk akun media sosial mana yang sering digunakan supaya bisa menjawab pesan yang masuk dengan cepat.



      Sky Lounge Karebosi Condotel
      Memotret Makassar dari Sky Lounge Karebosi Condotel
      Mbak Nuniek menekankan pentingnya kita mampu mendekat orang secara personal dalam sebuah event. Penting juga untuk menyerahkan kartu nama supaya jika dibutuhkan, orang tersebut bisa menghubungi kita kembali. Huhu, noted, kartu nama, saya sampai sekarang belum bikin, kelupaan terus padahal sudah didesainkan sama Zilqiah (maaf, ya Qiah).

      Mbak Nuniek tidak juga selalu berpatokan dengan rate card-nya. Pertimbangannya adalah hubungan personal-nya dengan pihak yang mengundang/menyelenggarakan atau manfaat yang akan dia terima. Manfaat yang diterima tidak selalu harus berupa materi. Senang mengetahuinya. Ini cocok dengan pendapat saya, bahwa menulis itu tidak melulu hitung-hitungan materi. Bagi saya jaringan pertemanan dan hubungan baik adalah hal yang tidak ternilai.

      Foto: dari Zilqiah (qiahladkiya.com)
      Foto: dari Zilqiah (qiahladkiya.com)
      Foto: dari akun Facebook Mbak Nuniek.
      Hal lain yang menarik dari obrolan kami adalah mengetahui bahwa Mbak Nuniek ternyata tidak selalu terikat dengan gadget-nya. Dalam sehari Mbak Nuniek membatasi dirinya hanya dua kali membuka e-mail. Kalau media-media sosial, tidak setiap saat dibukanya. Mbak Nuniek membuka akun media sosialnya dalam rangka “memberikan awardkepada dirinya ketika selesai melakukan sesuatu. “Supaya kita tidak diperbudak,” pungkasnya. Menarik, ya. Mamak-mamak jaman now harusnya bisa menahan diri juga karena bukan hanya anak-anak yang tak bisa lepas dari gadget, mamaknya pun demikian – sedikit-sedikit buka medsos. 😅

      Makassar, 16 Oktober 2017

      Sekali lagi terima kasih sebesar-besarnya kepada:
      • Mbak Nuniek Tirta Sari yang sudah meluangkan waktunya berbagi dengan kami.
      • Pak Djafar yang sudah memberikan tempat ber-venue keren di Hotel Karebosi Condotel ini sebagai tempat kami ngobrol, dan juga terima kasih atas voucher berenangnya, Pak.
      • Mas Natali Ardianto yang sudah bersedia “membiarkan istrinya menghabiskan waktu bersama kami” di saat-saat menjelang keberangkatannya balik ke Jakarta (beliau ini juga merupakan salah satu pembicara di acara Panrita Digital yang tak sempat saya hadiri itu).
      • Zilqiah yang sudah punya ide brilian, meminta waktu Mbak Nuniek untuk sharing dengan para blogger Makassar tentang rate card.

      Tas Remaja Jaman Now Seperti Ini!

      $
      0
      0
      Entah apa yang diharapkan kurikulum sekolah dasar waktu itu yang membuat putra sulung saya membawa tas berat. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, si sulung saya  Affiq terbiasa membawa tas berat yang saya sendiri tak sanggup memikulnya. Padahal sudah terbukti, di zaman dulu tas dan kurikulum kami tak seberat itu tetapi kami toh tak jadi bodoh dan tetap bisa mengikuti perkembangan zaman asalkan tetap mau belajar lalu mengapa kurikulum saat itu dibuat sedemikian susahnya - saya tak pernah bisa mengerti. Untungnya sekolah dasar sekarang sudah banyak yang menerapkan kurikulum 2013 yang saya nilai lebih simple.


      Tentang kurikulum dan tas ini, salah dua dari banyak hal yang membuat saya makin bersyukur menjadi orang tua jaman now. Bagaimana tidak, saya bukanlah orang yang kuat membawa barang berat. Wong menggendong bayi saja saya tak sanggup kalau harus lama-lama (untungnya dapat suami yang tak sungkan menggendong dan membantu mengurusi bayinya), gimana pula kalau harus bawa ransel super berat? Saya pernah beberapa kali mencoba membawa ransel yang bebannya tak seberat ransel si sulung dan hasilnya ... saya mual-mual dan ingin muntah, seperti orang yang masuk angin 😰 .


      Sekarang, sulung saya yang duduk di bangku kelas XI terbiasa membawa tas ransel besar nan berat - apakah seperti itu tas remaja jaman now, ya? Sering kali saya harus mengingatkan dia untuk memperhatikan postur tubuhnya supaya tak doyong ke depan atau tak menjadi bungkuk. Sempat merasa khawatir juga, sih soalnya dia dulu tak mau mengikuti kegiatan olahraga apapun secara intensif. Syukurnya, saat ini dia mau ikut latihan karate di sekolahnya usai jam sekolah, dua kali setiap pekannya. Mudah-mudahan itu bisa membantu memperbaiki postur tubuhnya. 💪

      Saat dia sudah harus ganti tas (ransel) sekolah, saya memperlihatkannya gambar tas Khandari katalog Sophie Paris nomor 166 (Agustus 2017). Saya lihat, tasnya bisa jadi tas remaja. Eh, dia memperhatikan detail tasnya dan langsung suka. Anggukan kepalanya mantap sekali. Langsung saja saya pesankan. Pengalaman saya, kalau ada barang yang disukai keluaran katalog baru Sophie Paris, harus segera dipesan sebab katalog barunya hanya berlaku selama sebulan. Belum tentu barang yang kita sukai ada di katalog bulan berikutnya karena bisa saja barangnya sudah habis.

      Begini tas Khan milik Affiq

      Saya pernah diberi tahu bahwa Sophie Paris sangatlah serius dalam merancang model hingga memproduksi tas-tasnya. Tas yang ada di katalog saat ini sudah diputuskan sejak 6 bulan lalu akan dinaikkan. Kalau tas tersebut digemari banyak orang dan habis, maka jangan menunda sampai bulan berikutnya. Bisa saja sih, model tas yang kita gemari akan keluar lagi tapi entah kapan. Sebagai perusahaan yang memang sejak mula berdiri memiliki produk andalan berupa tas, Sophie sangat berkomitmen dengan produk  tasnya. Kualitas tas Sophie Paris, termasuk tas remaja tak diragukan lagi, harganya pun terjangkau. Untuk member jadinya lebih murah karena ada diskon sebesar 30% seumur hidup. Kalau cermat memperhatikan katalog online di aplikasi malah beruntung, sering ada diskon hingga di atas 50%.


      Sejak saya memesan tasnya itu, Affiq rajin bertanya, “Kapan tasnya datang, Ma?”

      Tentu saja dia senang saat tas Khan itu akhirnya benar-benar tiba di tangannya. Beberapa hari yang lalu saya menanyakan, “Bagaimana tasmu? Suka ji, toh? Apa yang kau suka dari tasmu?” Haha, saya sudah tahu dia suka, hanya butuh ketegasan #apasih 😅. Dia mengangguk mantap sembari menjawab, “Banyak kantongnya.” Woho, ternyata si sulung ini persis mamaknya, penggemar tas berkantong banyak.



      Barang-barang yang dibawa Affiq ke sekolah memang banyak makanya dia perlu tas remaja berkantong banyak. Ukurannya mulai dari yang kecil seperti pulpen hingga sajadah. Tentunya ada buku tulis dan buku cetak. Buku cetaknya berukuran besar-besar. Lalu ada laptop, katanya buat kerja tugas. Kalau hujan dia bawa sandal. Apa lagi, ya ... pokoknya tasnya berat sekali bagi saya. Sekarang sudah wajar, sih dia membawa tas besar begitu karena ukuran tingginya juga sudah lumayan. Si sulung ini sudah lebih tinggi dari papanya. Namun demikian, tetap saja saya bertanya-tanya, apakah ada remaja lain membawa tas sebesar tas dia ini? Para ayah dan bunda yang membaca tulisan saya, seberapa besar ukuran tas remaja kalian?


      Mengapa Guru Perlu Menulis dan Ngeblog

      $
      0
      0
      Saya selalu salut pada mereka yang berprofesi sebagai guru dan menyempatkan diri untuk menulis. Satu kawan blogger, Ria Rochma yang berumah maya diwww.mamaarkananta.comadalah salah satu dari mereka. Sebagai guru Bimbingan dan Konseling (BK), bloggerGresik yang memilih menjadi lifestyle bloggerini juga penghobi paper craft.

      Saya pribadi melihat sosok Ria Rochma berbaur dengan profesinya sebagai guru BK. Dia telaten mengurusi kegiatan di grup kami – Grup 4 Arisan Link Blogger Perempuan dan di sebuah grup lain. Ria juga telaten menanggapi apapun topik curhat kami di grup.


      Ada aneka label (kategori) di blog Ria Rochma. Ada Family Time, Fiksi, Paper Craft, Parenting, Tentang Hidup, dan lain-lain. Saya sudah melihat-lihat dan nge-save banyak tulisan seperti Mengenang Bapak, 15 Hari Setelah Kepergian Beliau, [Exploding Box] Hadiah Untuk Mbak Orin,Ketika Orang Lain Beranggapan Operasi Caesar Itu Menyenangkan, Sedikit Cerita Tentang Mama Mertua, dan lain-lain. Namun akhirnya saya lebih tertarik mewawancarainya dan menuliskannya di sini. Saya ingin tahu bagaimana sosok Ria Rochma sebagai guru memandang kegiatan menulis dan ngeblog itu penting.


      Maka terjadilah wawancara ala-ala saya via WA yang saya share ke sini. Ini dia:

      Pertanyaan pertama:
      Apa pentingnya menulis bagi guru?

      Jawab:

      1. Manulis untuk guru itu sebagai salah satu cara untuk memperluas pengetahuan. Ketika menulis, mau tidak mau guru harus mengetahui dan mempelajari apa saja yang sedang trend atau sedang dibicarakan sekarang ini. Dan ketika akan menuliskannya, guru akan mengulas apa yang dia pelajari itu tadi.

      2. Menulis untuk guru artinya bisa menghilangkan stres di tengah-tengah mengajar. Ngga bisa dipungkiri sih, tingkah pola siswa dan tuntutan pekerjaan kadang bikin stres. Menulis bagi saya, bisa jadi media self healing.

      3. Menulis bisa membuka kesempatan untuk guru memperluas networking di luar lingkungan mengajar. Jadi, temannya nggak melulu harus guru.

      4. Menulis bisa memperhalus dan meluweskan guru saat berbicara di depan rekan kerja atau di depan siswa. Ketika menulis, hendaknya kan menggunakan bahasa yang rapi, teratur dan baik. Itu tanpa sadar teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan ketika di lingkungan kerja.

      Inti dari apa yang disampaikan oleh Ria saya cetak tebal dan garis bawahi, ya. Saya setuju karena merasakan juga manfaat-manfaat tersebut. Saya setuju dengan Ria, seorang guru pun memerlukannya!


      Pertanyaan kedua:
      Apa pentingnya ngeblog bagi guru?

      Jawab:

      Blogging penting bangetya buat saya sebagai guru. Selain alasan-alasan yang sudah saya sampaikan tadi, blogging itu seperti dunia lain saya.

      Saya suka menjadi guru. Saya suka mengajar dan bertemu para siswa. Saya suka mendengarkan mereka bercerita, curhat atau membantu menyelesaikan masalah-masalah mereka. Saya suka bertemu dengan rekan kerja dan berbagi pengalaman, baik pengalaman mengajar atau pengalaman lain.

      Tapi, saya juga butuh 'keluar dari rutinitas'. Yang mana rutinitas ini bisa saya manfaatkan untuk menekan stres dan media untuk mengembangkan diri. Dan ini salah satunya saya dapatkan dari ngeblog dan crafting. Meskipun nge-craftlagi berhenti ya, karena dua anak balita ini nggak bisa disambi untuk mengerjakan printilan-printilan.

      Saya ingat sebuah pesan :
      Sebaik-baiknya seseorang itu adalah seseorang yang bermanfaat untuk orang lain.

      Saya coba aplikasikan pesan itu pada kehidupan mengajar dan ngeblog saya. Mengajar, sebisa mungkin saya sisipkan pelajaran-pelajaran kehidupan kepada siswa-siswa saya, yang saya peroleh dari pengalaman saya atau dari pengalaman orang lain. Sedangkan untuk ngeblog, bismillah, saya niatkan berbagi hal-hal baik yang kebanyakan berdasarkan pengalaman saya sehari-hari.


      Lagi-lagi saya setuju, karena saya pun merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan nara sumber saya kali ini. Seorang guru yang jatuh cinta dengan dunia menulis dan ngeblog pun merasakan hal yang sama. Yuk, ah para guru, mari ikuti jejak blogger Gresik ini. Selain hal-hal tersebut di atas, kegiatan ngeblog pun bisa menjadi jalan lain masuknya rezeki. Kalau sudah menemukan semua yang disebutkan Ria Rochma, proses belajar dan mengembangkan diri terus terjadi. Saya percaya, dengan demikian para guru akan menjadi sosok yang bijaksana, dihormati murid-muridnya, dan akan dikenang selamanya. In syaa Allah, amal jariyah menanti bagi yang muslim.

      Makassar, 27 Oktober 2017

      Catatan:
      Semua gambar di atas berasal dari blog www.mamaarkananta.com. Semua gambar paper craft di atas adalah karya Mbak Ria.

      Tulisan ini untuk Arisan Link Grup 4 komunitas Blogger Perempuan

      Menakar dan Menitip Asa Tentang Layanan Publik di Puskesmas

      $
      0
      0
       If you do build a great experience, customers tell each other about that. Word of mouth is very powerful (Jeff Bezos, CEO Amazon.com) 

      Ada Masalah!

       “Mau cabut gigi anak saya, Pak,” kata saya kepada salah seorang petugas yang sedang berjaga di loket sebuah Puskesmas.
      Petugas itu tak mengatakan apa-apa, dia mempersiapkan pencatatannya. Saya menjelaskan kalau putri saya bersekolah di sebuah sekolah dasar yang terletak sangat dekat dengan Puskesmas tersebut.

      Sumber foto: http://www.aktual.com/
      “Tinggal di mana ki’?” seorang petugas Puskesmas – dia duduk di belakang petugas yang mulai mencatat data putri saya, bertanya. Saya menyebutkan nama jalan tempat tinggal kami.

      “Tidak bisa di Puskesmas ini, Bu. Ibu mesti ke Puskesmas di kelurahannya!” si bapak yang duduk di belakang petugas pencatat mulai rese.

      “Tapi kan anak saya sekolahnya di dekat sini, Pak. Masa saya harus ke sana lagi? Ini pas dia pulang sekolah jadi saya langsung ke sini. Lagi pula banyak anak es de itu yang cabut gigi ke sini,” saya menjelaskan lagi.

      “Tidak boleh. Harusnya Ibu ke Puskesmas sana!” si bapak masih ngotot. Saya mulai gamang. Namun melihat petugas yang duduk tepat di depan saya tetap mencatat data diri putri saya, saya pun bergeming. Walau tanpa senyum sama sekali, dengan raut wajah sedikit tegang dia tetap melayani kami. Ah, saya tak perlu mendengarkan si bapak rese itu. 😤 Memangnya Puskesmas ini miliknyakah? Lagian, saat ini Puskesmas sedang sepi, mengapa kami tak boleh minta cabut gigi di sini saja?

      Syukurlah, putri saya akhirnya boleh cabut gigi di Puskesmas tersebut. Beruntung sekali kami bisa menghemat waktu karena sedang tidak ada pasien lain yang ditangani di bagian Gigi jadi kami cus saja, langsung masuk. Di sana, seorang ibu berjas putih tanpa senyum memeriksa gigi Athifah yang goyang. Kami disuruh masuk ke ruangan sebelahnya. Ibu berjas putih itu menyebutkan “nomor gigi” dan menginstruksikan pegawai yang berada di sana untuk mencabut gigi putri saya. Seketika, peralatan sang petugas mencabut dengan cepat gigi Athifah ... tanpakapas yang dibubuhkan cairan dingin serupa es yang biasa dipakai sebagai pereda sakit saat gigi yang sudah goyang akan dicabut!

      Sontak tangisan kesakitan si putri mungil pecah, tanpa bisa dibendung😭. Suaranya membahana, memenuhi seantero ruangan di Puskesmas. Susah-payah saya dan suami membujuknya sampai berhenti menangis. Baiklah, kami akan pikir panjang lagi kalau membawa putri kami cabut gigi di Puskesmas ini.

      Dua hal yang sangat saya sayangkan saat itu: adanya petugas yang ngotot menolak kami cabut gigi dan pelayanan yang kurang bersahabat bagi anak di bagian Gigi. Pelayanan yang perberbedaannya sebesar 180 derajat dibandingkan dengan dokter gigi anak yang praktik swasta 😳


      Kisah serupa itu saya dengar dari seorang kawan. Saat bayi keduanya yang berusia satu bulan hendak dia bawa periksa bulanan ke Puskesmas di dekat rumahnya bersama anak balitanya (bawah lima tahun). Puskesmas tersebut menolaknya dengan alasan dia bukan warga kelurahan situ. Sementara untuk ke Puskesmas di kelurahannya, jarak yang ditempuh jauh lebih jauh lagi. Rumah kawan ini terletak di dekat perbatasan dengan wilayah kelurahan tetangga. Tak ada belas kasihan untuk seorang ibu yang membawa bayi dan anak balita. Tak ada pengecualian. Padahal sama sekali bukan hal mudah bagi seorang ibu yang sendirian membawa dua anak kecil sekaligus, meninggalkan ayahnya yang sudah sepuh  yang juga butuh perhatian khusus untuk datang ke Puskesmas itu.

      Kawan saya membutuhkan Puskesmas terdekat dari rumahnya, bukannya Puskesmas dalam kelurahan yang sama tetapi letaknya jauh dari rumah. Pulang ke rumah dia masih harus mengurus makan siang keluarganya lagi. Membawa bayi dan anak batita naik kendaraan umum, antre, lalu ditolak, lantas pulang ke rumah dan harus pergi ke Puskesmas yang jauh lebih jauh jaraknya bukanlah hal mudah. Anda yang sudah dikaruniai anak pasti bisa membayangkan kesulitan yang dialami kawan saya (kebangetan kalau tidak 🙈). Bayangkan bagaimana bila dua makhluk mungil itu perasaannya tak nyaman dalam waktu yang bersamaan karena harus ke sana ke mari untuk urusan imunisasi saja? Apakah pelayanan Puskesmas tak bisa lebih manusiawi dan fleksibel untuk yang seperti ini?

      Pelayanan publik dalam bidang kesehatan seperti yang saya ceritakan di atas kelihatannya seperti bukan hal terukur yang dapat dicatat hingga membuat yang melakukannya bangga sehingga belum menjadi prioritas. Padahal pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang langsung menyentuh masyarakat dan membuat masyarakat menilai kinerja yang bersangkutan. Mungkin memang benar kata orang, bahwa pelayanan kesehatan identik dengan harga yang dibayar pasien. Dan pelayanan terbaik adanya di rumah sakit swasta. Tetapi apakah kemanusiaan boleh dinilai berdasarkan uang? Mari kita renungkan bersama-sama.


      Memang, sih, tidak semua orang di Makassar mendapatkan pelayanan yang kurang memuaskan di Puskesmas namun tidak semua orang juga puas dengan pelayanan kesehatan yang ada. Di satu sisi, peningkatan penyelenggaraan kesehatan sebenarnya sudah terlihat di kota ini sejak kepemimpinan walikota Danny Pomanto. Ada inovasi dilakukan. Contohnya adalah pelayanan kesehatan gratis ke rumah dengan mobil selama 24 jam bernama Home Care - Dottoro' ta. Di dalam mobil tersebut ada peralatan medis canggih. Saking menariknya program ini, Danny mendapatkan apresiasi yang besar dari para peserta pameran dan simposium Pelayanan Publik Jawa Timur 2017 di Gelora Joko Samudro, Gresik pada bulan Mei lalu.inovasi ini konon hanya membutuhkan kurang dari 10 menit untuk diagnosa pasien dan benar-benar gratis dan tanpa embel-embel. Program ini sedianya untuk memecahkan kesulitan masyarakat yang butuh perawatan urgent tetapi harus mengantre di rumah sakit/Puskesmas.

      Inovasi dalam Bidang Kesehatan (Oleh Astra)

      Inovasi seperti yang dilakukan pemerintah kota Makassar sudah pernah dilakukan oleh Mobil Kesehatan Astra (Mokesa), dalam bentuk lain. Pada tahun 2013 lalu, Mokesa memberikan pengobatan gratis kepada sekira 1.500 pasien di tiga kelurahan di wilayah Jakarta Utara (di kecamatan Sungai Bambu, Warakas dan Papanggo). Saat itu pasien diperiksa secara lengkap mulai tekanan darah hingga kadar gula darah dan kolesterol. Selain itu, melayani pemeriksaan pascabanjir seperti batuk, pilek, gatal-gatal, diare, dan sebagainya.

      Sumber: Laporan Tahunan Astra 2016 (file PDF)
      Mengapa saya berbicara tentang Astra di sini? Karena Astra merupakan grup perusahaan yang CSR (Corporate Social Responsibility)-nya sangat peduli pada bidang kesehatandi Indonesia. Sejak berdiri lebih 60 tahun lalu, Astra senantiasa berupaya menjadi inspirasi pembangunan. Kegiatan bisnisnya dibuktikan bukan hanya berarti pertumbuhan profit semata, melainkan juga tentang bagaimana berkontribusi untuk pembangunan bangsa Indonesia melalui 4 pilar utama, yaitu: kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan. Inilah visi pendiri Astra yang tetap menjadi Visi Astra 2020.

      Dalam bidang kesehatan - Astra untuk Indonesia Sehat memfokuskan program CSR-nya pada kesehatan ibu dan anakserta akses kesehatan bagi lapisan masyarakat pra-sejahtera. Astra untuk Indonesia Sehat diterapkan melalui Mobil Kesehatan Astra (Mokesa), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan berbagai rangkaian kegiatan donor darah. Sekadar informasi saja, kegiatan CSR Astra di bidang kesehatan terdiri atas pembinaan terhadap 1.577 posyandu, dukungan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis bagi 125.818 pasiendan donasi 216.263 kantong darah.

      Pembinaan kader posyandu Avicenna Astra. Foto: Dok.PT Astra International
      Peta KBA, di pulau Sulawesi hanya ada 2. Foto: dari Laporan Keberlanjutan Astra 2016
      Nah, kalau berbicara tentang kepuasan – saya beruntung menjadi salah satu warga yang wilayahnya dipilih Astra sebagai Kampung Berseri (Bersih, Sehat, Cerdas & Produktif)Astra. Astra telah mengembangkan 4 pilar tadi (kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan) pada satu komunitas melalui Kampung Berseri Astra (KBA). Saat ini Astra telah membina 49 KBA di 17 Provinsi di seluruh Indonesia. Untuk Sulawesi Selatan, Astra memilih Rappocini sebagai KBA-nya. Kalau Anda pernah membaca tulisan saya yang berjudul Astra: Menyemai Inspirasi di Usia Matang, Anda pasti tahu tingkat kepuasan saya seperti apa terhadap program ini😇. Berkat program KBA, lorong-lorong di sekitar rumah saya tertata bersih dan rapi dan kami bisa memiliki plang penunjuk nama lorong setelah bertahun-tahun lamanya banyak pendatang yang tersesat di dalam lingkungan yang bagaikan labirin ini.

      Plang nama salah satu lorong di Rappocini (dekat rumah saya).
      Lihat penataan lorongnya di depan.
      Salah satu penataan lorong di dekat rumah saya
      Apakah semua warga puas? Ternyata tidak. Tapi saya tak akan menuliskan alasannya di sini karena alasannya sungguh tak logis. Cukup saya, sebagai pengelola blog ini saja yang Anda  tahu – saya puas, berdasarkan pengalaman, pikiran, dan perasaan saya. Di dalam tulisan saya - Astra: Menyemai Inspirasi di Usia Matang saya menceritakan beberapa jenis kegiatan yang dilakukan Astra di sekitar tempat tinggal saya. Bahkan belum lama ini,Astra Motor Makassar, bekerja sama dengan Kelurahan Rappocini meresmikan dan mengaktifkan kembali Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) di lorong 7 yang sempat terbengkalai selama 2 tahun.



      Salah satu program kesehatan Astra

      Menakar Kepuasan Publik dalam Pelayanan Kesehatan

      Berbicara tentang kepuasan pelayanan publik (termasuk dalam bidang kesehatan), kita bisa merujuk Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003 (Menpan, 2003:2) tentang Pedoman Umum Penyelenggaraaan Pelayanan Publik yang meliputi Kesederhanaan, Kejelasan, Kepastian Waktu, Akurasi, Keamanan, Tanggung Jawab, Kelengkapan Sarana dan Prasarana, Kemudahan Akses, Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan serta Kenyamanan.


      Di dalam Kepmen tersebut disebutkan 14 Indeks Kepuasan Masyarakat. Dua di antaranya adalah:
      • Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
      • Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.
      Pada kenyataannya, dua hal ini masih saja belum menjadi perhatian penting di sekitar kita. 😥

      Sumber: https://www.thefreshquotes.com

      Dari empat unsur penting dalam proses pelayanan publik selain penyedia, penerima, dan jenis layanan (Bharata, 2004:11), adalah kepuasan pelanggan: dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standard kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.

      Sebagai warga negara, saya sangat berharap hal-hal yang saya ceritakan pada bagian awal tulisan ini mendapatkan perhatian. Besar harapan saya (tanpa bermaksud mengecilkan peran Astra selama ini karena Astra telah berbuat banyak untuk negeri), Astra bisa turut memperbaiki apa yang masih kurang dalam pelayanan kesehatan selama ini – mengingat yang saya ceritakan di atas terkait ibu dan anak (seperti concern Astra juga) – seperti yang disebutkan dalam halaman 69 Laporan Berkelanjutan 2016: Membangun Sinergi  MENEBAR INSPIRASI) sebagai berikut:
      Public Contribution Roadmap 2020 dengan fokus program pada: Pilar Kesehatan, pengembangan program peningkatan kesehatan ibu dan anak.

      Entah itu melalui pelatian terkait manner petugas pelayan kesehatan, penelitian mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di tingkat kelurahan (yang kemudian nantinya bisa menjadi masukan bagi pemerintah kota), ataukah yang lainnya. Bukan tanpa alasan saya berharap demikian. Sekali lagi, karena bukti “sepak terjang Inspirasi 60 Tahun Astra” melalui CSR Astra sudah banyak dan saya yakin akan berkelanjutan maka saya berani menitip asa pada Astra. Selain itu, harapan saya pun sesuai dengan redaksi yang tertera dalam halaman 48 Laporan Tahunan 2016: Merintis Jalan Menuju Tingkat PERTUMBUHAN SELANJUTNYA:
      Program AFC memiliki fokus pada empat pilar kegiatan, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan, yang mendorong proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang terintegrasi dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan penerima manfaat agar sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan kompetensi dan ketersediaan sumber daya.

      Saya menggarisbawahi dan menuliskan dengan cetak tebal “agar sesuai dengan kebutuhan”. Maksud saya adalah untuk menekankan bahwa kepuasan akan pelayanan kesehatan pun adalah kebutuhan. Setuju?

      Makassar, 31 Oktober 2017

      Tulisan ini diikutkan Lomba Blog Inspirasi 60 Tahun Astra


      Jangan lupa, ya baca tiga tulisan saya terkait Astra yang lainnya:


      Daftar referensi:
      • Laporan Berkelanjutan 2016: Membangun Sinergi  MENEBAR INSPIRASI (file PDF, dari https://www.astra.co.id/CSR/Sustainability-Report)
      • Laporan Tahunan 2016: Merintis Jalan Menuju Tingkat PERTUMBUHAN SELANJUTNYA (file PDF, dari https://www.astra.co.id/Investor-Relations/Annual-Report)
      • https://www.astra.co.id/CSR (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 15:44)
      • http://satuindonesia.azurewebsites.net/kesehatan.php (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 17:04)
      • http://dinkeskotamakassar.com/index.php/component/content/article/45-berita/174-dinkes-sosialisasi-dottoro-ta-home-care-di-rw-rt?Itemid=101 (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 14:57)
      • https://daerah.sindonews.com/read/1206278/192/teori-home-care-dottorota-makassar-jadi-rebutan-1495122430 (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 14:59)
      • http://www.beritasatu.com/kesra/251088-mobil-kesehatan-astra-layani-1500-pasien-di-tiga-kelurahan-jakarta-utara.html (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 16:09)
      • Mengukur Kepuasan Masyarakat & Kualitas Pelayanan Publik-Arisman (file PDF), dari https://jakarta.kemenkumham.go.id/download/karya-ilmiah/pelayanan-publik/71-mengukur-kepuasan-masyarakat-dan-kualitas-pelayanan-publik/file, mengutip Zeithaml,Valarie A and Bitner. (2000). Service Marketing 2nd edition : Integrating Customer Focus. New York.McGraw-Hill Inc.
      • http://www.kajianpustaka.com/2013/01/pelayanan-publik.html (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 16:0309)
      • http://www.mugniar.com/2016/10/astra-menyemai-inspirasi-di-usia-matang.html
      • http://fajaronline.com/2017/08/26/astra-motor-aktifkan-kembali-pos-kesehatan-kelurahan-rappocini (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 20:27)
      • https://www.slideshare.net/pelayanan/kepmen-pan-nomor-25-tahun-2004-tentang-pedoman-umum-penyusunan-ikm-unit-pelayanan-instansi-pemerintah (diakses pada 31 Oktober 2017, pukul 20:47)

      Viewing all 2019 articles
      Browse latest View live


      <script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>